◇ RaSeLi ◇
Raib sudah berjanji dengan Seli. Hari ini ia akan melepaskan semua gengsi dan mendukung Ali tanpa menutup-nutupinya. Semua ini demi Final Honda DBL yang tengah diadakan di provinsi mereka.
Bagi yang tidak tahu, DBL adalah lomba basket tingkat SMA terbesar se-Indonesia. Kompetisi ini diminati karna hanya boleh diikuti oleh murid SMA saja. Tidak ada atlit profesional yang ikut serta dalam lomba ini. Semua pesertanya sama.
"Kalian duduklah di sana," Ali menunjuk ujung lapangan sebelah kiri. Di sana ada banyak kursi berjejer, diperuntukkan untuk tamu spesial dari masing-masing tim. "Duduklah paling depan dan dukung aku sekuat tenaga," ucap Ali sambil menyeringai.
Raib dan Seli tertawa. "Pasti, Tuan Muda."
"Kalian mengobrol saja dulu, aku mau membeli minuman," Seli beranjak pergi, menghampiri stand minuman terkenal yang berjejer di lorong.
Ali dan Raib terdiam, menatap lapangan dan tribun yang mulai ramai. "Kamu gugup?" tanya Raib.
"Huftt, sedikit." Hari ini telah tercatat rekor baru di dunia paralel. Seorang Tuan Muda Ali telah mengakui dirinya gugup di depan Raib. Ini sungguh mengejutkan.
"Aku yakin kamu pasti bisa," ujar Raib sambil tersenyum. "Sayang sekali aku tidak bisa meredakan gugupmu dengan kekuatanku disini." Raib takut jika kegugupan Ali dapat mempengaruhi kemampuannya saat bermain nanti.
"Begini saja," Ali membuka telapak tangannya, menyodorkan tangan itu ke depan Raib.
Raib mengernyit bingung, "apa ini? Aku tidak bisa memakai kekuatanku disini, Ali."
"Pegang saja tanganku, Ra. Siapa tahu gugupku berkurang."
Raib membelalak. "Serius?"
"Aduh, Ra. Aku sedang tidak ingin bercanda disaat-saat seperti ini," kata Ali gusar. Kakinya sejak tadi tidak bisa diam, terus mengetuk lantai dengan tempo cepat.
Tarik napas, buang, tarik lagi, buang lagi. Baiklah. Tidak ada ruginya membantu sahabatnya yang sedang gugup, iyakan? IYAKAN?!
Raib menggenggam tangan Ali, namun belum sempat ia bereaksi, Ali telah membenarkan pegangan itu. Sekarang, jari-jari Ali mengisi jarak diantara jari tangan Raib. Dia menggenggamnya kuat, namun tidak terasa sakit.
Si Biang Kerok ini benar-benar gugup, batin Raib. Daritadi napasnya tidak teratur, matanya juga selalu bergerak kemana-mana. Raib menggerakkan ibu jarinya, mengusap bagian buku jempol Ali dengan perlahan. "Santai saja, Ali. Kamu pernah melakukan lebih dari ini, dan hasilnya sangat memuaskan."
Ali terlihat mengambil napas dalam. Tangannya menggenggam tangan Raib lebih erat, "terima kasih, Ra."
***
Pertandingan sudah memasuki babak terakhir. Sejauh ini, poin dari masing-masing pihak saling mengejar. Ali sedang bersiap di tempat duduknya, waktunya dia bersinar di babak terakhir.
Ali sengaja ditempatkan di babak ke-1 dan 2. Pelatihnya menyuruh Ali beristirahat di babak ke-3 agar dia bisa maju di babak terakhir.
Raib dan Seli sangat menikmati pertandingan itu. Apalagi pemandangan yang mereka dapatkan sangatlah dekat, tensi tegang di tengah pertandingan sampai ke kursi mereka.
Seluruh tribun bersorak saat pemain dengan nomor punggung 15 memasuki lapangan. Benar, siapa lagi kalau bukan Tuan Muda Ali. Raib dan Seli ikut berteriak menyemangati.
Baru beberapa jam yang lalu Raib tahu bahwa posisi Ali adalah shooting guard. Mengingat bidikan dan gerakan Ali yang selalu tepat dalam memasukkan bola juga mengecoh lawan, Raib mengakui Ali sangat cocok ditempatkan di posisi tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bumi Series [fanfict]
FanfictionFanfic tentang karakter bumi series. Versi twitter dari tulisan ini bisa dilihat di tiktok yang ada di bio <3 *** Seluruh karakter dan beberapa latar cerita bukan milik penulis. Penulis hanya meminjam karakter milik Tere Liye dari serial Bumi.