♡ raib × ali ♡
Aku mendengus kesal. Ini semua kerjaan Seli, bisa-bisanya dia memakai namaku demi menyemangati Ali saat bertanding. Seli juga pura-pura polos begitu, seakan tidak melakukan kesalahan apapun.
Gelas minuman di tangan kananku sudah habis, menyisakan es batu di dalamnya. Sudahlah, tidak ada gunanya aku terus bersungut-sungut tidak jelas seperti ini.
Seli mengajakku turun dari tribun, mengingat pertandingan basket sudah selesai. Tidak perlu kuberitahu lagi 'kan pemenangnya siapa?
Kami menunggu di parkiran, aku ogah berdesak-desakkan di lapangan yang penuh dengan fans rese milik Ali. Seli juga setuju dengan pemikiranku.
Beberapa menit menunggu, terlihat pemuda jangkung dengan rambut berantakan berlari kecil kearah kami, masih mengenakan jersey basket miliknya.
"Pertandingan tadi hebat sekali Ali!" Seli berkata dengan semangat, mengajak Ali bertos ria.
Si biang kerok menyeringai, "tentu saja Sel. Ini semua demi nonton bioskop bersama Putri Bulan."
Aku memutar bola mata, "yeah selamat Ali. Tadi kamu hebat sekali." Tidak ada salahnya menyanjungnya sedikit.
"Wow ..." Ali melongo, menatap ke arahku dengan mata membelalak.
"Heh?" Aku memasang wajah tidak mengerti, "kenapa, Ali?"
Ali berganti menengok ke arah Seli. "Sel, ini aku tidak bermimpi 'kan? Ini nyata?" Seli juga mengerutkan dahinya, heran dengan kelakuan si biang kerok ini.
"Aku baru saja dipuji Putri Bulan!! Astaga Ra, Sel, ini keajaiban dunia paralel!"
Aku hampir melempar ponsel yang sedang ada di genggamanku ke arahnya, namun batal. Sayang nanti ponselku rusak.
Seli tertawa sambil memegangi perut, "benar Ali. Sampai rumah kamu harus membuat plakat tentang ini."
"Alay sekali kalian berdua," aku menggeleng tidak habis pikir. "Sudah-sudah, ayo pulang. Sudah sore."
Di angkot kami duduk bersisian, aku mengikat rambutku karena terasa panas. Seli bersenandung sambil memainkan ponselnya. Hanya Ali yang duduk diam.
"Ra, jadi mau kapan?" Ali memecah keheningan.
Aku baru menurunkan tangan setelah menyatukan rambut, "apanya?"
"Nontonnya."
Ingin rasanya aku berteriak, namun tidak, takutnya aku dikira orang tidak waras. "Kapan-kapan."
"Ya sudah, besok? Kebetulan weekend." Lihatlah anak ini, pantang menyerah sekali kalau soal bioskop.
"Oke, jam 1 siang saja."
Ali mengangguk senang. Aku beralih menatap Seli yang sedang memperhatikan kami dengan senyum menggoda. Lihat saja Sel, akan kubalas kelakuanmu nanti!
-tbc-
a.n : cerita ini pernah dipublikasikan di aplikasi telegram.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bumi Series [fanfict]
FanfictionFanfic tentang karakter bumi series. Versi twitter dari tulisan ini bisa dilihat di tiktok yang ada di bio <3 *** Seluruh karakter dan beberapa latar cerita bukan milik penulis. Penulis hanya meminjam karakter milik Tere Liye dari serial Bumi.