Haechan mengerucutkan bibirnya, padahal baru saja ia ditinggal oleh kedua orang tuanya, kini ia harus ditinggal lagi. Haechan mengerti dengan pekerjaan orang tuanya ini, hanya saja ia sudah lelah selalu ditinggal seperti itu.
" Ugh.... ayolah kau sekarang sudah menjadi anak SMA masa masih nangis ditinggal gitu" Goda Johnny sambil mengelus kepala Haechan yang matanya sudah berkaca kaca.
" Nggak! Aku nggak nangis!"
" Jagoan papi masa nangis... ntar diketawain Mark lhooo" Ten ikut menggoda Haechan sambil mengusap pelan pipinya, menghapus air mata yang tadi sempat mengalir.
" Janji dulu! Kalo pulang tu ke rumah! bukan ke rumah sakit! Orang tu dimana-mana anaknya jemput di bandara ! ini malah kerumah sakit!" Kesal Haechan mengabaikan air mata yang sudah mengalir begitu deras.
Ten tersenyum tipis membawa Haechan kepelukannya. Ia tau anaknya ini selalu tidak rela saat mereka menjalankan misi karena mereka yang selalu pulang dengan keadaan sedikit tragis.
" Iya... papi janji... papi dan dad ngga bakal terluka lagi"
" Awas aja sampe luka! Echan ngga bukain pintu!!"
Haechan memeluk kedua orang tuanya dengan erat. Menjadi anak dari seorang agent FBI membuatnya benar benar lelah hati. Setiap kali ditinggal pergi, Haechan setiap menit akan membaca berita kecelakaan, takut takut terjadi sesuatu hal yang buruk pada papi dan daddy nya. Ten dan Johnny setiap kali mereka menjalan misi akan menitipkan surat wasiat dan surat-surat penting lainnya pada Jaehyun, takut jika mereka tidak bisa memberikannya kepada Haechan.
.
.
.
" MBUUUUUUL"
Teriak Mark masuk ke kamar Haechan dengan tidak sopannya dan melompat ketempat tidur yang membuat tubuh Haechan terhimpit
" Mbal mbul mbal mbul! Nama aku tu Haechan, H-A-E-C-H-A-N. HAE CHAN!" Kesal Haechan sambil menjauhkan tubuh Mark dari badannya
" Ngga mau... aku lebih suka memanggilmu dengan gembul karena pipi ini!" Mark menangkup pipi Haechan dengan kedua tangannya membuat pipinya terjepit
" Lephasin ngwak!" Haechan susah payah bicara sedangkan Mark menikmati wajah Haechan yang terlihat sangat menggemaskan di matanya.
" Lagi ngapasih sih..." Tanya Mark setelah puas menjahili Haechan, melihat Haechan yang sibuk dengan ponselnya.
" Yak! Kembalikan ponselku!" Mark dengan segera mengambil ponsel Haechan dan mengangkatnya setinggi mungkin ketika ia melihat Haechan yang mencari berita terkini
" Chan tenang.... om Ten sama om Johhny baru pergi 10 menit yang lalu chan! Kamu tu kenapa si panikan kaya gini...."
Haechan hanya bisa merampas ponselnya dengan kesal. Menundukkan wajahnya dan menangis terisak.
" Ka-kalau seperti waktu itu bagaimana?hiks....hiks.... kalau mereka terluka lagi bagaimana?"
" Ey... sudah lah jangan berfikir negatif seperti itu, mereka pasti baik baik saja. Kalau kau bersedih seperti ini mereka juga tidak fokus karena memikirkan mu. " Mark membawa Haechan kepelukannya dan mengelus kepala Haechan pelan
" Ta..tapi-"
" Shht udah... percaya sama aku mereka baik baik aja. Daddy mu itu salah satu anggota ACE loh... tidak mungkin ia akan terluka dengan mudah..."
" Tapi kan misi yang mereka dapat juga berbahaya Mark!"
" Ehehe... iya sih... yaudah sih mbull jangan sedih gitu...." Mark memeluk Haechan dengan kuat membuat Haechan kesulitan bernafas
YOU ARE READING
[COMPLETED] Replaced || Markhyuck
FanfictionHaechan selama ini hidup dengan sangat bahagia, dengan kedua orang tuanya dan sahabat terbaiknya Mark. Selama hidupnya Haechan tidak pernah merasa sendiri ataupun dicampakkan karena orang-orang disekitarnya selalu menyayanginya, memberikan kasih sa...