♡ raib × ali ♡
Kami sampai di sebuah mall di kotaku. Aku turun dari motor, lagi-lagi dengan bantuan Ali. Kemudian menyerahkan helm tersebut ke arahnya sambil memperbaiki tatanan rambutku.
"Oh iya Ali, tadi di perjalanan kamu ada ngomong sesuatu? Aku tidak dengar," tanyaku kepada Ali yang tengah menyugar rambutnya.
Ali menggeleng, "tidak ada, Ra." Aku berpikir, masa sih. Aku yakin dia ada ngomong sesuatu. "Masa? Tapi aku yakin kamu ngomong sesuatu, Li."
"Makanya lain kali dikorek kupingnya, Putri. Masa Putri Bulan budeg." Kurang ajar anak ini. Aku memberinya tampolan sepenuh hati.
"ADUH! Sakit Ra!" Tidak ada yang kulakukan selain tersenyum polos.
Kami jalan beriringan menuju lantai paling atas mall ini, tempat bioskop berada. Aku daritadi sibuk dengan ponsel Ali, dia menyuruhku melihat jadwal film agar saat di kasir kami bisa langsung memesan.
"Ini aja, Li. A Quiet Place 2. Mau gak?" tanyaku, menunjukkan poster film itu kepadanya.
"Kamu modus ya, Ra? Biar bisa peluk-peluk aku pas nonton horror?" katanya percaya diri.
Aku melotot. "Mana ada! Halu-mu ketinggian, Li. Aku sudah nonton film pertamanya, tidak ada salahnya aku lanjut nonton sequelnya 'kan."
Ia berdecih tidak percaya. "Jadi kamu mau tidak?" tanyaku sekali lagi.
"Boleh. Terserah saja, Ra."
Aku menaiki eskalator sambil mengangguk. Menengok lagi ke arah Ali untuk bertanya apa dia mau popcorn atau yang lainnya, tapi kok si biang kerok itu tidak ada?
Kepalaku tertoleh ke belakang. Oh, ternyata Ali pindah ke belakangku karena sedang menaiki eskalator.
Boleh juga, tuan rambut berantakan ini. Ternyata dia tau etika saat menggunakan eskalator. "Kamu mau popcorn atau minuman, Li?" Aku memiringkan tubuh ke arahnya.
"Tidak usah, Ra. Kita 'kan mau nonton horror. Takutnya malah tersedak kalau memakan sesuatu." Betul juga, aku setuju.
Setelah menunggu cukup lama, akhirnya aku dan Ali sampai di depan loket. "C10, dan C11 saja, Mbak."
Sebelum aku sempat mengeluarkan dompet, Ali lebih dulu menyodorkan kartu miliknya. "Loh, 'kan yang traktir aku?" tanyaku heran.
"Tidak apa-apa, Ra. Aku hanya ingin nonton berdua denganmu saja."
Aku terbatuk kecil, berusaha menahan rona kemerahan yang aku yakin sudah menyebar ke wajahku.
Panggilan memasuki teater terdengar setelah beberapa menit menunggu. Aku dan Ali memasuki teater sambil mengobrol santai, menunggu filmnya diputar. Untung saja tidak ada Master B disini, kalau ada, sudah pasti rusuh satu bioskop.
Kami menonton dengan serius. Apa yang kalian harapkan? Adegan aku memeluk Ali karna ketakutan, atau Ali yang menepuk-nepuk kepalaku karena gemas? Teruslah berandai-andai karena itu tidak akan terjadi.
Filmnya sudah selesai, sangat bagus dan membuatku greget. Bahkan sepanjang film aku ikut diam, terbawa sepenuhnya oleh suasana film yang sunyi.
Aku dan Ali mengomentari filmnya sambil melangkah keluar. Kami berencana mampir ke satu restoran untuk mengisi perut. Nonton film horror itu sangat menguras tenaga.
"Loh. Raib, Ali?" Langkah kami terhenti karena panggilan dari belakang. Aku menengok, berbarengan dengan Ali.
"Johan? Habis menonton juga?" sapaku. Dia Johan, teman sekelas kami.
"Iya nih. Wah kalian ternyata sudah naik level ya."
Aku menoleh ke arah Ali, meminta penjelasan dari omongan Johan. Ali hanya menatap malas ke arah laki-laki sebayanya itu. "Maksudnya gimana, Jo?" tanyaku.
"Iya, dari friendzone jadi pdkt-zone."
Aku menghela napas keras. Sebelum aku bisa membantahnya, Ali sudah menarik tanganku. "Kami duluan, aku sudah lapar," pamitnya kepada Johan.
"Heh Ali! Kamu harusnya membiarkanku meluruskan pendapatnya. Nanti Johan berpikir macam-macam."
"Aku lapar, Ra."
Baiklah. Percuma menghadapi beruang lapar. Dia akan tetap rese sampai ada makanan masuk ke perutnya.
-end-
a.n : untuk ver. twitternya bisa diliat di tiktok ku ya! Link in bio <3
KAMU SEDANG MEMBACA
Bumi Series [fanfict]
FanfictionFanfic tentang karakter bumi series. Versi twitter dari tulisan ini bisa dilihat di tiktok yang ada di bio <3 *** Seluruh karakter dan beberapa latar cerita bukan milik penulis. Penulis hanya meminjam karakter milik Tere Liye dari serial Bumi.