20. Peliharaan Untuk Auzora

1.7K 150 6
                                    

Sang Raja bersedih karena Auzora tak kunjung sadarkan diri, anaknya itu seakan protes kalau dia tidak akan bangun sampai Esien datang.

Ia pun menyuruh Denji untuk mencari Esien, iblis itu yang biasanya tinggal di kuilnya sendiri. Denji awalnya ingin menolak itu artinya Esien dan Auzora akan semakin dekat lalu bagaimana nasibnya? Ia sudah menyerahkan seluruh statusnya demi Auzora, rela mencabut gelar pangerannya demi Auzora. Ia takut Auzora akan terus bersama dengan Esien dan melupakannya.

Ya meski ujung-ujungnya Denji mencari keberadaan Esien.

****

Dua hari itu juga Denji tidak pernah terlihat lagi, Auzora selalu bersama dengan pelayan lain dan membaca buku dongeng setelah sadar dari tidurnya, ia tidak mencari Denji dan tidak mencari-cari Esien lagi, suasananya lebih tenang hanya saja rasanya hampa karena Auzora tidak banyak tingkah.

Seperti biasa setelah mandi, rambut panjangnya di sisir oleh beberapa pelayan wanita, sambil membaca buku Auzora menikmati rambutnya di yang disisir secara perlahan. Ia hampir saja tergeletak jatuh dari bangku karena merasa ngantuk untung pelayan dengan sigap menyandarkan kepala Auzora ke tubuhnya, Auzora seperti putri tidur akhir-akhir ini.

"Tuan muda, Anda di panggil Yang Mulia," ucap pelayan lainnya yang baru datang.

"Aku lelah," lirih Auzora.

"Anda baru saja bangun tidur beberapa menit lalu sebelum mandi, Raja menyuruh Anda makan bersama," jelas pelayan itu sekali lagi.

Auzora menggeleng, namun tubuhnya langsung digendong oleh satu pengawal ayahnya yang datang menjemput Auzora. Remaja pucat itu pun langsung di dudukan di meja makan berhadapan dengan ayah dan ayahnya. Ya Auzora tidak salah menyebutkan dua ayah, karena dia anak dari permaisuri laki-laki.

"Makan, ada hadiah untukmu," titah Aamon yang sudah menyediakan makanan Auzora, namun Auzora menggeser makanan tersebut dan tertidur di atas meja.

"Aku kenyang," jawab Auzora lemas, ia membuka matanya kemudian menutup lagi.

"Aku mau tidur saja," lirih Auzora tidak semangat sama sekali.

"Ayah bilang makan." Aamon bersikap dingin pada Auzora, padahal sudah ada kado besar di sisinya bisa-bisanya Auzora tidak tertarik dengan itu.

"Tidak mau," jawab Auzora sekali lagi sambil merengek.

"Ya sudah tidak ada hadiah untukmu." Aamon akhirnya menyerah, ia pun melirik kadonya dan memanggil seseorang dari dalam kado itu.

"Hei kau," panggil Aamon kepada sang kotak kado.

"Ya?" Esien langsung muncul dari sana dengan kepala yang sudah diikat pita.

Auzora menganga melihatnya. Ia masih belum menutup mulutnya sampai salah satu pelayan pun datang menutup mulut Auzora yang tampak masih terkejut.

"Pergi sana, dia tidak menginginkan dirimu lagi," usir Aamon pada Esien dengan nada pura-pura menjahili Auzora agar anaknya itu menyesal.

"Ah baiklah kalau begitu." Esien keluar dari tempatnya dan dibawa keluar oleh pengawal Aamon.

"Aaawh, Ecien tutu tu ututu," ucap Auzora menarik rambut Esien yang sepertinya sengaja melewati si putih itu. Auzora menggelengkan kepalanya meminta Esien tidak pergi.

"Makan kalau mau hadiah itu, nanti ayah jelaskan," titah Aamon menggeser makanan Auzora lagi ke arah anak itu.

"Terimakasih ayah, sayang sayang seribu persen." Auzora segera memeluk ayahnya, gemas. 

"Makan," titahnya lagi.

Auzora masih cengengesan, sebelah tangannya memegang rambut Esien karena takut kehilangan sosok itu lagi. Sambil makan dengan lahap, Auzora bersemangat ia bahkan sampai nambah.

[Bl] Ice Prince ReincarnationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang