19. Saling Kecanduan Satu Sama Lain

2.1K 180 4
                                    

"Sial aku tidak bisa masuk, Raja itu benar-benar sangat ingin melindungi anaknya," kutuk Esien.

Ia menyesal keluar dari negeri es padahal hanya sebentar tapi ketika ia balik lagi untuk menemui Auzora, wilayah es tidak bisa ia masuki. Seperti ada pelindung yang lebih kuat dari sebelumnya bahkan tidak bisa ditembus oleh Esien, sepertinya ini kekuatan Natan, dia adalah mantan dewa tentu saja dia kuat.

"Apa yang harus aku katakan pada Auzora, dia juga pasti tidak bisa keluar," gumam Esien. Ayah Auzora benar-benar gila.

****

Di sisi lain tangan Auzora ditarik paksa oleh sang ayah untuk masuk kamar lain, kamar yang tidak memiliki jendela hanya lubang udara saja apalagi Auzora di simpan di menara yang atapnya adalah kaca bisa melihat pemandangan langit memang indah tapi saat salju turun menara itu adalah tempat yang terburuk karena menutupi cahaya matahari.

Tubuh Auzora langsung diikat di atas ranjang, Auzora berteriak histeris masa lalu buruk bermunculan lagi, kondisi seperti ini bisa membuatnya mati lebih cepat. Sang ayah pun mulai menutup pintu.

Dari ranjang Auzora semakin berteriak dengan wajah paniknya, kenapa ayahnya sangat berlebihan Esien kan sudah menjadi budak apa yang harus ayahnya takutkan?

"Ayah, apa yang kau lakukan! Buka ayah! Buka!" Auzora menarik tali yang mengikat tangannya, ia tidak segan-segan memutar tangannya sendiri dan ingin membuat putus tangannya.

Sang ayah langsung menghentikan tingkah Auzora dan melototinya sambil berkata,

"Kau tidak suci lagi kalau dekat-dekat dengan iblis itu, jangan sampai kesucianmu tercampur dengan iblis penuh dosa itu!"

"Tapi ayah, dia budakku," ucap Auzora mengeyel, Aamon menepak jidatnya. Harus berapa kali dia bilang pada Auzora kalau orang seperti itu bukan budak dan tidak akan bisa jadi budak.

"Tidak ada budak seperti itu Zora! Dia hanya ingin menyakitimu!" teriak sang ayah.

Auzora tersentak dan langsung menangis sesenggukan.

Aamon segera memeluk sang anak kemudian buru-buru meminta maaf pada anak kesayangannya itu. Ia pun mengusap air mata Auzora yang membasahi pipinya.

"Dengar, aku seperti ini karena berusaha melindungimu," ucapnya pelan-pelan. Setelah mengucapkan itu ayahnya malah pergi dan tidak melepaskannya.

"Ayah!" Auzora menarik talinya dan menggapai-gapai tubuh sang ayah yang mulai menjauh darinya, setelah ayahnya keluar muncullah Denji, orang yang diperintahkan untuk melindungi Auzora.

"Pangeran." Denji mendekati Auzora kemudian mendudukkan tubuh sang pangeran di tempat tidurnya lagi.

"Bukankah kau sangat membencinya? Kenapa kau mencarinya?" tanya Denji heran, waktu itu saat Auzora ulang tahun bukankah dia terlihat sangat membenci orang bernama Esien itu.

"Kenapa?" tanya Denji sekali lagi.

"Aku kesepian," jawab Auzora memperhatikan tembok polos di depannya.

Denji sangat mengerti itu, hidup diatur, tidak bisa beraktivitas berlebihan, tidak boleh bersosialisasi dengan sembarangan orang bahkan sang Raja sangat fanatik pada klan lain dan dunia luar, tentu saja Auzora sangat tersiksa. Denji satu-satunya yang lolos untuk melayani Auzora karena dia bukan sembarang orang, dia adalah pangeran yang tidak berguna, anak terakhir dari banyaknya saudara.

Denji pun menggenggam tangan Auzora sembari tersenyum. "Aku di sini Yang Mulia, akan selalu menemanimu," lirihnya.

****

Esien duduk diatas pohon sembari menatap langit-langit daerah kegelapan, tidak ada cahaya matahari di daerahnya hanya ada bulan sebagai pengganti lampu daerah tersebut, sesembahan demi sesembahan berdatangan, banyak orang-orang yang meminta pengabulan pada Esien dan menaruh sesembahan itu dibawah pohon.

[Bl] Ice Prince ReincarnationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang