Aldebaran | (3/3)

2.2K 156 151
                                    

☆ special chapter ☆

Itu kejadian 5 tahun lalu.

Raib telah tumbuh dewasa, fisiknya lebih tinggi sejengkal. Rambutnya menjadi lebih indah. Mata hijaunya kini semakin pekat, tidak perlu bulan purnama untuk mengeluarkan cahaya hijau dari matanya.

Batozar terus menemaninya selama ini. Berdiri gagah di belakangnya. Tidak pernah membiarkan Raib merasa sendiri, persis seperti sumpahnya. Batozar tidak tahu betapa Raib bersyukur atas hadirnya ia. Raib bahkan berpikir, jika tidak ada Batozar, mungkin ia tidak bisa berdiri sampai sekarang.

"Master B, aku sangat gugup," cicit Raib sambil meremas tangannya.

"Tidak perlu, Your Highness. Yang datang hanya teman-temanmu, bukan musuh bebuyutanmu," ucap Batozar dengan bercanda.

"Master B, kau tidak perlu memanggilku begitu." Sudah beribu kali Raib mengatakan ini, beribu kali pula Batozar terus mengulanginya.

Master B hanya tersenyum kecil. Kembali takzim berdiri di samping Sang Putri. Raib mengetuk-ngetukkan kakinya tidak sabar. Kapan mereka akan datang?

"Your Highness, tamu anda sudah ada di aula," ucap salah satu penjaga.

Raib segera berdiri dari duduknya. Dengan cepat menuruni tangga untuk menuju aula. Membuat Batozar berseru, "Raib, tidak perlu berlari. Gaunmu sangat berat."

Mendengar itu, Raib memelankan langkahnya. Berusaha menenangkan dirinya sendiri. Berjalan perlahan menuju aula.

Pintu terbuka, penjaga mengumumkan kedatangan dirinya. "Her Highness, Princess of Aldebaran, Princess Raib. Dan Master Batozar, Her Guardian."

Raib tidak bisa menahan dirinya lagi, ia berlari menghampiri Miss Selena yang berdiri paling dekat darinya. "Miss Selena!" Dengan cepat Raib menubrukkan diri, memeluk guru yang paling ia sayangi itu.

"Raib, astaga kau cantik sekali," ujar Miss Selena takjub. "Kau sangat mirip dengan ibumu, Ra." Raib mengangguk terharu, menahan air mata bahagianya. Sungguh itu adalah pujian yang sangat berarti baginya.

Raib menyapa Panglima Tog yang ikut datang, bertanya tentang keadaan Klan Bulan yang telah lama ia tinggalkan. Setelah mengetahui jawabannya, Raib beralih kepada Hana, wanita bijak dari Klan Matahari yang membantunya dalam memahami kekuatan berbicara dengan alam.

"Hana! Bagaimana kabarmu? Apa lebah-lebah sudah kembali berkumpul di padang perdu berduri?"

Hana terkekeh, "kabarku sangat baik, dan bertambah baik setelah bertemu denganmu, Ra. Lebah-lebahku sudah banyak, kau harus datang kesana satu tahun lagi. Mereka akan bercahaya, sesuai siklusnya."

Raib mengangguk semangat. Ia akan mengusahakan untuk datang. Raib beralih lagi ke Faar yang dengan menatapnya dengan mata berbinar.

"Wahai, gadis remaja yang tersesat ke lembah hijau milikku ternyata sudah menjadi Putri sungguhan. Bagaimana kabarmu, Raib?" Raib menjawab dengan datang ke pelukan Faar. Faar adalah orang yang selalu percaya Raib akan melakukan sesuatu yang baik di dunia paralel.

Raib menoleh kesana kemari, mencari beberapa orang yang belum terlihat. Ia menemukan Batozar tengah bercakap-cakap dengan Panglima Tog dan Miss Selena. Raib tersenyum, ternyata Batozar bisa merindukan seseorang juga.

Lamunannya terputus saat ia mendengar suara yang begitu familiar di telinganya.

"Kamu ini, Ali! Kita kesini untuk bertemu dengan Raib! Tapi kamu malah berhenti disana sini membuat kita terlambat!" suara omelan yang Raib sangat rindukan itu terdengar keras. Raib mati-matian menahan air matanya untuk keluar.

Bumi Series [fanfict]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang