9. Menyayat Hati

2.5K 297 13
                                    

"Lepas! Kenapa malah seperti ini?" Tubuh Auzora diikat di pillar akademi.

Auzora memberontak tak terima, ia minta dilepas. Ia memohon.

"Tubuhku, tubuhku tidak bisa bergerak, sakit sekali rasanya," lirih Auzora kesakitan. Tubuhnya diikat mengunakan tali besi yang panas. Kelemahan Auzora adalah api, ia tidak bisa melawan, besi itu membuat tubuh Auzora tak berdaya.

"Auzora ..." Hoshianato sendu menatap anak muridnya.

"Dengar ... kenapa kau mempelajari ilmu hitam?" tanya sang guru.

Esien, Denjin tak menyangka dengan yang Auzora lakukan.

"Aku tidak mempelajarinya sungguh, aku tidak tahu kenapa seperti ini," bela Auzora.

"Tidak ada maling mengaku," ucap Esien membuat suasana semakin memanas.

Raja juga ada di sana, ia sudah menimang-nimang hukuman Auzora selanjutnya.

"Aurora kau akan dijatuhi hukuman tambahan," ucap sang Raja.

Auzora menggelengkan kepalanya menatap Esien dan Denjin lalu beralih ke arah Dawn. "Bantu aku, bantu aku."

"Sungguh aku tidak melakukan itu," bela Auzora lagi dan lagi.

"Aku tidak tahu kenapa jadi seperti ini," lirih Auzora kebingungan. Ia tak ingat apa-apa, ia tidak tahu kenapa jadi seperti ini.

"Lehermu hitam, kau mempelajari ilmu hitam," ucap Esien semakin panas. Hoshianato dan Raja langsung mengecek leher Auzora, benar saja lehernya menghitam seperti ruam.

Auzora mengepalkan tangannya, kesal pada Esien. "Tidak! Aku tidak tahu, sumpah, aku tidak tahu!"

"Kalau kalian tidak percaya akan ku bunuh kalian!" ancam Auzora geram. Auzora memberontak, kakinya menendang sang Raja yang ada didekatnya lalu tak lama karena penyerangan itu seperti biasa Auzora jatuh pingsan. Kutukannya aktif.

Dawn menyeringai. "Dia tidak mempelajarinya, mungkin saja itu penyakit," ucap Dawn pura-pura membela Auzora, padahal ialah pelakunya.

"Dawn, kau yakin?" Esien menyenggol tubuh Dawn. Ia yakin Dawn berbohong karena ingin membela Auzora.

Dawn segera bersujud kepada Raja. Pangeran angin itu sangat rendah hati dan baik, ia menjatuhkan statusnya demi anak biasa seperti Auzora. "Beri dia waktu, aku yakin Auzora tak melakukan itu."

"Seperti biasa hatimu sangat lembut Dawn," akui sang Raja. Ia pun memberikan sedikit keringanan untuk Auzora.

****
Setelah sadar dari pingsannya, Auzora menangis seharian, menutup wajahnya dengan bantal, di satu sisi dia senang punya tangan lagi tapi di sisi lain ia sedih karena dikira mempelajari ilmu hitam.

"Huhuhu, aku tidak melakukan itu sumpah, aku sudah berusaha baik mana mungkin aku melakukan itu," lirih Auzora sedih.

Esien yang berada di tempat tidur atas menutup telinganya mendengar Auzora menangis sepanjang waktu.

"Berhentilah menangis, berisik!" teriak Esien kesal.

"Uhuk, uhuk." Auzora batuk tersedak ingusnya sendiri.

Besoknya lagi-lagi Auzora menangis, meski ia pindah ke halaman akademi tetap saja tangisannya membuat Esien yang sedang latihan sangat risih.

"Bagaimana ini ... waktuku hanya satu bulan, kenapa harus ada kejadian ini? Aku bisa mati lebih cepat kalau seperti ini terus," keluh Auzora.

Tangisan demi tangisan yang Auzora keluarkan membuat Esien perlahan iba. Ia merasa bersalah karena sudah membuat suasana kemarin semakin memanas.

Esien tanpa berpikir panjang memesan payung pada Toko bukan payung biasa tapi payung spesial bersenjata, ia membeli itu untuk membayar rasa bersalahnya karena sudah membuat payung Auzora hilang.

[Bl] Ice Prince ReincarnationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang