Laut Bercerita

2K 97 23
                                    

♡ raib × n-ou ♡

Buyar.


Konsentrasi Raib buyar sejak semalam. Dia terbangun dengan mata yang bengkak tidak karuan, mukanya sembab, dan tidak ketinggalan tenggorokan yang sakit sekali.

Semua itu bisa disembuhkan dengan kekuatannya. Namun sayang, mood Raib tidak juga membaik setelahnya. Dia tidak ingin memakai sugesti agar perasaannya lebih baik, Raib ingin membiarkan rasa sakit itu bersemanyam di hatinya.

Agar ia dapat merasakan bagaimana rasanya menjadi Asmara Jati.

Raib sudah membaca ratusan novel. Ia jatuh cinta dengan frasa dan diksi sejak lama. Gadis itu bahkan lupa berapa total novel yang telah dibaca olehnya. Namun tidak ada satu novel pun yang dapat membuat Raib seperti ini, selain Laut Bercerita.

Semua ini bermula saat Raib sedang berjalan sendirian di Gramedia. Iris mata hitamnya menangkap buku di rak Best Seller. Buku dengan cover yang didominasi warna biru laut. Novel itu memancarkan aura kesepian yang kuat, melambai-lambai ke arah Raib.

Kakinya bergerak sendiri, menuju rak tersebut. Setelah membolak-balik novel itu berulang kali, Raib memutuskan untuk membelinya. Lumayan untuk bahan bacaan baru.

Salah, Raib ingin mengoreksi pikirannya waktu itu. Lumayan untuk bahas tangisan baru.

Karena demi apapun, Raib belum pernah menangis sehisteris ini saat membaca novel. Dia sudah membaca ratusan, dan tidak pernah menangis separah ini.

Ditambah lagi dengan ulangan harian dadakan di hari Jumat ini. Moodnya semakin tidak karuan. Padahal mereka telah selesai UAS, seharusnya Jumat ini libur untuk "libur bonusan". Namun guru PPKN memaksa kelas IPA 1 hadir hanya untuk ulangan.

Pengumumannya dadakan, pula.

Kalau saja Raib tahu bahwa hari ini akan diadakan ulangan, dia tidak akan membaca Laut Bercerita kemarin malam.

Raib menghembuskan napas panjang. Baiklah, dia akan diam saja hari ini. Ditemani dengan langkah kakinya yang berat dan earphonenya yang terus memutar playlist "lagi baca laut bercerita", Raib melangkah memasuki gerbang sekolahnya yang sepi.

"Selamat pagi, Ra!" Seli menyapa di depan pintu. Dia dan teman-teman kelas lainnya sedang menikmati angin dan mentari pagi di lorong kelas.

"Pagi, Sel," ujar Raib sambil melambai lemas. Seli maklum saja, membiarkan Raib memasuki kelas dengan bahu menunduk.

"Ada apa dengan Raib? Tumben sekali dia lemas seperti itu." Seorang teman sekelasnya bertanya.

"Ra habis membaca "Laut Bercerita". Katanya sih, ceritanya sangat sedih. Biarkan saja," jawab Seli.

Seseorang menoleh ke dalam kelas, mengamati Raib yang tengah menelungkupkan tangannya di meja.

***

"Aku juga baca Laut Bercerita."

Kalimat itu membuat Raib menghentikan langkahnya dengan seketika. Telinganya yang tidak tersumpal earphone dapat menangkap suara itu dengan sangat jelas.

Raib menengok, menemukan lelaki dengan senyuman manis yang sama saat ia pertama kali bertemu dengannya. "Nou?"

"Iya?"

Bumi Series [fanfict]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang