♡ raib × ali ♡
Hari Jumat berjalan seperti biasa. Kelas IPA 1 lagi-lagi belajar biologi. Sebenarnya Raib agak heran, kenapa rasanya kelas mereka selalu belajar biologi?
Pulang sekolah, Seli mengajak Raib untuk menonton latihan basket. Alibinya untuk mendukung Ali, padahal dia ingin cuci mata. Raib menggeleng heran, pasrah ditarik menuju lapangan.
Mereka duduk di tempat biasa, di ujung lapangan. Melambai kepada Ali yang tengah melakukan pemanasan. Raib mengeluarkan buku jurnalnya, dia dapat tugas membuat artikel dari klub menulis.
Seli melipat kaki, dari ponselnya mengalun lagu-lagu berirama cepat. Kepalanya mengangguk-angguk, menikmati alunan musik. Walau Raib bukan kpopers, tapi ia mengakui bahwa lagu-lagu korea yang sering ia dengar dari Seli itu bagus. Ia bahkan hapal beberapa.
Seli sudah berusaha meracuninya untuk menjadi kpopers, tapi sayang Raib tidak punya minat kesitu. Ia hanya menikmati lagu saja.
"Eh Sel, aku ke toilet dulu ya. Kamu mau nitip sesuatu tidak? Biar aku mampir ke kantin setelahnya," tanya Raib.
Seli menggeleng, "tidak usah, Ra."
Raib berjalan menuju toilet, melakukan urusannya kemudian merapikan rambut yang tadi ia ikat asal. Punya rambut panjang kadang merepotkan, tapi ia tidak rela memotong rambutnya menjadi pendek.
Sebelum kembali ke lapangan, Raib mampir ke kantin. Ia membeli satu botol air mineral, menyerahkan uang kepada penjual dan mengucapkan terima kasih.
Raib kembali bersamaan dengan Ali yang berlari kecil mendatangi tempat mereka duduk. Dengan wajah sok galak, Ali memalak Raib. "Ra, botol minummu mana? Minta."
Biang kerok kurang ajar. Raib menghela napas. Sudah sering Ali memalak air minum Raib saat ia sedang latihan, membuat Raib harus membawa botol satu liter ke sekolah setiap hari Jumat.
Alih-alih memberikan botol minum biru miliknya, Raib menyodorkan botol air mineral yang dibelinya dari kantin. "Nah."
"Botol minummu kemana?" Ali menerimanya dengan dahi berkerut.
"Habis, tadi kepalaku panas sekali saat belajar biologi."
Raib beranjak duduk di samping Seli, diikuti dengan Ali yang duduk meluruskan kaki di depan mereka. Lagu dari ponsel Seli masih mengalun.
Ali meneguk air mineral itu sampai setengah botol. Kemudian berkomentar, "rasanya beda."
"Apanya, Li?" Seli bertanya.
"Tidak semanis air minum Raib," kata Ali dengan dahi terlipat.
Raib mendecak kesal, "walau begitu kamu minum sampai habis setengah."
"Aku haus, Ra."
"Ya minum!"
"Ya ini sudah minum setengah botol seperti katamu 'kan!"
"Stop! Kenapa malah adu mulut disini sih?" seru Seli. Heran dengan kelakuan sahabatnya. Mereka ini seperti kucing dan anjing, tidak bisa kalau tidak berkelahi. Minimal satu kali dalam sehari.
"Dia yang selalu memalak aku tiap kali latihan!" adu Raib kepada Seli.
"Ya habisnya air minum Ra enak."
Raib memutar bola mata, ingin membalas ucapan Ali. Tapi suara tepukan tangan menghentikannya, pelatih memanggil anggota basket untuk kembali berkumpul. Ali menaruh botol air mineral yang tersisa setengah di lantai.
"Lain kali tolong berikan air minummu ya, Ra," ucap Ali manis dengan senyuman. Raib melongo, tumben sekali si biang kerok ini manis kepadanya.
Eh eh. Apa ini? Tangan Ali sudah bertengger di kepalanya, mengusak-usak rambut yang sudah Raib rapikan tadi. Kemudian menarik ikat rambut milik Raib sampai rambutnya jatuh tergerai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bumi Series [fanfict]
FanfictionFanfic tentang karakter bumi series. Versi twitter dari tulisan ini bisa dilihat di tiktok yang ada di bio <3 *** Seluruh karakter dan beberapa latar cerita bukan milik penulis. Penulis hanya meminjam karakter milik Tere Liye dari serial Bumi.