" Haechan-ah....."
" Makan dulu yok.... kamu udah tiga hari ngga makan..."
" Haechan-ah...."
Ten dengan gusar menggetuk pintu ruang kerja Johhny. Sejak Ten pulang dan menceritakan apa yang terjadi Haechan benar benar shock dan panik. Bahkan saat acara pemakanan Johnny, Haechan beberapa kali pingsan hingga Mark membawa Haechan kerumah sakit. Dan sejak saat itu, Haechan tidak pernah keluar dari ruang kerja ayahnya.
Ten tentu tau Haechan sangat terpukul, terlebih lagi Johnny itu bukan hanya sosok Ayah bagi Haechan, tapi sahabat, kakak, Haechan benar benar dekat dengan sosok Ayahnya itu. Wajar saja Haechan menangis meraung dan panik berteriak seperti itu pasalnya jasad tubuh ayahnya benar benar hancur karena ledakan saat berusaha memberikan Ten dan pangeran Na untuk kabur dan meloloskan diri.
" Haechan masih ngga mau keluar paman?" Tanya Mark yang juga lebih khawatir. Ten hanya bisa menganggguk lemah. Melihat Ten yang masih tampak kesakitan dan kelelahan Mark menjadi tidak tega
" Paman istirahat aja, paman masih sakit gitu, belum lagi paman mesti jagain pangeran Na, Haechan biar Mark yang urus"
Ten mengurut pelan keningnya saat ia pulang hanya Haechan yang ada dipikirannya hingga ia lupa, ia masih memiliki tanggung jawab untuk menjaga dan merawat pangeran Na. Keluarga Kerajaan Na dibantai habis saat mereka disandra. Yang Mulia Raja Yuta, Istrinya Winwin dan putranya sulung mereka Hendery. Johnny dan Ten berhasil membawa lari putra bungsu mereka Jaemin karena saat itu Jaemin belum benar benar meninggal.
Saat membawa Jaemin pulang dan melihat Haechan yang panik, Ten sempat menitipkan Jaemin pada Jaehyun, hanya saja anak itu benar benar ketakutan dan hanya ingin berbicara dengan Ten. Karena itu Ten sedikit kewalahan pasalnya harus merawat Jaemin yang juga tidak berbeda dengan Haechan, kerena anak itu melihat dengan mata kepalanya sendiri saat keluarganya dibantai habis.
Haechan masih memeluk lututnya menangis terisak di sofa yang berada di ruangan milik ayahnya. Haechan ingat ia selau tertidur di sofa ini saat lelah bermain menemani ayahnya yang bekerja di ruangan ini. Tidak jarang juga Johnny ikut tertidur berbaring di sofa itu sambil memeluk Haechan sewaktu kecil.
Haechan tau hidup dan mati seseorang ia tidak bisa mengaturnya, dan Haechan tau sudah takdir ayahnya seperti itu karena memilih jalan hidup dan pekerjaan yang berbahaya seperti itu. Tapi mendengar apa yang terjadi dan saat melihat Jaemin yang juga terlihat sedih membuatnya kesal dan benci. Karena menyelamatkannya ayahnya meninggal seperti itu.
Haechan menyalahkan semua ini pada Jaemin, jika saja saat itu keluarga Na tidak pergi liburan ke Rusia untuk merayakan ulang tahunnya, mungkin ayahnya kini masih barada di rumah.
Tapi apa yang bisa Haechan lakukan, ia hanya bisa menangis bahkan jika Haechan membenci dan menyalahkan atau bahkan memenjarakan Jaemin, ayahnya tidak bisa kembali. Karena itu Haechan mengurung diri diruang kerja ayahnya ini karena dengan melihat Jaemin hanya membuat dirinya semakin mengingat ayahnya dan membuat dirinya semakin membenci pria itu
BRUK
Haechan mengadahkan kepalanya ketika mendengar suara dentuman yang keras
" Arrrrghhh... punggung ku!"
Tak lama setelah itu Haechan bisa mendengar suara erangan seseorang. Haechan pun bangkit dari duduknya dan berjalan kearah sumber suara, ia pun terkaget melihat Mark yang tengah meringkuk di lantai memegangi punggungnya.
" Yak! Dari mana kau masuk!" Tanya Haechan sambil mengusap kasar air matanya dengan nafas yang masih terisak
Mark hanya menunjuk jendela yang jaraknya cukup tinggi dari lantai.
YOU ARE READING
[COMPLETED] Replaced || Markhyuck
FanfictionHaechan selama ini hidup dengan sangat bahagia, dengan kedua orang tuanya dan sahabat terbaiknya Mark. Selama hidupnya Haechan tidak pernah merasa sendiri ataupun dicampakkan karena orang-orang disekitarnya selalu menyayanginya, memberikan kasih sa...