8. Taman Lengkara

344 60 3
                                    

Hai?

Maaf banget gak bisa update setiap hari, soalnya akhir" ini lagi ada kesibukan, hehe:)

Ada gak sih yang nungguin cerita ini update? Kalo ada, makasih ya💙

JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN YAA!

SHARE DAN AJAK TEMAN-TEMAN KAMU UNTUK BACA CERITA INI!

Selamat membaca, dan semoga suka.

-Happy Reading-

Angin dan hujan bersatu turun ke bumi. Para siswa berlarian memasuki gerbang dengan jas hujan atau payung yang mereka bawa dari rumah. Suara gemericik air menyamarkan teriakan keributan para siswa yang tidak sabaran masuk ke kelas agar tidak terkena air hujan terlalu lama.

Lea menghela napas panjang ketika dirinya sudah berada di dalam kelas bersama Raga dan Kala. Baru sebagian dari seluruh siswa yang pagi ini mengisi kelas.

Lea meletakkan tasnya diatas meja dan menumpukan kepalanya disana. Raga duduk disebelah Lea, serta Kala yang hanya menyenderkan punggungnya seraya melirik kursi sebelahnya yang masih kosong.

Lea menegakkan badannya kembali ketika hujan bertambah deras. Angin kencang membuat cipratan air hujan mengenai para siswa yang berada di luar kelas.

"Huh, untung kita udah sampe sebelum hujannya tambah gede," ucap Lea dengan mata yang memandang ke arah pintu.

"Hah? Lo ngomong apa, Le?!" seru Raga yang mendengar suara Lea, tapi tidak terlalu jelas.

"Lo budeg!" balas Lea tak kalah keras.

"Anjir! Gue gak denger gara-gara suara hujan!" ucap Raga tidak terima.

"Tau ah!" Lea mendorong Raga karena Raga berbicara tepat di samping telinganya.

Kala hanya memutar bola matanya malas melihat pemandangan yang sudah biasa baginya itu. Lea dan Raga memang suka bertengkar kecil seperti itu, dan Kala hanya menjadi penontonnya.

Tangan Lea bergerak untuk mengambil sebuah bolpoin yang kemarin ia tinggal. Lea mengernyitkan dahinya ketika tangannya seperti menyentuh sebuah kertas. Karena penasaran, Lea menarik tangannya bersamaan dengan kertas yang berada dalam genggamannya.

"Apaan nih?" gumam Lea seraya membuka lipatan kertas dan membaca tulisan yang tertera di sana.

'Taman Lengkara, 21.00. Temui aku disana, dan kamu akan tahu sesuatu.'

-Mysterious Killer

Lea menelan ludahnya kasar. Ia menepuk pundak Raga dan tangan Kala yang agar kedua laki-laki itu mengalihkan atensi kepadanya.

"Apaan sih, Le?" tanya Raga kesal.

"Ini, ini liat," Lea menyuruh kedua sahabatnya itu untuk membaca tulisan di kertas itu.

"Mysterious Killer?" beo Kala setelah membaca tulisan di kertas itu.

"Gue nemu ini di laci meja gue, apa ini buat gue?" tanya Lea ragu.

"Kayaknya iya deh, dan ini dari pembunuh itu. Tapi tujuannya apa?" sahut Raga.

"Dia mau lo dateng ke Taman Lengkara, jam 9 malam," jelas Kala.

Lea menggigit bibir bawahnya. Antara takut dan penasaran, ia bingung.

"Dateng aja, Le, nanti kita temenin. Gue juga penasaran, lo juga kan, Kal?" ucap Raga seraya melirik Kala dengan wajah serius.

Kala mengangguk sebagai jawaban. Lea pun mengangguk karena ia yakin akan baik-baik saja jika ada Raga dan Kala. Mungkin saja, mereka akan mengetahui sesuatu nanti.

The Mysterious Killer (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang