Mark tidak bisa fokus pada makanannya pasalnya, matanya terus menatap Haechan dan Jeno yang saling bergurau. Mark sedikit bingung, sejak Haechan tinggal di rumahnya ia merasa baik baik saja. Bahkan ketika Jaemin pulang pun Mark tidak merasakan apapun, sama seperti hari-hari biasanya, tapi sejak minggu lalu Jeno sampai di korea dan menginap di rumahnya, Mark entah kenapa menjadi risih.
" Kenapa Mark?" Tanya Jaemin menatap Mark yang sedari tadi hanya memainkan makannya
" Uh...tidak...aku hanya sedikit lelah..." Senyumnya tipis tapi diam diam ia kembali melirik Haechan dan Jeno yang sedang tertawa.
" Paman bel'... ngantuk..." Cicit Chenle pelan dari meja makannya dan mendorong piringnya menandakan ia tidak ingin lagi memakan makan malamnya
" Habiskan makananmu! Papi tidak pernah mengajarkan mu buang buang makanan!" Perintah Jaemin tanpa menatap Chenle.
Chenle yang mendengar suara papinya itu sedikit membentak, membuatnya takut dan ingin menangis, matanya berkaca-kaca dan dengan takut takut kembali menyuap makanannya. Mark yang melihat itu menjadi kasihan, Jaemin terlalu keras padanya, padahal ia baru berusia 3 tahun.
" Jaemin-ah...tidakkah kau terlalu-"
"Berhenti memanjakannya! Ugh... kau selalu saja memanjakannya! Bagaimana dia bisa menjadi pangeran jika manja dan tidak beretika seperti itu!"
Mark menghela nafasnya, selalu begitu Jaemin terlalu keras kepala dan tidak pernah mau mendengarkan Mark. Karena tidak ingin bertengkar dan tidak enak dengan Jeno dan Haechan, Mark terpaksa mengalah dan mencoba menenangkan istrinya itu.
Chenle semakin menahan tangisnya, ia tidak suka melihat ayahnya bertengkar dengan papinya, karena itu Chenle takut dan tidak suka dengan papinya itu karena setiap kali mereka bertemu Jaemin selalu marah dan membentaknya.
" Psst..."
Haechan berbisik sambil menepuk pelan pundak Chenle yang duduk di sebelahnya.
" Kau mengantuk?" Bisik Haechan dan Chenle mengangguk
" Sudah kenyang?" Lagi Chenle mengangguk.
" Sudah jangan menangis... nanti papi mu tambah marah...." Haechan mengusap pelan kepala Chenle untuk menenangkannya.
Haechan menatap Jaemin sebentar yang masih fokus dengan ponselnya, kemudian perlahan ia mengangkat piring Chenle dan menukarnya dengan piring Jeno yang sudah kosong sedari tadi. Jeno yang melihat hal itu menyeringitkan keningnya. Melihat Jeno yang tidak terima Haechan dengan cepat merapatkan kedua tangannya dan menunjuk Chenle dengan dagunya.
Jeno menghela nafasnya, membuang wajahnya sambil mencibir kepada Chenle dan mulai menghabiskan sisa makanan Chenle. Hubungan Jeno dan Chenle tidak begitu baik karena sejak kedatangan Jeno, Chenle merasa pamannya Haechan direbut oleh Jeno. Melihat kecemburuan Chenle, Jeno pun dengan sengaja memanas-manasi Chenle dan begitulah bagaimana pertarungan mereka dimulai untuk memperebutkan Haechan.
" Makananmu sudah habis?" Tanya Haechan dengan suara sedikit keras agar Jaemin bisa mendengarnya. Melihat Chenle yang bingung, Haechan pun mengangguk pelan.
" Su-Sudah Paman...." Cicit Chenle pelan mengusap matanya kasar.
" Yaudah... kamu tidur sana...jangan lupa salam sama papi sama ayah ya? Paman sudah ajarkan kan?"
Mark memperhatikan semuanya, dari Haechan yang menatap Chenle sendu saat dibentak oleh Jaemin hingga Haechan yang menukarkan piring itu. Mark bahkan terkekeh pelan, bayangkan jika Jaemin melihatnya, Haechan pasti gelagapan mencari alasan.
Disaat Mark yang memperhatikan Haechan, mata mereka bertemu. Haechan hanya mengangkat dagunya dan Mark menggeleng pelan.
Terimakasih
YOU ARE READING
[COMPLETED] Replaced || Markhyuck
FanfictionHaechan selama ini hidup dengan sangat bahagia, dengan kedua orang tuanya dan sahabat terbaiknya Mark. Selama hidupnya Haechan tidak pernah merasa sendiri ataupun dicampakkan karena orang-orang disekitarnya selalu menyayanginya, memberikan kasih sa...