14

1.2K 95 0
                                    

Haechan melambatkan langkahnya, semakin dekat ia dengan pintu masuk semakin ia melambatkan kakinya. Entah kenapa berat rasanya kakinya untuk melangkah, padahal sedari pagi tidak satupun keraguan dalam diri Haechan untuk pergi meninggalkan Seoul.

Haechan akui, ia masih tidak ingin berpisah dengan Mark, tapi apa yang bisa Haechan perbuat, berada didekatnya hanya membuat hatinya semakin sakit dan rasa sayang itu juga semakin tumbuh. Tapi Haechan juga tidak ingin mengakhirinya dengan begini, terlalu aneh dan canggung rasanya. Mark tidak tersenyum, bahkan pria itu seakan menahan tangisnya. Bukan seperti ini perpisahan yang Haechan inginkan, karena dengan begini, Haechan menjadi ragu untuk pergi.

Huufft.... tak apa Haechan... 

Cicit Haechan menguatkan dirinya dan memantapkan langkahnya untuk benar benar pergi. Ketika Haechan ingin melangkahkan kakinya, tiba tiba saja seseorang menarik tubuhnya dan memeluknya.

" Mark?"

Mark tidak menjawab, membawa Haechan semakin jauh dalam dekapannya, menyembunyikan kepalanya pada bahu Haechan, dan perlahan Haechan bisa mendengar suara isakan tangis dari Mark.

" Ma-Maafkan aku.... aku benar benar minta maaf...."

Lirih Mark pelan dalam tangisannya. Haechan beberapa kali mengatur nafasnya, berusaha untuk tidak ikut menangis, mendengar isakan tangis Mark, Haechan menjadi tidak tega. Haechan tersenyum tipis mengangkat tangannya hendak mengelus kepala Mark untuk menenangkannya.

Tapi kemudian Haechan menghentikan pergerakannya, bagi Haechan, Mark sudah menghancurkan hatinya berkeping-keping, membuat dirinya mati rasa dan untuk saat ini rasa benci dan cinta itu sama kuatnya dalam hatinya. 

Haechan mengepalkan tangannya kuat, ia akui ingin rasanya membalas pelukan Mark, menyalurkan perasaannya yang tidak akan pernah tersampaikan. Tapi jika Haechan melakukan itu, tidakkah dirinya berharap untuk kesekian kalinya? dan pada akhirnya terluka lagi?

Ya, Haechan tidak ingin lagi terluka, sudah cukup bagi hatinya di remukkan oleh Mark seperti itu. Haechan menghela nafas pasrah, mengadahkan kepalanya untuk menahan air matanya dan menarik kembali tangannya, kemudian melepas pelukan Mark. 

Mark masih terisak dan menundukkan kepalanya, jujur saja ia tidak rela saat Haechan melepaskan pelukannya, tapi Mark juga tidak ingin memberontak, Mark takut salah melangkah, karena itu ia membiarkan apa yang Haechan inginkan. 

" Sudahlah...tegakkan bahumu dan berhenti menangis..." Hibur Haechan 

" Tapi Aku sudah..." Mark bingung bagaimana melanjutkan kalimatnya

" Aku tidak pernah menyalahkan mu, jadi tidak perlu meminta maaf...."

Niat Haechan menghibur Mark  agar pria itu berhenti menangis dan menyalahkan dirinya, tapi yang ada tangisan Mark semakin pecah. Haechan tersenyum pelan bahkan sedikit terkekeh.

" Baiklah baiklah...Aku memaafkanmu... sudah... kau tidak cocok menangis seperti itu dengan umur dan tubuhmu begini" 

Mark mengusap matanya kasar sambil terkekeh  dengan air mata yang masih mengalir. Haechan yang melihat itu hanya bisa menggelengkan kepalanya  pelan. 

" Kau tidak marah padaku?" Tanya Mark setelah isakan tangisan sedikit mereda

Haechan terkekeh pelan sambil menggelengkan kepalanya

" Jika aku marah padamu atau apapun itu yang ada di dalam pikiranmu, aku tidak akan memberi taumu kalau aku akan pergi" Tambah Haechan 

" Kita masih berteman kan?"

" Eung.."

" Kau akan terus menghubungi ku kan?"

" Eung..."

[COMPLETED] Replaced || MarkhyuckWhere stories live. Discover now