22. Demi Pesta

1.4K 134 5
                                    

Kondisi Auzora terus membaik, berita itu bahkan sampai terdengar ke telinga negara sebelah, negara air, mereka mengundang Auzora ke acara pesta tiga hari tentunya ada festival juga. Mereka juga menyediakan kebutuhan Auzora dari pakaiannya sampai bajunya, mereka antusias dan berharap Auzora datang.

Aamon menimang-nimang keputusasaan, ia tentu saja khawatir pada anaknya itu tapi Auzora jika mendengar ini pasti senang juga.

Denji si pemberi undangan itu berdiri di hadapan yang Mulia sambil menelan ludahnya karena respon Aamon yang tidak menunjukkan rasa senang saat mendapatkan undangan tersebut.

"Mungkin ini saatnya Yang Mulia menunjukkan Pangeran pada semua orang, aku rasa ini waktu yang cocok untuk memperkenalkan Zora pada semua orang," ucap Denji, ia ingin semua orang tahu Auzora pangeran negara es sangat menawan dan selama ini yang rakyat negara air lihat itu Auzora palsu yang selalu menggantikan peran Auzora di hari ulang tahun Auzora itu sendiri.

"Tapi tubuhnya lemah, kita semua klan es sebenarnya lemah jika diluar wilayah kita apalagi Auzora," ucap Aamon ragu. Klan es, itu rapuh bahkan Aamon sekalipun ia hanya orang lemah.

"Pesta itu di negeri air bukan negeri api, Anda tidak perlu khawatir," jawab Denji berusaha menyakinkan.

"Tidak bisa." Aamon menolak menyerahkan undangannya lagi.

Brak

"PESTA?!" Tapi Auzora tiba-tiba muncul mendobrak pintu dengan bersemangat sambil menarik-narik tali yang mengikat choker Esien. Orang yang sedang ditarik itu hanya menghela napas lelah.

"Bocah ini tadi sedang jalan-jalan, ceritanya mengajakku bermain tapi saat lewat sini ia mendengar tentang pesta," jelas Esien melipat tangannya.

"Di mana pesta? Aku mau ke pesta," ucap Auzora semangat.

Aamon tidak menjawab, matanya malah berfokus pada kepala Esien yang dipakaikan telinga kucing palsu Kimono yang terbuka, ia berusaha menahan tawa dan mempertahankan sifat coolnya. Esien dipercantik pasti pekerjaan Auzora.

"Kapan?" Auzora bertanya sekali lagi.

"Besok," jawab Aamon dingin.

Kedua mata Auzora berbinar ia pun melirik Esien. "Ayo kita siapkan baju untukmu."

Pemuda itu benar-benar memperlakukan Esien seperti boneka hidupnya, Auzora pun menarik-narik Esien keluar menuju kamarnya dan Esien hanya menghela napas lagi dan lagi.

Disisi lain Denji menunduk, rasanya ia cemburu melihat semua itu. Esien dan Auzora selalu bersama padahal ia pengawalnya tapi semenjak ada Esien ia merasa tersisihkan.

"Apa dia 24 jam bersama Pangeran terus? Rasanya aku tidak berguna," gumam Denji sakit hati,

"Tidak perlu khawatir Esien akan pergi, setelah Auzora benar-benar sehat dan aku akan membuat Zora melupakan peliharaannya itu," jawab Aamon santai, karena itu memang tujuannya.

****

Demi untuk mempersiapkan diri ke pesta, Auzora memanggil semua pedagang aksesoris berkualitas ke dalam kamarnya, ada lima orang yang berjajar menunggu gilirannya dipanggil. Kini ia sedang melihat-lihat pita yang bahannya lembut sekali, pita itu panjang dan mengkilap.

Auzora mengambil pita berwarna merah tapi warna merahnya terlalu tua untuk Auzora.

"Pita merahnya tidak cocok, bagaimana kalau warna lain? Magenta dong bibi," ucap Auzora protes tapi masalahnya semua pita yang dibawa warna merah semua. Karena merah lambang api terpaksa Auzora mengambil warna merah cerah yang terlihat seperti api berkobar.

Auzora pun mengambil bros yang berjajar. Bros itu punya bentuk yang beda-beda dan tentunya arti berbeda pula.

"Ini aku juga mau brosnya, Esien kau suka warna apa?" tanya Auzora pada iblis disebelahnya itu.

"Bunga mawar, aku rasa ini sangat cantik," ucap Esien. Ia sukq warna merah.

Auzora mengangguk dan mengambil itu, ia pun memberitahu pelayannya tentang penampilannya Esien nanti.

"Nanti aku mau Esien di kepang satu terus pakai choker yang bagus, talinya pita," saran Auzora.

Pelayannya hanya mengangguk, saat Auzora memakaikan choker pada Esien, Zora pun berdecak kagum.

"Imutnya ..." ucap Auzora.

"Kau yang imut, menyebalkan," balas Esien dengan cepat lalu melepas pitanya lagi.

"Aku aku mau make up Esien," ucap Auzora kemudian melirik pelayannya.

"Tapi acaranya kan besok," ucap pelayan wanita paruh baya itu.

"Make up nya sekarang gak apa-apa, pestanya memang besok tapi aku dan Esien akan datang sekarang." Auzora cengengesan.

"Seenak jidatmu lah," ungkap Esien sudah telanjur kesal.

"Pergi keluar hari ini, ayah akan langsung mengurungmu," ucap Aamon mengintip anaknya diambang pintu.

Melihat itu Esien memutar bola matanya ternyata ayah dan anak sama saja sama-sama tukang menguping.

"Ih ayah! Pergi sana, kenapa menguping sih ayahkan Raja mengikuti anaknya terus seperti pengangguran!" Auzora protes, ia pun naik ke atas kasurnya sambil menutup kepala dengan bantal, lagi marah ceritanya.

"Ayah menyebalkan tidak seru," ucap Auzora pundung.

"Dia hanya khawatir." Esien menghampiri Auzora untuk menenangkannya, ia pun mengambil bedak Auzora dan mendadani dirinya sendiri.

"Sini lukis wajahku," titah Esien demi Auzora senang.

"Tidak seru pokoknya tidak seru!" Auzora masih marah dan masih menutup wajahnya. "Hmmph!"

Melihat Esien berusaha menghibur Auzora itu membuat Aamon terdiam, apa dia terlalu jahat ya jika suatu hari nanti harus memisahkan Auzora dengan iblis itu.

Aamon merasa Esien tulus, pada dasarnya iblis jenis apa yang menuruti anak manjanya? Hanya Esien ...

****

Keesokan harinya Auzora bangun pagi sekali, staminanya terisi penuh, ia berjalan ke dapur saat lampu masih gelap dan mengambil roti ditambah keju, baju tidurnya berwarna putih panjang dengan pita di dadanya rambut putih Auzora menjuntai menyeret lantai karena tidak diikat.

Auzora merasa ia harus buru-buru bersiap, namun karena hari memang masih pagi sekitar jam 4, setelah makan Auzora tidur lagi di tumpukan karung beras yang berwarna putih.

"Zora!" Siangnya saat akan pergi ke pesta Aamon mencari sang anak, diketahui sang anak menghilang didalam kamar sejak pagi. Tidak ada yang tahu letak keberadaannya bahkan Esien pun tidak tahu.

"Zora!!" teriak Natan.

"Tuan muda?!" Para pelayan dan penjaga juga mencari Auzora dari sudut ke sudut. Mereka lagi-lagi tak menemukan apa-apa.

"Pangeran! Anda di mana?! Pangeran! Bukankah Anda ingin ke pesta!" teriak Denji gelisah. Denji merasa bersalah karena dialah yang membuat Auzora jadi semangat untuk berangkat ke pesta, Denji pun langsung menaiki kudanya, ia akan mencari Auzora ke negaranya.

"Aku rasa dia marah karena kemarin aku tidak mengijinkannya pergi lebih awal," ucap Aamon meremas rambutnya, wajahnya memerah ia hampir menangis,

"Aku akan mencarinya keluar." Esien melebarkan sayapnya, ia terbang ke atas langit paling tinggi untuk melihat Auzora dan mencari pemuda berambut putih itu, pasti Auzora tidak akan jauh, anak itu lemah dan pasti akan jatuh-jatuh ketika berjalan.

Esien mengusap wajahnya yang terasa mengeluarkan air mata, ada rasa penyesalan dihatinya, ia merasa kenapa ia begitu ceroboh tidak menjaga Auzora semalaman, Esien menyesal.

"Aku tidak ingin kau mati lagi Auzora," gumam Esien.

Bersambung

Auzora :v

[Bl] Ice Prince ReincarnationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang