🌻 Chapter 27 - Ruangan Itu

1.1K 148 10
                                    

MARK tahu ini pasti akan terjadi, tujuan Sungchan adalah untuk menjauhkan dirinya dari Haechan. Dia dan dua lainnya; Kun dan Sanha sudah terlambat saat datang ke kondominium milik Yanyang. Satpam di sana mengatakan bahwa para penghuni pergi mengungsi terlebih dahulu, karena adanya kejadian aneh yang terjadi sekitar pukul dua atau tiga dini hari tadi.

Alat darurat dirusak oleh seseorang yang tidak dikenal. Pintu evakuasi di belakang juga di rusak, ini semua dilakukan dengan sengaja. Dan Mark tahu siapa dalang dari semuanya. Tidak perlu untuk berfikir dua kali. Dan sialnya, Yangyang ikut menghilang dalam kejadian itu, keduanya menghilang.

Dan satu tujuan mereka sekarang.

Rumah Mark.

Sudah hampir tengah hari saat mereka sampai di sana. Keadannya terlalu tenang dengan gerbang besar yang masih tertutup rapat. Tombol otomatis yang biasa Mark dapat kendalikan kini sudah tidak berfungsi, penjaga rumah yang biasa berjaga di dekat gerbang bagian dalam juga tidak ditemukan. Sepertinya Sungchan sudah mengatur semuanya, ia tahu bahwa dirinya akan datang ke rumah tepat saat ia tahu Haechan akan menghilang, termasuk sang teman Yangyang.

"Ini yang aku takutkan. Kau tidak tahu seberapa gilanya adikku itu. Tapi ini sudah keterlaluan." Mark memandang gerbang tinggi yang membatasi rumahnya, ia menatap ke sekeliling.

Sepi.

Area rumahnya memang sepi. Orang tuanya sengaja memilih lokasi yang cukup jauh dari jalan utama. Karena irang tuanya suka dengan daerah yang tenang.

"Aku sudah menghubungi Yangyang, tapi handphone nya mati. Kurasa Sungchan mengambilnya, dia sudah berjanji tidak akan menyakiti Yangyang." Kun memasukkan handphone miliknya ke dalam saku jakeiyang dia kenakan.

"Harusnya kau tidak mempercayainya," Sanha melirik ke arah Kun, "kasihan sekali Yangang. Dia tidak pernah terlibat akan masalah ini, dia hanya berteman dengan Haechan dan disukai oleh sunbaenya. Tapi dia kena imbasnya, semoga mereka berdua baik-baik saja." Sanha menepuk bahu Mark, "jadi sekarang apa? kita harus cepat. Kurasa kita harus memanjat."

Tanpa pikir panjang, Sanha yang memiliki tubuh paling tinggi itu berpijak pada tembok rumah milik Mark. Dengan keseimbangan yang sudah diperkirakannya, dia melompat, berpijak, dan sedikit melompat hingga kini tangannya sudah menggapai bagian atas tembok. Tenaga dikumpulkan dibagian telapak tangan serta lengan hingga bahu untuk dapat mengangkat tubuh bagian bawahnya. Dan tentu saja, Sanha dengan mudah kini sudah berada di atas, satu langkah lagi hingga dia melompat ke dalam halaman rumah milik keluarga Mark.

"Aku akan turun," ia melambai pada Kun dan Mark yang tengah tersenyum padanya, biarkan Sanha terlebih dahulu masuk ke dalam.

Tapi.

Saat Sanha baru saja mendaratkan kakinya di tanah, suara teriakan terdengar dari balik tembok tempat Sanha menerobos.

"Sanha ada apa?!" Kun berlari kecil ke arah gerbang, mencoba untuk melihat keadaan Sanha di dalam sana. Dia berusaha menangkap bayangan Sanha yang kini tengah bergelut di atas tanah dengan rintihan yang terdengar pelan, "Sanha jawab aku."

"Aku tidak apa, hanya kaki kiriku yang terjepit ileh jebakan. Tai! Sungchan itu sudah mempersiapkan semuanya, dia tahu jika kita akan datang. Sunbae, adikmu benar-benar gila" Sanha menggerutu sambil berusaha melepaskan kakinya yang terjepit, kakinya seperti akan terpotong. Untungya tidak, hanya terjepit dengan luka yang cukup dalam, bahkan kain celana yang dikenakannya hampir terpotong dan berlubang.

Mark tidak tahu kapan Sungchan menyiapkan semunya, yang pasti itu sudah dilakukannya sudah lama. Mark tidak habis pikir, ia berusaha untuk mencari jalan masuk yang lain saat kepalanya mendongak menyadari satu hal. Di atas tembok bagian kiri di dekat gerbang, sebuah nyala kecil merah yang berkedip-kedip terlihat samar-samar tapi Mark tahu benda apa yang terpasang di sana.

[11] Flower CrownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang