30

1.1K 77 3
                                    

Jaemin sedikit risih, liburan yang tadinya bertujuan untuk mendekatkan Mark dengan Jaemin tidak sepenuhnya berhasil. Pasalnya ternyata Jeju adalah kampung halaman Mark dan ternyata dulu Haechan juga pernah diajak oleh Mark menginap disana. Al hasil disetiap sudut kota, jika ada sesuatu yang mengingatkannya pada Haechan, Mark akan berceloteh selama berjam-jam menceritakan bagaimana lucu ataupun menyebalkannya Haechan saat itu. 


Haechan mengigit bibirnya kaku, sudah beberapa hari sejak mereka kembali pulang dari Jeju, bukannya semakin dekat, Jaemin semakin dingin dan sinis pada Mark dan dirinya tentunya. Haechan tidak tau apa yang terjadi disana, pasalnya saat Haechan bertanya pada Chenle, anak itu bilang orang tuanya tidak bertengkar. Haechan bingung setengah mati, hingga bebera menit kemudian Haechan menyadari satu hal

Tadi....

Haechan seperti biasa menyiapkan makan malam, dibantu oleh Mark dan entah kenapa hari ini Jaemin menawarkan diri untuk membantu. Haechan sedikit terburu- buru karena Chenle sudah mulai rewel dan Haechan tidak ingin anak itu merajuk dan melewatkan makan malamnya. 

" Aakhh"

Haechan dengan cepat mengemut jari telunjuk kirinya yang tidak sengaja tersayat olehnya. 

" Hey...kenapa?" Tanya Mark sedikit panik karena Haechan tiba tiba melepaskan pisau begitu saja

" Aku tidak sengaja menyayat jari ku haha, ini tidak apa apa kok"

" Sini aku liat dulu" Perintah Mark 

" Apa sih lebay! Ngga papa serius"

" Sini ngga tangannya!"

Melihat Mark yang sedikit serius Haechan menurut karena jika ia menolak, bisa saja Mark melakukan hal yang tidak tidak. 

" Dalem gini ngga papa! Babe minta tolong ambilin kotak p3K dong" 

Jaemin terdiam menatap suaminya itu yang masih sibuk dengan jari Haechan 

" Eh ngga papa Mark asli!" Haechan mencoba melepaskan tangan Mark karena ia bisa merasakan aura tidak suka dari Jaemin. 

" Dalem  chan...terus ini darahnya ngga berenti berenti nanti infeksi! Babe tolong dong!" Lagi Mark meminta tapi Jaemin masih terdiam, sadar akan istrinya yang tidak bergerak sedikitpun Mark sedikit kesal. 

" Ck lama!" Kesal Mark berlari dari dapur 

" Mark ng-" Haechan ingin menahan tapi anak itu sudah menghilang dari pandagan Haechan.

Haechan mengepalkan tangannya kuat sambil mengigit bibirnya kaku, ia tau Jaemin menatapnya tidak suka. 

" Ini aku saja yang lanjutkan" Ucap Jaemin dingin mengambil alih pekerjaan Haechan 

" Eh ngga usah Jae-"

" Tangan kamu luka gitu! Nanti dia marah ribet!"

Dia...cemburu

Cicit Haechan dalam hati mengalah dan melangkah mundur dari meja dapur. 

" Sini mana tangannya" 

" Udah biar aku aja sendiri" Protes Haechan dan mengambil kotak P3k itu tapi Mark malah menolak

" Gengsi banget sih minta bantuan orang! Udah sini Chan mana tangannya kalo lama lama nanti infeksi aku bilang"

" Iya tau tap-"

" Apa?"

Haechan menghela nafas kesal, Mark ini bodoh, tidak peka atau brengsek. Jelas jelas di depannya itu ada istrinya kenapa ia malah seperti ini. 

" Mark...." Panggil Haechan teduh kemudian melirik Jaemin.

Mark yang memperhatikan arah mata Haechan menghela nafasnya kasar. 

" Ck.. yasudah obati saja sendiri!"

Kesal Mark dan kembali memasak di dapur, dan tidak ada yang bicara setelah itu baik Haechan, Mark maupun Jaemin.

Huuft... aku melakukan kesalahan.

Haechan menatap sendu Mark dan Jaemin yang sedangan memasak. 

.

.

.

Haechan menjauhkan ponsel dari telinganya pasalnya Jeno tertawa dengan sangat keras. 

" Tidak baik tertawa di atas penderitaan orang, aku terlihat seperti pelakor sialan!"

" Hahaha mampus... lagian Mark juga brengsek... bagaimana sih jadi cowok"

" Heh yang terbiasa jadi buaya mending diem deh"

Haechan bisa mendengar suara kekehan dari Jeno, setelah itu tidak ada yang berbicara, dan Jeno hanya bisa mendengar helaaan nafas Haechan beberapa kali 

" Apa yang kau bingungkan hm?"

" Apa yang kulakukan saat ini benar? Maksudku kehadiran ku? Lalu aku yang merawat Chenle? Apa ini semua benar? atau aku malah merusak rumah tangganya"

" Hey...jangan begitu, kau kan hanya merawatnya...Mark nya saja yang baperan karena kekurangan perhatian dan kasih sayang dari istrinya itu"

" Ya... itu benar sih, tapi tetap saja jika aku tidak ada ini tidak akan terjadi..."

" Lalu keputusan mu?"

" Hmm...aku tidak tau, jujur aku bingung"

" Kau mulai nyaman dengan lingkungan di sana ya?"

" Ya... Aaah Jeno bagaimana ini, aku tau aku tidak ada rasa sayang lagi padanya tapi kenapa....arrgh menyebalkan sekali"

" Mark yang terikat padamu ?"

Haechan terdiam sebentar, kemudian menghela nafasnya pasrah

" Eung..."

" Aku tidak bisa membantumu banyak,  jawaban ku pasti akan subyektif karena hubungan kita."

" Ya...aku mengerti...terimakasih...bisa kasih aku rekomendasi nama?"

" Hahah tentu...aku akan mengirimkan nomernya segera... jangan bersedih tersenyumlah...ingat apa yang aku ambil itu keputusan terbaik bagimu"

" Iya... "


Seperti kata pepatah, Dokter juga butuh seorang dokter, dan disinilah Haechan berakhir berkonsultasi dengan psikolog dewasa terkait masalahnya. Setelah mereka mengobrol panjang Haechan pun sampai pada konklusi yang menurutnya memang inilah jalan yang terbaik. 

Maafkan paman Chenle-ya.... tapi paman harus pergi

Cicit Haechan sendu mengelus kepala Chenle yang tertidur pulas dalam pelukannya. 

[COMPLETED] Replaced || MarkhyuckWhere stories live. Discover now