♡ seli × ily ♡
30 Maret
Ily mengetuk pintu rumah berwarna putih di depannya. Hatinya sudah resah sejak tadi. Tidak biasanya dia seperti ini. Ily adalah orang yang teratur dan terencana. Tapi keputusannya untuk ke Klan Bumi hari ini benar-benar impulsif. Dia bahkan bolos dari tempat kerjanya.
Tidak apalah, demi seseorang yang spesial. Ily bersedia melakukan apapun.
Pintu itu akhirnya terbuka. Ada seorang wanita separuh baya dengan baju kerja menatapnya, "eh. Ada Nak Ily, silahkan masuk."
"Terima kasih, Tante." Ily mencium tangan Mama Seli sekali. Dia beranjak masuk, Berjalan beriringan dengan Mama Seli.
"Apa kamu segera kesini karna Seli?" tanya Mama Seli setelah mereka duduk di kursi ruang tamu.
"Iya, Tante. Ily khawatir dengan Seli."
Mama Seli mengangguk, "Tante juga khawatir. Dia tidak mau keluar dari kamarnya sejak kemarin. Mungkin jika Ily yang membujuk Seli, dia akan luluh."
"Ayo, ikuti Tante." Mama Seli mengajak Ily berdiri. Dia melangkah ke lantai dua, menuju kamar dengan pintu berwarna kuning lembut. Di pintu itu terdapat banyak hiasan bunga matahari.
"Seli, ada Kak Ily," ucap Mama Seli sambil mengetuk pintu.
Namun, tidak terdengar sahutan apapun dari dalam. Ily melangkah maju, "Sel, ini Ily. Apa kamu bisa keluar?"
Sama. Setelahnya hanya senyap yang mengisi udara.
"Kalau begitu, bolehkah aku masuk?" tanya Ily lagi. Ily menajamkan pendengarannya, mencari-cari suara riang yang biasanya selalu menjawab dengan nada bahagia.
Masih tidak ada.
Mama Seli terlihat menggeleng. "Dia sudah begitu sejak kemarin, Ily." Wajahnya terlihat sedih. Dia khawatir dengan keadaan putrinya di dalam sana. Seli sudah melewatkan makan malam, sarapan, dan makan siang.
Ily memutar otak. Sejujurnya dia juga khawatir. Sudah banyak pikiran negatif yang berseliweran di benaknya. Semoga saja itu tidak terjadi.
"Ily coba lewat balkon ya, Tan. Siapa tau bisa." Ily menoleh ke arah Mama Seli yang masih terlihat khawatir.
"Boleh. Apa kamu butuh tangga?"
"Tidak perlu, Tan. Ily bisa langsung berpindah ke balkon saja."
Ily memutar badannya, bergerak cepat keluar rumah. Ia berjalan menuju halaman kecil yang ada tepat di bawah balkon Seli.
Mama Seli yang sedari tadi masih mengikuti mengeluarkan suara, "Nak Ily."
"Iya, Tan?"
"Terima kasih sudah peduli dengan Seli." Hatinya tersentuh. Sejak Ily menginjakkan kaki di rumah ini, ia bisa melihat raut khawatir yang tulus dari pemuda ini.
"Tidak perlu berterima kasih, Tante. Ily permisi sebentar, Tan. Semoga Seli bisa luluh," ujar Ily sebelum ia menghilang dan muncul kembali di lantai dua, balkon milik Seli.
Tirainya tertutup, padahal biasanya Seli selalu membiarkan sinar mentari masuk ke kamarnya. Ily mengetuk pintu transparan itu beberapa kali, berharap ada gerakan atau sahutan dari dalam.
Benar saja. Setelah menunggu beberapa detak jantung, tirai itu tersibak. Akhirnya Ily bisa melihat gadis berambut pendek di dalam sana.
"Apa aku boleh masuk?" Ily menggerakkan tangannya, memberikan gestur agar kalimat miliknya terbaca jelas.
Sayangnya, Seli menggeleng. Dia sedang tidak ingin diganggu oleh siapapun. Tidak bisakah semua orang berhenti memintanya untuk keluar? Dia butuh waktu sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bumi Series [fanfict]
FanfictionFanfic tentang karakter bumi series. Versi twitter dari tulisan ini bisa dilihat di tiktok yang ada di bio <3 *** Seluruh karakter dan beberapa latar cerita bukan milik penulis. Penulis hanya meminjam karakter milik Tere Liye dari serial Bumi.