34

1.2K 82 6
                                    

Mark mengelus pelan kepala Chenle yang sedang tertidur pulas. Beberapa kali Mark menghela nafasnya menatap sendu putranya, ia tidak menyangka Chenle masih mencari dimana keberadaan pamannya itu. Mark menatap sendu kertas yang sedari tidak lepas dari tangannya. Mark mengambil kertas itu agar tidak menganggu tidur pria kecil itu. 

" Haaah... Kau dimana Haechan-ah...." Cicit Mark pelan sambil menatap kertas coretan Chenle

Mark menatap ponselnya  sekarang sudah menunjukkan pukul 9 malam, Mark mendecak kesal mencoba kembali menghubungi nomer yang ia simpan dengan nama My Love itu, hanya saja setelah beberapa kali dering, panggilannya tidak diangkat dan ini sudah yang ke 40 kali panggilannya tidak di angkat. 

Harus berapa kali lagi aku memberikan mu kesempatan Na Jaemin.....

Cicit Mark kesal sambil menatap ponselnya. 

Mark bangun dari duduknya ketika mendengar suara pintu yang dibuka, perlahan Mark keluar dari kamar Chenle dan turun kebawah. 

" Dari mana kau?" Tanya Mark sedikit kesal pasalnya Jaemin terlihat biasa saja 

" Bukankah semalam sudah ku bilang aku ada pertemuan dengan duta besar? Kenapa kau begitu kesal?"

" Kau tidak melihat ponsel mu sedari tadi?!" Tanya Mark sedikit memebentak 

" Ponsel? Ah... aku mematikan notifikasinya hari ini hari penting Mark jadi aku tidak ingin ada hal hal yang mengganggu"

Mark mengepalkan tagannya kuat, berusaha menahan emosinya, Mark tidak akan semarah ini jika itu berkaitan dengan dirinya, tapi ini sudah menyangkut Chenle dan Mark benar benar sakit hati. Sadar akan raut wajah suaminya yang menahan emosi, Jaemin pun mengechek ponselnya dan sedikit terkejut Mark nelfonnya puluhan kali. 

" Mark? Ini...ada apa?"

Mark masih diam membiarkan Jaemin memeriksa ponselnya dan membaca pesan pesan yang dikirim Mark hari ini.

" Chenle?!Bagaimana dia sekarang?! Sudah ku bilang kan berbahaya menitipkannya di playgroup! Kau selalu tidak parnah mau mendengar kan k-"

" CUKUP!!"

Mark membentak membuat Jaemin terlonjak kaget. Ini kali pertamanya Mark membentak dirinya.

" Cukup Na Jaemin! Cukup!"

Mark mengambil nafasnya kasar, rasanya benar benar sesak. Mark pikir Jaemin akan sangat khawatir pada putranya tapi lagi lagi, pria itu hanya mementingkan egonya.

" Kenapa kau begitu marah? Aku sibuk lalu apa ya bis-"

" Sibuk?! Kau bilang kau sibuk!? Lalu aku ini apa ? Menganggur?!"

"Lalu kau tadi bilang apa? Hari penting? Tidak ingin ada yang mengganggu?! Jadi kami hanya pengacau dan mengganggu mu begitu?!"

Mark melepaskan semua amarahnya, ia tidak peduli lagi.

" Mark... bu-bukan seperti itu tenang lah..."

" Kau tau!  aku kehilangan klien! Sponsor! bahkan investor karna hal ini! Dan kau masih bisa menyalahkan ku karena menitipkannya di play group dan kau bilang aku tidak pernah mendengarkan mu?!!"

" Mark... tapi...itu..." Jaemin tidak bisa berkata kata ia tidak pernah melihat Mark semarah ini

Mark menghela nafasnya panjang, mengigit bibirnya kuat karna jujur saja Mark ingin menangis saat ini.

" Sekarang ku tanya.... apa kami bagi mu?!"

"Ak- aku..."

" NA JAEMIN JAWAB YANG JELAS!"

Karena ia dibentak dan seolah di tantang, Jaemin menjadi kesal.

" Mark aku tau kau marah! Tapi bukankah ini tidak sepenuhnya kesalahan ku?! Kenapa kau seolah menyalahkan ini padaku! Bukankah aku juga sudah berjuang menjadi orang tua yang baik untuknya?! "

Mark menatap Jaemin tidak percaya, bahkan matanya kita berkaca kaca.

" Tidak Jaemin-ah... tidak.... kau salah..."

" Apa maksu-"

" Setelah semua yang terjadi... bukankan hanya satu kata yang bisa kau ucapkan saat ini?"

Jaemin menatap Mark lurus, sedangkan Mark tidak bisa lagi menyembunyikan air matanya.

"Maaf.... hanya itu.... hanya itu Jaemin-ah... apa menjadi raja membuat mu se angkuh itu dan merasa terhina karena meminta maaf kepada suamimu?"

Jaemin terdiam, ia juga baru sadar suaminya ini sudah menitikkan air matanya

"Mark kenapa ka-"

" Baiklah... aku mengerti... kau hanya menggap ku alat, menganggap ku orang yang bisa kau manfaat, kau tak pernah menganggap ku sebagai suamimu....yaa aku mengerti"

"Mark bukan begitu  ak-"

" Aku lelah Jaemin... aku lelah... memohon dan mengalah kepadamu, seolah aku melakukan dosa besar padamu... aku lelah... lebih baik kita akhiri saja"

" Mark! Apa yang kau bicarakan! Bukankah ini bisa kita selesaikan baik baik? Kenapa kau selalu saja dramatis seperti ini!"

Mark terkekeh pelan, mengadahkan kepalanya sambil menghela nafas kasar. Bahkan saat Mark sudah seperti ini Jaemin masih tidak mengucapkan kata maaf

" Aku tidak percaya... telah salah mencintai seseorang terlalu dalam... tapi maaf, kali ini aku tidak peduli lagi Na Jaemin... "

Jaemin terdiam, ia benar benar kesal sekaligus tidak percaya, Mark sama saja meminta mereka untuk bercerai. Lalu bagaimana dengannya? Bagaimana dengan Chenle, bukankah Chenle nanti yang akan meneruskan kekuasannya?

" Baiklah! Jika itu maumu! Tapi hak asuh berada di tangan  ku! " Tantang Jaemin

Mark yang mendengar itu langsung menitikkan air matanya. Ia menggeleng tidak percaya. Jaemin benar benar dibutakan oleh kekuasannya.

" Karna dia akan menjadi pangeran begitu? Hah! Kau benar benar picik Na Jaemin...silahkan jika kau bisa memenangkan hak asuh!"

" Apa maksudmu?"

" Dia memang masih kecil, tapi anak itu sudah bisa berfikir dan berbicara... dan aku ragu.... dia akan memilih mu..."

PLAK

Satu tamparan mengenai pipi Mark

"Kau berubah Mark! Semenjak kedatangan pria itu... kau berubah! Merendahkan ku dan mengabaikan ku!"

" Ya aku berubah... tapi dia tidak merubahku... sama sekali... dia hanya... menunjukkan padaku.. bahwa aku telah salah mencintai mu"

Jaemin terdiam, tatapan Mark benar benar membuatnya bingung, dalam mata itu terpancar amarah, kebencian, penyesalan, kesedihan, semuanya... terpancar dalam mata itu.

Mark menatap istrinya lekat lekat, masih memberikan kesempatan terakhr untuknya. Tapi setelah beberapa saat Mark tersenyum miris, alih alih menyesal ataupun sedih dengan keputusan Mark, pria itu tidak bereaksi apapun, malah mentap Mark lebih nyalang dan kesal dari ia yang menatap istrinya.

" Tatapan mu... membuat ku semakin yakin untuk mengakhiri ini semua"

Mark menutup perdebatan mereka dan meninggalkan Jaemin sendirian di ruang tamu.

[COMPLETED] Replaced || MarkhyuckWhere stories live. Discover now