All Too Well

2.3K 161 67
                                    

♡ seli × ily ♡

Seli sedang mengerjakan PR matematika dari Miss Selena. Miss Selena memang terkenal kejam, beliau sering memberikan PR. Hanya 5 nomor, memang. Tapi dari 5 soal itu, masing-masing ada pertanyaan A, B, C, D, dan E.

Ini mah jadinya 25 soal, Miss. Bukan 5, ringis Seli dalam hati.

Dari ponselnya mengalun lagu yang baru-baru ini melejit. Penyanyi berambut blonde itu memang pandai sekali dalam menyampaikan perasaannya lewat media lagu dan lirik.

And I know it's long gone and that magic's not here no more
And I might be okay but I'm not fine at all

Seli ikut bersenandung, tangannya sesekali menggapai kalkulator. Ponselnya yang sengaja ia bisukan terlihat berkedip-kedip, tanda ada notifikasi masuk.

Seli tersenyum senang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seli tersenyum senang. Dia beranjak ke lantai bawah, melupakan tugas matematikanya begitu saja. Tidak apalah, lagipula besok baru hari Sabtu, masih ada waktu.

"Ma, besok Kak Ily ingin kesini untuk belajar baking. Boleh gak Ma?" tanya Seli kepada Mamanya yang sedang menonton TV.

"Boleh sayang, tapi Mama dan Papa ada pertemuan besok. Jadi kamu sendirian, tidak apa-apa 'kan?"

Seli mengangkat tangannya, membentuk gestur OK dengan senyuman. "Terima kasih, Ma."

***

Ily datang lumayan pagi. Ia sempat bertemu dengan kedua orang tua Seli. Banyak terima kasih kepada Ali yang sudah memberikan alat penerjemah bahasa antar klan kepadanya.

Sekarang Ily dan Seli sedang berjalan bersisian menuju supermarket. Mereka berniat untuk membeli bahan-bahan membuat kue.

"Kak Ily ingin membuatkan kue apa untuk Ou?" tanya Seli sambil terus melangkah.

"Tidak tahu juga, Sel."

"Loh, gimana sih Kak?" Seli tertawa kecil. "Ou sukanya apa, Kak?"

"Dia omnivora, Sel. Semuanya dimakan," Ily ikut tertawa.

Mereka berhenti di penyebrangan. Ily menukar posisinya menjadi di sebelah kanan, mengingat arah kendaraan berasal dari sana.

Saat dirasa sudah sepi, mereka melangkah menyebrangi jalan raya. Lagi-lagi Ily berpindah posisi ke kiri, menggeser Seli untuk merapat di samping kanannya.

"Apa Ou suka coklat, Kak?" tanya Seli saat mereka berhasil menyebrang.

"Sangat suka. Bahkan kalau Ayah baru pulang dari tempat jauh, semua oleh-oleh coklat yang dibawa olehnya habis dimakan Ou," ucap Ily sambil terkekeh.

Seli ikut tersenyum, ia suka sekali dengan suara Ily saat lelaki itu tertawa, juga senyumnya yang membuat matanya menyipit seperti bulan sabit.

"Kalau gitu, kita buat brownies saja Kak! Bahannya mudah dicari, juga gampang. Jadi nanti kalau Kak Ily ingin recook di Klan Bulan, Kakak bisa mencontohnya dengan mudah."

Ily mengangguk setuju. Mereka mengumpulkan bahan untuk membuat brownies. Sering kali Ily bertanya tentang banyak hal yang ia lihat. Maklum, dia tidak pernah datang ke supermarket di Klan Bumi.

Di perjalanan, Seli sibuk mencari resep brownies di Google. Ily sudah berkali-kali mengingatkan untuk melihat ke depan tetapi gadis itu hanya mangut-mangut saja. Akhirnya Ily mengambil memindahkan kantong belanjaan mereka ke tangan kanan, kemudian merangkul bahu Seli dengan tangan kirinya.

"Eh? Ada apa, Kak?" tanya Seli saat merasakan Ily merangkul bahunya.

"Kamu tidak melihat ke arah jalan. Bahaya tahu. Ini tindakan pencegahan saja," ujar Ily, telinganya terlihat memerah.

