"Ah tidak bisa, aku tidak mau mempelajari ilmu itu, nanti ayah kecewa dan bakal ber-ending sama yaitu hukum mati," ucap Auzora menolak. Auzora kembali memejamkan matanya, tangan Dawn pun terkepal mendapatkan penolakan itu.
"Aku tidak mau hanya aku saja yang terjerumus." Dawn.
"Ah kalau gitu selamat mencoba." Dawn mengubah ekspresinya jadi senang.
"Aku akan selalu mendukung pilihanmu," ungkap Dawn masih dengan senyum ramahnya.
"Cih sampah." Dalam hati Dawn mengejek.
*****
"Argh!" Dawn mengeram kesal berjalan menjauh dari kamar asrama. Rambut pirangnya yang terurai semakin panjang setiap langkah, tubuhnya semakin meninggi, Dawn berubah menjadi wujud aslinya.
Ia bukan lagi anak 15 tahun tapi 18 tahun. Dawn terus melangkahkan kakinya dengan cepat, burung-burung hitam berdatangan memutari tubuhnya, tangan Dawn pun mengeluarkan benang-benang putih yang transparan bersamaan dengan wujud klon Auzora yang telah tersambung oleh benang-benangnya itu.
"Itu berarti aku akan menggunakanmu," gumam Esien pada klon Auzora.
****
Ketika malam tiba, Auzora masih berbaring, ia lama merenung karena masalahnya dia bingung waktu demi waktu terus berjalan dan Auzora tak mengerti cara mengunakan kekuatannya selain mengunakan darah.
"Hei sebelum tidur sebaiknya kau makan dulu." Denjin menawari makanan yang telah ia dan Dawn sisakan untuknya.
"Ta-tapi aku nanti dihukum."
"Bukankah peraturan diciptakan untuk dilanggar? Tenang saja tidak ada yang tahu,"
"Baiklah nanti kalian yang harus tanggungjawab!"
Auzora pun memakan makanan dari Denjin sambil cengengesan, untuk pertama kalinya dia makan daging, Auzora sangat senang, Levi sebelumnya tak pernah memberikan ini.
Denjin hanya tertawa pelan melihat pemuda kecil itu makan, Auzora menunjukan pipinya yang penuh nasi, matanya menyipit tersenyum senang.
"Oh iya Dawn ke mana?" tanya Denjin penasaran, tidak biasanya Dawn tidur terlambat.
Auzora menggelengkan kepalanya.
"Mungkin dia sedang latihan, kekuatannya sangat membahayakan, kau tahu kekuatan excess strength nya seperti ilmu hitam dari klan kegelapan, dia tak terlihat seperti klan angin," sambung Esien dari atas kasurnya. Kasur Esien itu berada dibawah kasur Auzora.
Denjin pun mendongak. "Jangan bergosip, kau kira klan api juga bukan lambang kegelapan, api lambang neraka."
Mendengar itu Esien berdecih. "Cih, jangan mengobrol denganku lagi!"
"Ah tapi aku tidak bisa tidur, aku takut tiba-tiba dia mencekikku," gumam Esien tak bisa memejamkan matanya, Auzora jelas sadar dengan 'dia.' yang di masuk Esien.
Setelah makan, Auzora diperintahkan untuk tidur lebih dulu, takut terjadi apa-apa pada Esien. Takut tiba-tiba Auzora berbuat yang tidak-tidak kalau tidak tidur.
*****
Auzora pun memejamkan matanya, ia sangat lelah apalagi kondisinya setelah makan malah membuat Auzora mengantuk berkali-kali lipat.
Saat matanya terpejam, Auzora melihat sekelilingnya membeku, ia yakin ini mimpi karena masalahnya sekarang Auzora berada di atas tubuh Golem salju. Auzora tak mengerti dengan konsep ini tapi yang pasti ia dikejar-kejar oleh empat Raja besar di alamnya yang masuk dalam elemen terkuat.
"Auzora, hentikan semua ini!" teriak salah satu dari sang Raja, itu adalah Raja es.
Auzora masih tak mengerti ia menggelengkan kepalanya.
Tangan Auzora bergerak sendiri menciptakan ratusan pasukan Golem.
Ada yang aneh di mimpi ini, karena Auzora punya dua tangan.
'Tidak bukan ini yang aku inginkan, tubuhku bergerak sendiri!'
Kelima jarinya menciptakan lima jarum tipis yang melayang diatas kepalanya. Tangan Auzora bergerak sendiri melemparkan kelima jarum itu ke arah Raja-raja yang ada di sana.
Jarum es menusuk mereka dan seketika membuat tubuh mereka berubah menjadi abu, Auzora menjerit, siapa yang tak akan panik ketika membunuh Raja.
Auzora tak mengerti ini mimpi sejenis apa, Auzora berusaha keluar dari mimpi ini. Auzora tak tahan.
Apalagi mimpi demi mimpi membuat ia terkena serangan panik. Yang pertama Auzora melihat ayah dan ibunya bertarung melawan dirinya sendiri, Auzora menjerit saat tak senjata membunuh mereka, Auzora tak mengerti apa yang terjadi, tangannya bergerak sendiri.
Yang kedua ia lalu dihadang oleh Esien yang menagih Auzora untuk mengembalikan sosok orangtuanya. Mengembalikannya seperti semula. Esien marah padanya, tubuhnya berapi berkali-kali menyerang Auzora dengan tinjauannya.
Denjin juga tak berada dipihaknya, ia melihat Denjin berusaha menyerangnya dengan rantai panjang yang seperti sebuah pecutan. Dia terus berusaha menyakitinya.
Auzora pun merasa tubuhnya dibawa lari oleh Golem yang ia ciptakan sendiri, ia lalu dibawa ke tempat gelap tempat di mana ia menemukan sesuatu yang aneh, yaitu dirinya sendiri, kaki dan tangannya tersambung oleh benang, diatas tubuh Auzora ada seseorang memakai jubah dan itu adalah Dawn.
"Terkejut?" ucap Dawn pelan. Di sisi Dawn ada seseorang yang terikat, orang itu seperti burung karena memiliki sebuah sayap.
Wajahnya seperti Dawn, apa mungkin itu memang Dawn? Lalu tak lama tubuh orang yang berwajah seperti Dawn membesar.
Duakh
Tubuhnya meledak, muncratan darahnya mengenai wajah Auzora.
****
"Zora, Zora, Auzora tenanglah, bernapas dengan benar, Zora, Auzora ...."
Auzora kesulitan membuka matanya, dadanya naik turun gelisah.
"Auzora!" teriak Esien meledak. Suaranya menggema, Auzora pun membuka matanya.
Ia melihat sekelilingnya, Auzora terkejut ternyata ia tak berada di kasurnya, Auzora berasa dipangkuan Hoshianato diruangan gurunya, ia dikelilingi oleh Dawn, Denjin dan Esien yang menatapnya heran.
"Tadi kau tiba-tiba menjerit dan tak bangun-bangun," jelas Denjim cemas.
"Zora," ucap Hoshianato berkali-kali menghela napasnya. Auzora pun heran dengan sifat Hoshianato yang tak biasanya, Hoshianato nampak cemas.
"Kau tidak melakukan sesuatukan?" tanya Hoshianato pelan, takut membuat Auzora sakit hati.
"Apa?" Auzora memiringkan kepalanya tak mengerti.
"Tanganmu, kenapa?" Hoshianato menunjuk tangan Auzora dengan dagunya.
Kedua tangan Auzora ada, lengkap dan seperti semula, tak ada luka sedikitpun.
"Kau tidak membuat perjanjian pada siapa-siapa kan? Kau tahu ilmu hitam terlarangkan?" tanya Hoshianato.
"Apalagi untuk mengembalikan sesuatu yang hilang," tanya Guru itu sekali lagi.
Auzora menggeleng tak mengerti. "Aku, tak melakukan apa-apa," akui Auzora.
Hoshianato pun saling lirik dengan murid-muridnya. Dawn, Denjin, Esien menggelengkan kepalanya, mereka juga tak tahu apa-apa.
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
[Bl] Ice Prince Reincarnation
FantasyDia Pangeran Aurora, dia keji dan penuh dengan kesombongan, pada suatu hari ia mati bereinkarnasi sebagai hukuman, ia bereinkarnasi menjadi orang paling lemah dan ketika ia berbuat jahat tubuhnya akan kaku, Aurora si kejam di tuntut untuk menjadi ba...