6

1K 86 2
                                    

" Sini aku yang bawa...."

Mark entah datang dari mana mengambil nampan makanan Jaemin. 

" Eh tak apa Mark.. aku bisa sendiri"

Mark menggelengkan kepalanya, kemudian tersenyum tipis pada Jaemin 

" Pangeran ku tidak boleh lelah" Mark mengedipkan matanya pelan membuat Jaemin tersipu malu. 

" Euugh... Jaemin-ah jangan sampai kau termakan gombalan basi dari buaya seperti Mark" Celetuk Haechan kesal sedangkan Jaemin hanya terkekeh pelan mendengarnya. 

Mereka pun berjalan dan menuju salah satu meja yang ada di kantin, tapi ketika Haechan ingin duduk teman-teman kelasnya sudah menghampiri Jaemin duluan karena ingin makan bersamanya.

" Uhm.. Haechan kau bagaimana?"

Tanya Jaemin pasalnya tidak ada lagi tempat untuk Haechan

" Uh? Tak apa aku di meja yang lain saja..."

Jawab Haechan dan meninggalkan Jaemin serta Mark dengan anak anak yang lain. Haechan menghela nafasnya pasrah, sekarang entah kenapa atensi menjadi berpusat kepada Jaemin, tidak hanya teman-teman kelas dan gurunya, tapi juga papinya. 

Ten bahkan lupa membangunkan Haechan kesekolah karena menyiapkan Jaemin untuk pergi kesekolah, bahkan disaat Haechan membutuhkan bantuan papinya itu, Haechan selalu dinomor duakan karena Jaemin lebih membutuhkan bantuan papinya. 

Haechan awalnya tidak masalah dengan hal itu, ia mengerti dengan kondisi Jaemin, tapi lama-lama Haechan juga menjadi sedih, Haechan bukannya iri, hanya saja seolah kini Haechan tidak terlihat oleh siapapun karena sosok pangeran itu. Haechan hanya benci dilupakan, tidak dibutuhkan dan diabaikan. Bahkan kini Felix ketua kelasnya yang biasanya menghabiskan waktu bersamanya, malah lebih sering bermain dengan Jaemin. 

" Hey...."

Suara Mark menyadarkan Haechan dari lamunannya yang sedari hanya memainkan makan siangnya. 

" Tidak dimakan?"

Tanya Mark lagi duduk berhadapan dengan Haechan sedangkan Haechan hanya mengangkat bahunya pelan. 

" Tidak menemani Jaemin?" Tanya Haechan masih tetap memainkan makananya tanpa menatap Mark.

"Tidak... Mbul ku lagi sedih..."

Haechan mengadahkan kepalanya menatap Mark penuh arti, sedangkan yang ditatap hanya tersenyum tipis sambil mengelus pelan kepala Haechan.

Tadi saat melihat Haechan yang pergi ke meja lain, Mark dapat dengan jelas melihat sorot mata Haechan yang sedih dan kecewa. Mark tau selama ini Haechan tidak pernah sendiri atau ditinggal seperti itu, dan sejak kemunculan Jaemin, Mark juga menyadari bahwa anak ini merasa kesepian, teman teman yang biasa bermain bersamanya kini lebih memilih bermain dengan Jaemin. 

" Kenapa? Apa aku harus pindah kekelas mu agar kau tidak kesepian?"

Haechan tersenyum sambil terkekeh pelan, kemudian menyantap makanannya. Haechan akui Jaemin memang perlahan mengambil alih kehidupannya, membuat Haechan seolah ditinggalkan dan digantikan. Tapi satu hal yang Haechan yakini tidak akan tergantikan, 

Yaitu Mark...

" Yak!"

" Hmm?"

Haechan menggantung kalimatnya, selama ini Mark selalu ada bersamanya, selalu ada disaat Haechan membutuhkannya, tapi entah kenapa Haechan memiliki firasat perlahan, Mark juga akan meninggalaknnya, karena dari sorot mata anak itu, sangat berbeda saat menatap Jaemin. 

[COMPLETED] Replaced || MarkhyuckWhere stories live. Discover now