*lanjutan dari chapter "Gadis Berambut Pendek"*
◇ ily ◇
Aku membuka mataku malas-malasan. Sebenarnya aku sudah bangun sedari tadi, hanya saja aku tidak memiliki energi untuk beranjak dari kasur.
Jam di nakas sudah menunjukkan pukul 7 pagi. Kami masih di hotel yang sama, di tempat Ali dan Seli melangsungkan pernikahan mereka. Seharusnya pukul 8 nanti kami akan sarapan bersama di atas.
Tapi hatiku sakit sekali.
Memang. Iya, ini salahku. Aku yang terlanjur dingin kepada Seli. Tapi mana kutahu kalau di tengah-tengah itu, Seli ternyata menjadi dekat dengan Ali?
Bukankah ini aneh ...? Setahuku Seli suka sekali menggoda Raib dan Ali. Tapi malah dia yang menikah dengan si rambut berantakan itu. Mungkin saja karna Raib kelihatan tidak tertarik sama sekali dengan Ali, jadi Seli lelah menjodohkan mereka berdua.
Raib...
OH! RAIB!
Aku menggapai tablet tipis, berniat menghubungi Raib. Datang sendirian terlihat menyedihkan, aku tidak bisa terlihat sedih sekarang. Dengan adanya Raib, setidaknya aku memiliki teman untuk mengadu nasib hari ini.
Bagus. Gadis itu mau. Aku berjalan menuju kamar mandi, berniat membersihkan diri. Astaga, wajahku pucat sekali. Bahkan mayat hidup pun kalah. Tanganku meraba wajah, mencubit pipi dan hidungku berkali-kali. Sama saja. Tidak ada perubahan yang berarti.
Sudahlah. Biarkan saja.
Aku bersiap dengan cepat. Untuk ke tempat sarapan bersama, aku harus mendatangi kamar 2105 lebih dulu. Menjemput Putri Bulan.
Gadis berambut panjang itu tergelak saat melihat wajahku.
"HAHAHAHA KAK ILY. KENAPA MUKA KAKAK KAYAK GITU?"
Kurang ajar.
Aku menunggu gadis ini sampai dia selesai tertawa. Ada setitik air mata yang keluar dari sudut matanya, puas sekali dia menertawakan aku. Raib mengambil napas sambil menenangkan dirinya yang masih terkekeh.
"Astaga, Kak. Muka Kak Ily ... kayak zombie," ujar gadis itu dengan lebih baik.
"Makasih." Aku mendelik kesal ke arahnya, sarkasme saja. Orang gila mana yang berterima kasih setelah dikatai mirip seperti zombie?!
Gadis itu menyengir, rambut panjangnya yang diikat menjadi satu ikut bergoyang ketika ia bergerak. "Mau coba kusembuhkan, Kak?"
"Memangnya bisa?"
"Bisalah!" Raib mendelik ke arahku. "Jangan remehkan kekuatan penyembuhanku."
"Aku tidak meremehkan," balasku. "Hanya saja aku tidak tahu kalau kamu bisa melakukan itu."
"Kemari," katanya. Aku mendekat, membiarkan gadis ini menyentuh lenganku yang dilapisi oleh kemeja berwarna hitam. Rasanya hangat. Maklum, aku baru pertama kali merasakan kekuatan Raib yang ini. Biasanya aku selalu kena hantam pukulan berdentumnya, jadi shock sedikit.
"Nah, coba Kak Ily liat sekarang." Raib membuka pintu kamarnya lebih lebar, mempersilahkan aku masuk untuk mengaca.
"Boleh juga," pujiku. Ternyata gadis ini multitalenta sekali.
"Sekalian sembuhkan sakit hatiku bisa tidak?" tanyaku sambil bercanda.
Raib ikut tertawa, "bisa tapi hanya sementara."
Aku menggeleng sambil tertawa. "Bercanda. Ayo ke atas."
Raib melangkah keluar terlebih dahulu setelah mengambil tas kecil. Aku melirik sekitar, gadis ini pasti habis menangis tadi malam. Lihat saja, kotak sampahnya penuh dengan tisu bekas pakai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bumi Series [fanfict]
FanficFanfic tentang karakter bumi series. Versi twitter dari tulisan ini bisa dilihat di tiktok yang ada di bio <3 *** Seluruh karakter dan beberapa latar cerita bukan milik penulis. Penulis hanya meminjam karakter milik Tere Liye dari serial Bumi.