10 tahun kemudian, bukannya Auzora menjadi baik dia justru malah tambah nakal, ya ... meski setiap berbuat nakal dia akan langsung kena karmanya sendiri. Rambut Auzora semakin lama semakin panjang kini rambut putihnya sudah sampai mata kaki, ia tak mau memotong rambutnya dengan alasan memotong rambut sama saja seperti memotong umur.
Auzora percaya pada gosip yang tersebar tentang kakek-kakek yang langsung mati setelah dicukur karena rambutnya putih. Auzora takut berumur pendek. Ia lebih percaya rumor dari pada peramal abal-abal yang pernah meramal kalau dia akan berumur pendek.
Kini Auzora diam-diam masuk ke dalam akademi yang berisi orang-orang excess strength, kelebihan kekuatan. Ia mengintip pelajaran apa yang akan dipelajari oleh orang-orang hebat tersebut sambil memegang payungnya.
"Cih aku juga bisa begitu," gerutu Auzora kesal. Ia melihat dua murid melatih kekuatannya agar tak keluar secara berlebihan. Satu anak laki-laki berambut pirang, dia punya kekuatan angin dan murid berambut warna hitam berkacamata ia punya kekuatan air, Auzora kenal anak air itu kalau tidak salah dia yang pernah menjatuhkan batu karang di dekat Auzora waktu kecil. Namanya Denjin, si mata sipit.
"Rambut siapa ini?" tanya seseorang sambil menarik rambut panjang Auzora.
Auzora sontak saja menjerit. "Akh sakit, lepas!" teriak Auzora kesal. Auzora menatap tajam anak seusianya itu dan ternyata anak itu malah tersenyum.
"Oh ... si ngeyel," ucap pemuda itu. Dia adalah Esien anak dari salah satu klan api yang numpang tinggal di Iceroyaland.
"Kenapa kau tiba-tiba di sini? Hei, bukankah tadi kau sedang berlatih duhai Excess Strength," cibir Auzora.
"Oh iya, apa aku yang mempesona ini bisa bergabung? Tolong ..." Auzora memohon. Matanya berbinar seperti seekor kucing yang ada maunya.
"Nikmati saja umur pendekmu Pak Tua," ledek Esien lalu menjulurkan lidahnya.
"Aku masih muda," balas Auzora sambil mengusap lembut rambut panjangnya. Auzora memutar-mutar poninya dengan jari telunjuk dengan wajah yang tertunduk cemberut.
"Kau buta," sindir Esien.
"Ini kekuatanku, aku bisa melihat." Auzora lalu menunjuk kedua matanya.
"Aku tidak percaya," jawab Esien dengan nada jahil.
"Pergi sana, ini bakal jadi area terlarang untuk orang sepertimu, rakyat biasa ...," usir Esien kesal. Ia mendorong tubuh Auzora hingga pemuda putih itu terjatuh, payung Auzora pun ikut terjatuh. Astaga lemah sekali tubuhnya, lebih lemah dari sebelumnya. Auzora langsung berdecak mengambil payungnya lagi, awas saja nanti, Auzora akan mengadukannya pada Ayah Levi.
"Oke aku pergi, puas? Puas hah? Puas?!" ucap Auzora geram. Ia pun mengambil batu, Auzora pun dengan sengaja melemparkannya ke arah Esien.
Bruk
Tapi sayang malah Auzora yang jatuh pingsan. Esien mengedipkan matanya berkali-kali lalu melihat kakinya yang kena lemparan batu, ia heran kenapa malah Auzora yang pingsan.
"Astaga, anak beban ...," keluh Esien tak percaya.
"ESIEN MENCELAKAI ANAK ORANG!" teriak teman Esien bernama Dawn. Dia terkejut melihat anak berambut putih tak berdaya pingsan di hadapan Esien. Ide jahilpun muncul.
"Aku adukan ini ke Guru," adu Dawn.
"Guru! Tadi aku lihat Esien melemparkan batu ke anak lemah itu!" teriak Dawn.
Awalnya sang Guru tak percaya dan Dawn pun menunjukannya. Kedua mata Hoshianato terbelalak saat melihat ada orang asing didekat akademinya.
"Astaga Esien! Kau mencelakai anak orang," ucap Sang Guru Hoshianato panik.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Bl] Ice Prince Reincarnation
FantasyDia Pangeran Aurora, dia keji dan penuh dengan kesombongan, pada suatu hari ia mati bereinkarnasi sebagai hukuman, ia bereinkarnasi menjadi orang paling lemah dan ketika ia berbuat jahat tubuhnya akan kaku, Aurora si kejam di tuntut untuk menjadi ba...