36

1.6K 98 2
                                    

Mark menatap putranya sedikit heran, akhir akhir ini Chenle terlihat lebih bahagia dan bersemangat untuk pergi ke sekolah. Mark tentu saja senang dengan hal itu, hanya saja perubahan anaknya ini membuat Mark sedikit bingung.

Ah... mungkin karna sudah masuk liburan musim dingin ya... apa aku ajak dia liburan? Sepertinya aku harus mengambil cuti.

Cicit Mark pelan menatap putranya yang sedang asik menonton tv.

Ting Tong

Mark bangun dari duduknya, berjalan perlahan ketika mendengar suara bel pintu rumahnya. 

" Selamat si-"

Mark tidak melanjutkan kalimatnya ketika membuka pintu. Tubuhnya benar benar membeku bahkan Mark ragu apakah ia masih bisa mendengar detak jantungnya.

Didepannya, Haechan berdiri sambil menggendong seorang bayi bersama Jeno yang juga berdiri disampingnya.

" Kami boleh masuk?" Tanya Haechan pelan dan dijawab anggukan kaku oleh Mark.

" Chenle-ya...." Panggil Haechan pelan saat memasuki rumah Mark

Chenle yang sadar akan suara itu membalikkan badannya dan menatap Haechan dengan mata yang berkaca kaca.

"Pa-paman...." Cicitnya pelan sambil berlari memeluk Haechan.

" Aigo... kau sudah besar saja hmm? Kenapa kau begitu cepat besar?"

Haechan membawa Chenle ke dekapannya mengelus pelan kepala Chenle. Haechan bisa merasakan tubuh anak itu bergetar hebat, tangisannya pun terdengar seperi teriakan.

Mark yang melihat itu benar benar kaget, ia tidak pernah melihat Chenle menangis se frustasi itu, bahkan mendengarnya saja Mark tau tangisannya saat ini adalah tangisan yang ia pendam selama ini.

" Mark bisa bicara sebentar?" Jeno menyadarkan Mark dari lamunannya dan dijawab anggukan pelan oleh Mark.
.
.
.

" Pantas saja dia terlihat bahagia..." Cicit Mark pelan setelah mendengar bagaimana Jeno dan Chenle bisa bertemu

" Maafkan aku tidak memberi mu dari 3 bulan yang lalu aku juga baru memberi tau Haechan satu minggu yang lalu"

" Eung tidak masalah..."

" Saat pertama kali bertemu dengannya aku tau tatapan anak itu menyimpan ketakutan, aku pun mencari tau tentang kalian dan ternyata Psikolog Chenle adalah senior ku. Dan dia bercerita banyak tentang Chenle..."

" Awalnya aku ragu... ingin mempertemukan mereka kembali... karna aku takut Haechan tidak mau membuka kembali luka lamanya, tapi saat aku bercerita tentang kondisi Chenle dan satu satunya yang bisa mengobatinya itu Haechan... dia memaksa ku untuk bertemu dengan kalian"

Mark mengangguk paham

" Aku sengaja tidak mengabari mu karena aku juga takut kau menolak karena Chenle bilang kau tidak pernah lagi membahas tentang Haechan..."

" Aku hanya tidak ingin melukai hatinya untuk kesekian kalinya, karena itu aku menghindari semua tentangnya."

Jeno tersenyum tipis mengelus pelan punggung Mark untuk menyemangati pria itu.

" Dan sebenernya Haechan juga ingin meminta maaf padamu... karena itu dia ingin bertemu dengan mu... "

Mark yang mendengar hal itu menitikkan air matanya. Seharusnya dirinya yang harus meminta maaf pada Haechan.

" Hey... tegakkan bahumu kalian sudah dewasa.. kali ini... selesaikanlah masalah kalian."
.
.
.
.

Mark dan Haechan saat ini berada di taman komplek, Jeno sengaja meminta dua orang itu untuk bicara empat mata agar semua masalah dan kesalah pahaman mereka terselesaikan.

" Selamat... atas pernikahan mu" Cicit Mark memulai percakapan setelah hampir sepuluh menit lamanya mereka saling diam

" Eung... terimakasih... "

" Putramu... dia umur berapa?"

" Hm? Baru dua tahun... namanya Minhyung"

" Bukankah itu na-"

" Masa kecilmu? Eung... benar. Jeno juga tau... malah dia yang meminta nama itu karna dia bilang kehadiran mu juga berperan banyak dalam hubungan ku dan dia"

Mark mengangguk pelan, kemudian keheningan kembali menyelimuti mereka. Mark tidak tau lagi harus mengucapkan apa.

" Mark... kau tau aku sedikit menyesal... bertemu denga  putramu?"

" Huh?"

" Ya... aku menyesali keputusan ku ... andai aku tidak bertemu dengannya... andai aku tidak mengasuhnya... andai aku tidak memberikan kasih sayang padanya... mungkin aku tidak akan menghancurkan keluarga mu"

" Haechan-ah  kau ti-"

" Dan kau tau, aku sempat berfikir bagaimana jika aku tidak usah saja datang ke acara pemakaman papiku... mungkin sekarang kau dan Jaemin  masih bersama"

" Haechan-ah...."

" Aku menyesal... aku menderita... aku menyimpan banyak luka, dan kau pun begitu... bahkan anakmu juga terkena imbasnya... "

Mark hanya menunduk, ia pun tidak bisa lagi menyembunyikan air matanya.

" Jeno meminta ku untuk jujur padamu, menyelesaikan semuanya agar rasa sakit baik itu dirimu ataupun diriku semuanya akan terselesaikan hari ini, tapi aku merasa tidak ada yang bisa ku perbaiki dalam hubungan kita"

" Aku ingin beriskap biasa saja padamu, seolah seperti kita dulu hanya sebetas teman, tapi melihat mu melihat tatapan mu, membuat ku kembali bersedih dan menyesali semua perbuatan ku"

" Haechan-ah aku benar benar minta maaf..."

" Aku sudah memaafkan mu Mark sungguh, bahkan di hari pertama kita bertengkar aku sudah memaafkan mu, tapi tetap saja kehadiran mu membawa penyesalan bagiku"

" Aku bahkan menyesali berbuat baik kepada Jaemin... aku tau aku seharusnya tidak boleh bersikap seperti itu,tapi apa yang ku bisa... aku benar benar merasa kehadiran ku dalam hidupmu membawa masalah "

" Aku yang seharusnya meminta maaf pada mu Mark... karena telah menghancurkan keluarga mu... aku tau kau merasa bersalah padaku telah menyakiti hatiku... tapi aku baik baik saja sekarang sedangkan kau... masih kalut dalam penyesalan mu"

Mark terdiam, isakan tangisnya pun semakin menjadi jadi

" Bisakah kita menghentikan permainan saling meminta maaf hmm? aku salah...kau salah...semuanya salah... lalu bisakah kita tinggalkan itu semua dan memulai semuanya dari awal? Aku tau aku punya ambisi dalam memenangkan setiap permainan dengan mu, tapi aku mulai lelah dengan permainan ini Mark"

Hechan akhirnya menitikkan air matanya. Mark terkekeh dalam tangisannya, ia menatap Haechan sebentar dan tersenyum pelan.

"Maafkan aku... karna mencintaimu terlambat" Cicit Mark dengan air mata yang berderai

Haechan tersenyum tipis dan menggangguk 

" Aku juga minta maaf, karena cintaku...merusak kehidupan mu"

Setelah itu mereka berdua saling menatap dan terkekeh pelan, tawa mereka bercampur dengan suara isakan tangis mereka, keduanya saling menyahuti, semakin keras isakan tangis mereka semakin keras pula tawa mereka. 

Dan hari itu Mark dan Haechan benar benar menyelesaikan urusan perasaan mereka. 

[COMPLETED] Replaced || MarkhyuckWhere stories live. Discover now