" Haec-"
Mark membuka pelan pintu kamar Haechan, namun terdiam ketika menemukan Jeno yang sedang mengemasi koper mereka.
" Mencari Haechan? Dia sedang membawa Chenle bermain di taman..Haechan bilang dia tidak ingin Chenle tau dia sedang beres-beres jadi aku menawarkan diri untuk mengemasi barang barangnya." Jelas Jeno
Mark hanya mengangguk, masuk perlahan ke dalam kamar dan duduk di atas tempat tidur Haechan. Melihat Mark yang beberapa kali menghela nafas dan terlihat canggung serta kebingungan, Jeno pun memecah keheningan mereka dan mengajak Mark mengobrol
" Hampir 2 bulan ya Haechan disini? Apa dia merepotkan mu?"
" Uh? Ahah... tidak ... dia malah membantuku banyak..... terkait Chenle lebih tepatnya..."
" Benar....ah ngomong-ngomong Chenle... sepertinya anak itu akan menangis jika Haechan pergi"
Mark mengangguk pelan, beberapa hari belakangan hal ini selalu menjadi pikirannya. Mark akui ia sejujurnya juga tidak ingin Haechan pergi, karena entah kenapa Mark menjadi lebih hidup dan lebih nyaman karena ada Haechan di rumahnya. Tapi ada satu hal yang menjadi ketakutan Mark, yaitu putranya sendiri.
Melihat bagaimana Haechan dekat dengan Chenle hanya dalam 2 bulan, mereka sudah seperti orang tua dan anak, Mark sejujurnya ingin menahan Haechan, memintanya untuk tinggal setidaknya hingga Chenle mengerti, tapi rasanya terlalu mustahil karena Haechan juga punya pekerjaan dan Jaemin tentu saja tidak mengizinkan.
" Kau ingin Haechan tinggal lebih lama?"
" Huh?"
" Bro...kau lupa aku ini siapa? Hanya dari helaan nafas dan tatapan mu, aku tau apa isi kepalamu... karna itu yang aku pelajari"
Mark terkekeh pelan, kemudian mengadahkan kepalanya, entah kenapa saat ini Mark ingin rasanya menangis.
" Kau cemburu atau marah jika aku meminta itu pada Haechan?"
" Hahah tentu tidak, kenapa aku harus cemburu, kau sudah menikah apa yang kutakutkan...lagi pula Haechan itu sahabat mu kan?"
Seolah ditusuk, mendengar kalimat Jeno membuat dada Mark sesak. Mark sadar apa yang Jeno ucapkan itu fakta, tapi entah kenapa jauh dalam lubuk hatinya Mark menolak itu.
" Ya... kau benar...aku ingin dia tinggal lebih lama, bukan karna apa apa, aku hanya tidak ingin Chenle kembali bersedih dan sendiri...kau tau sendiri aku dan Jaemin sama sibuknya"
" Hmmm....yaah kalau itu sih aku tidak ikut campur, karna keputusannya ada ditangan mu, Haechan dan Jaemin tentunya. Kau sudah menanyakannya pada Jaemin?"
Mark menggelengkan kepalanya
" Kenapa?"
" Mungkin Haechan tidak tau atau mungkin dia sadar.... Sejujurnya uhm...Jaemin dulu pernah cemburu karena kedekatan ku dengan Haechan..."
" Dia sendiri yang mengatakannya?" Mark mengangguk
Berani juga dia....
" Lalu sekarang?"
" Entahlah...aku juga tidak terlalu memperhatikan, tapi selama dua bulan ini sepertinya Jaemin tidak terlalu memusingkan mungkin karena Haechan yang masih berduka dan ia bisa fokus bekerja karena ada yang mengurus Chenle...."
" Hhhhmm.... jadi keputusan mu?"
Mark kembali menghela nafasnya, menundukkan kepalanya. Ia tidak tau harus bagaimana, tapi sesaat kemudian ia teringat dengan ucapan Haechan dulu
Kau sudah punya kehidupan mu sendiri...begitu juga dengan ku
Mark mengenggam tangannya kuat, entah kenapa Mark merasa itu adalah sebuah peringatan bagi Mark untuk menjauhinya, Mark juga kembali mengingat moment dimana ia bertengkar hebat dengan Haechan. Setelah apa yang terjadi tidak mungkin Haechan berbaik hati mengabulkan permintaannya begitu saja.
YOU ARE READING
[COMPLETED] Replaced || Markhyuck
FanfictionHaechan selama ini hidup dengan sangat bahagia, dengan kedua orang tuanya dan sahabat terbaiknya Mark. Selama hidupnya Haechan tidak pernah merasa sendiri ataupun dicampakkan karena orang-orang disekitarnya selalu menyayanginya, memberikan kasih sa...