DBL | (1/2)

2.4K 189 78
                                    

◇ RaSeLi ◇

Sekitar jam setengah enam lewat, Raib dan Seli telah sampai di rumah Ali. Mereka dibukakan pagar oleh satpam yang tampak masih mengantuk, kaget melihat Raib dan Seli yang datang sepagi ini.

Dua sahabat itu turun ke basemen Tuan Muda Ali. Si Biang Kerok itu minta dibangunkan jam enam pagi. Dia berjaga-jaga meminta Raib dan Seli datang ke rumahnya. Hari ini adalah hari penting.

Raib berusaha membuka pintu basemen itu dengan memencet memencet panel yang ada di gagang pintu. Hal ini baru, Ali menginstall kode sandi pin di pintu basemen miliknya. Biasanya pintu ini tidak dikunci atau harus Ali yang membukanya. Tapi tadi malam dia memberitahu Raib dan Seli kombinasi kode sandi yang dipakai.

"Ini aneh, Ra," kata Seli saat Raib tengah memencet tombol.

"Apanya?"

"Apa kamu tidak sadar? Kode sandinya itu tanggal ulang tahunmu."

Eh?

Benar juga. Raib mengerjap. Matanya menatap pin yang tertera di ponselnya. 210502. Kenapa Si Biang Kerok itu malah menggunakan ulang tahunnya sebagai password pintu basemen?

"Mungkin hanya kebetulan saja, Sel." Raib mengangkat bahu, berusaha menahan pikirannya yang mulai tidak jelas. Dia melengkapi kode sandi, kemudian mendorong pintu berat itu dibantu dengan Seli.

Terlihat basemen--yang herannya, tidak terlalu berantakan--milik Ali. Seperti biasa, basemen itu dipenuhi alat-alat alien setengah jadi. Walau Ali sudah memprotes sebutan Raib ke alat-alat bikinannya, Raib tetap memanggil peralatan itu "alat alien". Peduli amat si biang kerok itu mau ngomong apa. Dia juga seenaknya memakai nama Raib di sensor miliknya.

Ali sedang tertidur di ranjangnya dengan posisi ... astaga. Heran sekali Seli melihatnya. Tangan dan kaki kirinya jatuh, keluar dari ranjang. Kepalanya menengok ke arah lain, di tangan kanannya ada buku tipis yang sepertinya dari Klan Bulan.

"Kamu urusi dia, Ra. Aku tidak mau berhadapan dengannya pagi-pagi," Seli melipir ke arah kapsul ILY yang mengambang. Masuk dan menekan beberapa tombol, mengajak ILY mengobrol.

Raib mengomel pelan. Untuk apa mereka kesini bersama kalau yang membangunkan Ali hanya Raib? Tidak mau melanjutkan omelannya, Raib menyeret kursi ke samping ranjang.

"Hei, biang kerok. Bangunlah," ujar Raib sambil menggoyangkan lengan Ali yang terjulur.

Ali tidak bergerak walau semili. Raib terus mengguncang lengannya, bahkan pundaknya juga. Tetapi sama saja, Ali tertidur seperti batu.

Raib menahan dirinya untuk berteriak kepada Seli, meminta Seli menyambar Si Biang Kerok ini dengan petir agar segera bangun. Alih-alih, Raib mengedarkan pandangan. Dia menemukan sebotol air putih yang terjatuh di dekat nakas.

Sepertinya ada cara lebih manusiawi untuk membangunkan beruang yang sedang hibernasi ini. Raib mengambil botol tersebut, menumpahkan sedikit air di telapak tangannya. Dia memercikkan air itu ke muka Ali yang sedang tertidur damai.

"Ali, bangunlah sebelum aku benar-benar menyiram kamu dengan isi botol ini," ancam Raib, masih sambil memercikkan air yang kali ini lebih banyak.

Ali menggeram pelan. "Aku sudah bangun, Ra. Hentikan percikan air itu."

"Bagus." Raib menutup kembali botol air yang tersisa setengah, dia bahkan tidak sadar sudah menghabiskan air sebanyak itu. Ali beringsut duduk sambil memegangi kepalanya.

"Kamu kenapa?" tanya Raib sambil mengernyit.

"Aku susah tidur, Ra. Kepalaku sakit sekali." Ali menyandarkan badannya ke kepala ranjang. Ekspresinya juga terlihat kuyu.

Bumi Series [fanfict]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang