Mark memangku dagunya dengan tangannya, menatap Chenle yang bermain di dapur bersama dengan Haechan. Mark akui sejak pernikahannya Mark merasa hari-harinya terlalu melelahkan, tidak mengherankan karena Mark yang tetap harus ke kantor mengurus perusahaannya dan dirumah mengurus Chenle.
Mark tau seharusnya bukan dia yang mengurus Chenle 24 jam, tapi apa yang bisa Mark buat, Jaemin terlalu sibuk, mengurusi kerajaan yang berpengaruh pada negaranya dan Korea tentunya, karena itu Mark selalu mengalah, walaupun sebenarnya Mark juga ingin Jaemin juga ikut andil dalam membesarkan Chenle.
Kemudian, Mark sadar, ia tidak pernah melihat putranya tersenyum dan tertawa seperti itu. Mark itu tidak pintar dalam mendekatkan diri kepada anak-anak, ia bukanlah ayah yang galak dan pemarah, Mark bahkan adalah orang yang tidak mudah marah, hanya saja Mark terlalu kaku kepada anak kecil, karena itu Chenle selama ini terlihat murung.
Belum lagi, Chenle itu sangat takut dengan Jaemin, karena pada faktanya Chenle adalah pangeran dan ia yang akan melanjutkan kekuasaan papinya, karena itu setiap kali bertemu, alih-alih bermain dengan Chenle, Jaemin menyuruhnya belajar, belum lagi Jaemin sangat berambisi agar putranya itu menjadi penerus nantinya karena itu ia sedikit keras dalam mendidik Chenle.
Melihat Chenle yang tersenyum lebar pada Haechan, padahal mereka hanya saling menatap, entah kenapa membuat hati Mark menghangat. Mark akui semenjak ia menikah dan memiliki anak, Mark merasa rumah tangganya sangat tidak harmonis.
" Ayah!"
Mark tersadar dari lamunannya karena teriakan Chenle, ia hanya mengangkat alisnya pelan sambil tersenyum pelan kala Chenle berjalan ke arahnya
" Ini...untuk ayah..." Cicit Chenle pelan memberikan piring yang penuh dengan cookies.
" Ini lele yang buat hehe" Senyum Chenle dan Mark baru menyadari pipi Chenle yang kotor karena tepung dan bajunya juga penuh dengan noda tepung.
" Sedari tadi kalian bikin ini?" Tanya Mark bingung pada Haechan
" Eung...aku bahkan tadi menanyakan kau mau ku tambahkan choco chip atau tidak tapi kau tidak menjawab... sepertinya kau kelelahan"
Mark tersenyum tipis, sepertinya ia terlalu terlena melihat Haechan dan Chenle tadi hingga tidak sadar mereka sudah selesai dari mengadon kue hingga memanggang kue itu.
" Terimakasih ya.... Kenapa Chenle kasih ini ke ayah?"
" Karna...hmm...uh...uhm...karena minta maaf?" Chenle memiringkan kepalanya ragu dengan ucapannya sedangkan Mark masih berusaha mencerna ucapan Chenle tapi percuma saja ia tidak mengerti.
" Ugh...paman bel'...." Chenle sedikit merengek sambil berlari memeluk Haechan karena malu ia tidak bisa menyampaikan perasaannya pada ayahnya itu
" Hahaha tadi kita sudah latihan kan? Baiklah baiklah aku akan menjelaskannya.."
Mark menyerngitkan keningnya, sedangkan Haechan terkekeh pelan dengan tingkah ayah dan anak ini.
" Kemarin Chenle bercerita ia sedih melihat mu..."
" Sedih?"
" Eung... dia bilang ia kasihan melihat mu pergi bekerja, setiap malam harus terbangun karena membuatkannya susu... mungkin bahasa yang dia sampaikan berbeda padaku tapi aku mengerti maksudnya, dan dia bilang dia merasa bersalah karena lebih sayang dan baik padaku daripada padamu...padahal kau itu ayahnya...karena itu ia ingin meminta maaf padamu dan aku menyarankan untuk membuat cookies itu"
Mark yang mendengar itu benar benar tersentuh hatinya, ia berpikir anaknya bersikap dingin dengannya, karena Mark yang tidak bisa memberikan kasih sayang yang cukup padanya. Mark akui kadang ia menyerah, Mark sudah berusaha sekuat mungkin untuk mendekat pada anaknya itu, tapi Mark merasa, ia belum bisa mendekatkan diri pada anaknya itu. Mark terkekeh menundukkan kepalanya, membuka kaca matanya dan mengusap pelan matanya.
YOU ARE READING
[COMPLETED] Replaced || Markhyuck
FanfictionHaechan selama ini hidup dengan sangat bahagia, dengan kedua orang tuanya dan sahabat terbaiknya Mark. Selama hidupnya Haechan tidak pernah merasa sendiri ataupun dicampakkan karena orang-orang disekitarnya selalu menyayanginya, memberikan kasih sa...