Kembali | (2/3)

2.2K 194 140
                                    

*lanjutan dari chapter "What If : .... | 4"*

◇ raib ◇

Aku menatap bangunan megah di depanku dengan terkesima. Bangunan ini banyak berubah. Terlihat gagah dan mencolok di bagian atas pemukiman Klan Bulan. Perpustakaan Sentral menjadi salah satu bangunan paling sakral dan bersejarah disini.

Seseorang menyenggol lenganku. Aku tersadar dari lamunan yang ternyata cukup lama. "Aku takut kamu kesambet, Putri."

"Astaga N-ou ... kamu baru saja belajar bahasa Klan Bulan kemarin, kenapa kamu bisa tahu kata itu?"

"Kamu lupa? Aku ini orang paling pintar di Klan Aldebaran." Aku tertawa menanggapi, tidak bisa mengelak. Nyatanya N-ou memang orang terpintar di Klan Aldebaran. Memang itu faktanya.

"Kita masuk, Putri?" tanya N-ou memastikan. Sebenarnya dia kurang setuju dengan keputusanku berkunjung di Klan Bulan. Dia merasa aku belum cukup siap. Tapi mau bagaimanapun, semua permintaanku selalu dituruti olehnya.

Aku mengangguk, menyelipkan tanganku lipatan sikunya. Hidup selama satu tahun di Klan Aldebaran ternyata sangat menyenangkan. Daerah kerajaan disana persis seperti yang kubayangkan. Dengan sentuhan modern, namun tidak melupakan hal-hal tradisional.

Aku memasuki bagian terlarang dengan mudah. Penjaga yang biasa menunggu di depan pintu terngaga lebar saat melihatku melambai kepadanya, reaksi yang sama dengan Av yang kini terlonjak melihatku.

"RAIB?!"

"Benar, Av. Apa kabar?" sapaku kepada Av. Entahlah, Av tidak berubah banyak. Sepertinya waktu tidak berpengaruh banyak ke tubuhnya.

Av dengan cepat menyambar tablet tipis di meja. "SELENA! KESINI SEKARANG. ADA RAIB!"

Ini adalah pertama kalinya aku melihat Av panik. Biasanya Av adalah orang yang teratur, netral, dan tidak pernah mengeluarkan emosi berlebihan. N-ou menengok bingung ke arahku, aku membalas dengan gelengan tidak paham.

Ruangan itu lengang. Av hanya menatap tidak percaya ke arahku. Sebelum aku bisa memecah kesunyian, suara pintu terbanting sudah melakukannya lebih dulu.

"Raib!" Sangking cepatnya teknik teleportasi milik Miss Selena, N-ou bahkan tidak sempat bereaksi apa-apa. Aku lebih dulu ditarik ke pelukan oleh mantan guru matematikaku itu.

"Astaga. Akhirnya kamu kembali! Kemana saja kamu sepuluh tahun ini?! Sudah tiba-tiba menghilang, tidak bilang tujuannya kemana pula," oceh Miss Selena panjang lebar sambil menggoyangkan pundakku.

Aku juga membelalak. Sepuluh tahun? Sepuluh?! Aku baru pergi selama setahun. Tidak selama satu dekade seperti itu.

"Tapi Miss .... aku baru pergi selama setahun. Bukan sepuluh," jawabku bingung.

"Tidak, Ra. Kamu pergi selama sepuluh tahun," jawab Av yang kini sudah berdiri di sebelah Miss Selena.

Bagaimana bisa? Aku menoleh ke arah N-ou, meminta penjelasan. "Waktu di Klan Bulan dan Klan Aldebaran berbeda, Putri. Kita terpisah ratusan konstelasi, tidak heran jarak waktu di Aldebaran dan Bulan berbeda jauh."

"Kenapa kamu tidak mengatakannya padaku?!" tanyaku sambil melotot. Astaga, aku baru sadar hari ini.

"Hei. Bukannya Ngglanggeram dan Ngglanggeran sudah menjelaskannya di awal kepadamu? Kenapa aku yang disalahkan?" jawab N-ou tidak terima.

Dahiku mengernyit, berusaha mengingat momen-momen kedatanganku. Ah, benar. Aku terlalu kaget dengan banyak perubahan disekitarku, jadi penjelasan Ram dan Ran terlewat begitu saja.

Bumi Series [fanfict]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang