HAECHAN merasa dirinya sudah tidur sangat lama. Saat dia terbangun, benar saja dirinya sudah berada di sewaan miliknya. Tidur dengan masih menggunakan pakaian yang digunakannya kemari saat pergi bersama Sungchan. Ia bangun dalam keadaan masih mengantuk, pagi ini dia ada kelas dan harus segera bergegas.
Di meja kecil yang berada di dekat tempat tidurnya, dia melihat sebuah catatan kecil yang terlipat rapi dengan warna kuning cerah dan itu adalah miliknya. Namun ia sama sekali tidak ingat pernah menaruh sebuah catatan kecil di sana, tanganya terangkat untuk melihatnya, membuka lipatan itu dan membaca kalimat singkat yang tertulis di sana, hanya sepenggal kalimat yang tidak terlalu Panjang.
Nanti kita bertemu di kampus, aku akan menunggumu.
_Mark
Haechan melirik ke dalam kamarnya, berjalan dan memperhatikan pintu utama yang tertutup. Saat dia mencoba membukannya, pintu itu dalam keadaaan terkuci rapat. Ia menatap catatan itu kembali, menatapnya dengan kebingungan yang luar biasa. Dia berjalan ke arah kamar mandi, dan tidak ada orang di dalam sana. Dia kembali memperhatikan catatan yang dituliskan untuknya dari Mark.
"Kapan Mark hyung menulisnya? Dan bagaimana cara dia untuk masuk. Tunggu...bukankah terakhir kali aku sedang bersama Sungchan?"
•
•
•
Yangyang berlari menghampiri Haechan yang baru saja sampai di kampus dengan membawa tas ransel bersamanya. Wajahnya tersenyum namun langsung hilang saat dia melihat wajah panik dari Yangyang, tidak lama setelahnya Jaemin dan juga Renjun dating bersamanya. Jangan lupakan Kun yang selalu menempel pada Yangyang seperti lem, dia membuntuti laki-laki manis dengan surai hitam itu.
"Kenapa kalian semua terlihat sangat panik? Ada apa?" Haechan langsung bertanya saat semua teman-temannya datang dan satu seniornya yang tidak kalah panik, namun matanya tidak lepas dari Yangyang. Seniornya itu seperti tidak ingin melepaskan pandangannya dari sang teman.
"Kenapa telat sekali kau datang?! Ini sangat gawat, aku tidak bias menjelaskannya. Jadi sekarang ikuti saja aku!"
"Yangyang benar ini bukan waktunya menjelaskan, sekarang ikutlah bersama kami. