What If : SelMaTazk triangle love story repeats itself.
-what if series-
"Aku sudah lama menyukainya, Ra."
Deg.
Menyukainya? Apa Ali salah memilih redaksi kalimat? Aku pikir dia akan berkata, aku sudah lama menyukaimu, Raib. Dia sedang membicarakan siapa?
"Seli. Aku menyukainya sejak awal aku melihatnya saat MPLS. Dia mengikat rambutnya menjadi dua dengan pita kuning terang. Lucu sekali. Aku belum berkenalan dengannya, tapi aku sudah menyukainya."
Astaga.
"Aku tidak pernah punya masalah mengobrol bersamamu, bertengkar, dan sebagainya. Aku menganggapmu sahabat sejati, tidak. Lebih dari itu, seperti keluargaku sendiri. Adik kecil menyebalkan yang suka sinis kepadaku."
Adik ... dia menganggapku sebagai adik kecil.
"Tapi saat bersama Seli, aku selalu mati-matian mengendalikan diri untuk tidak menunjukkan perasaanku dengan gamblang. Aku berusaha tetap menyebalkan di depannya, semata-mata agar dia tidak sadar akan perasaanku padanya."
Bibirku kelu. Tidak sepatah katapun keluar dari mulutku.
"Menurutmu, Ra ... Apa Seli juga menyukaiku?"
Aku terbatuk. Bagaimana aku bisa menjawabnya? Bahkan menggerakkan bibirpun aku tak sanggup.
"Ali! Bisakah kau kesini? Ada sesuatu yang aneh." Panggilan itu memutus percakapan satu arah antara Ali dan aku. Seli melambaikan tangan di depan sana.
Ali langsung menoleh, memasang wajah sebal--yang kini kutahu itu hanya pura-pura--dan berjalan menuju Seli yang sedang menunjuk-nunjuk tanaman di depannya.
Semua itu ... jawaban-jawaban rinci Ali setiap kali Seli menanyakan semua pertanyaan miliknya, cara dia menjawab dengan menyebalkan, cara dia memperlakukan Seli seperti anak SD yang tidak tahu apa-apa. Semua itu adalah cara Ali menyampaikan perasaannya. Dengan tersirat, tidak secara langsung.
Harusnya aku sadar. Harusnya aku tahu.
Sementara Ali berjalan menuju ke arah Seli, aku berteleportasi dengan cepat. Sampai di sebelah Miss Selena yang sedang takzim menatap ribuan sungai di depannya.
Kami sedang berada di Distrik Sungai-Sungai Jauh. Tempat ini terasa menyesakkan dengan banyaknya kenangan menyakitkan yang saling bermunculan, mencari tempat di udara.
"Ada apa, Raib?" tanya Miss Selena, dia menyadari ekspresiku yang pucat pasi.
"Miss ... apa Miss masih menyimpan rasa sakit terhadap Ayahku yang telah menolak perasaan Miss?" tanyaku dengan suara bergetar.
Miss Selena menatapku lekat, berusaha mencari garis di dalam mataku sebelum menjawab, "tidak sama sekali, Raib. Itu semua sudah berlalu sangat lama."
"Memangnya kenapa?"
Sebulir air mata jatuh tanpa kusadari. Aku mengelapnya dengan cepat. "Kisah itu terulang kembali, Miss." Jawaban dariku membuat Miss Selena terpaku.
"Aku yang menjadi Miss Selena, sisanya bisa Miss simpulkan sendiri."
Ini salah sekali. Perasaan ini salah. Seharusnya aku tahu. Semua ini hanya lingkaran setan.
"Aku salah sekali, Miss. Salah mengartikan perbuatannya, kelakuannya, perhatiannya kepadaku. Ternyata dia hanya menganggapku adik. Bodoh sekali aku," ucapku dengan suara bergetar. Tetesan air mata itu menetes semakin cepat.
".... Raib." Bahkan Miss Selena tidak tahu harus mengatakan apa. Hatiku tertawa menyedihkan. Bodoh kamu, Ra. Bodoh sekali.
"Miss ... apa Miss bisa menahan mereka selama beberapa waktu? Aku berjanji tidak akan melakukan hal yang dapat merugikan kita semua. Tapi saat ini aku butuh waktu sendiri."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bumi Series [fanfict]
FanfictionFanfic tentang karakter bumi series. Versi twitter dari tulisan ini bisa dilihat di tiktok yang ada di bio <3 *** Seluruh karakter dan beberapa latar cerita bukan milik penulis. Penulis hanya meminjam karakter milik Tere Liye dari serial Bumi.