Seli berusaha menahan rona kemerahan yang menyebar ke seluruh wajahnya. "Ooh, oke."

***

Setelah melewati jalan yang sama, Ily dan Seli kembali ke rumah. Dengan cepat mereka membongkar belanjaan yang telah dibeli.

"Kak Ily, aku penasaran deh," panggil Seli memecah lengang. Tangannya berusaha mengambil mixer yang berada di rak paling atas.

"Penasaran apa, Sel?" Dengan lembut, Ily menggeser tubuh Seli ke samping. Mengambilkan mixer tanpa bersusah payah.

"Kakak dapat uang rupiah dari mana?" Seli sebenarnya penasaran sejak mereka membayar di supermarket, ternyata Ily punya uang Klan Bumi.

"Oooh, itu," Ily menjawab sambil melangkah ke wastafel, mencuci adukan mixer yang baru saja diambil olehnya. "Aku minta tolong Ali untuk menjual koin dari Klan Bulan. Ternyata koin itu sangat berharga ya disini."

Koin emas 20 gram itu dijual begitu saja oleh Ily? Seli membelalak. Wah, keluarga konglomerat memang beda level.

"Oooh, baiklah. Ayo kita mulai pelajaran memasak bersama Seli!" ujar Seli dengan ceria.

Ily memperhatikan dengan baik, walau sesekali terdistraksi oleh wajah imut gadis berambut pendek ini. Tapi dia berusaha keras mendengarkan, mencatat, dan mengamati cara membuat brownies.

Seli meminta Ily untuk memotong coklat kecil-kecil agar lebih mudah untuk dilelehkan, tapi ia tidak mendengar jawaban dari lelaki tinggi itu.

"Kak Ily?" panggil Seli. Ia menengok ke arah Ily yang sedang menatap kosong ke depan.

Penasaran, Seli mengikuti arah pandang Ily. Sedetik kemudian ia berseru, instingnya langsung mengambil alih saat melihat Fala-Tara-Tana IV di depan sana.

"MAU APA KAU?" teriak Seli.

Fala-Tara-Tana IV melirik sinis, "aku tidak ada urusan denganmu bocah. Aku kesini untuk membunuhnya," tangannya yang bergeletuk petir menunjuk ke arah Ily yang masih mematung.

"Kak Ily! Sadar, Kak!" Seli berusaha mendatangi Ily yang berjarak 5 langkah dari tempatnya berdiri, tetapi badannya tidak mau bergerak. Dia hanya bisa terpatri diam.

"Selamat tinggal, Sel. Tolong hiduplah dengan baik," ucap Ily dengan senyuman bulan sabit miliknya, sesaat sebelum petir biru menghantam dan membuat seluruh penglihatan Seli terbutakan oleh cahaya putih.

***

Seli terlonjak bangun. Matanya sembab, di pipinya mengalir tetesan air mata. Ia masih disini, di meja belajar miliknya. Lagu milik penyanyi berambut blonde itu masih terdengar. Buku latihan matematikanya yang terbuka, menunjukkan beberapa titik tetesan air mata yang jatuh dari pipinya.

Astaga, itu hanya mimpi.

Seli menangis terisak. Sudah bertahun-tahun sejak kejadian itu, tapi ia masih tidak bisa melupakannya. Ily terlalu muda, Ily terlalu baik, dia belum sempat melakukan sejuta kebaikan yang menunggu di masa depan. Dia pergi terlalu cepat.

Lagu terdengar dari ponsel Seli seakan mengejek gadis itu,

Wind in my hair, you were there, you remember it all
Down the stairs, you were there, you remember it all
It was rare, I was there, I remember it all too well.

-end-

Apa yang kalian harapin? Jelas2 judulnya lagu galau, ya pasti endingnya begini 😭
Tolong jangan demo aku🙏🏻

Btw, menurut kalian kalo bulan puasa aku upnya mending kapan? Sore-sore pas ngabuburit atau malam-malam abis terawih?

TRUS PERTANYAAN SERIUS. Nangis bikin puasa batal gak? Takut bikin puasa kalian batal 😭🙏🏻

Bumi Series [fanfict]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang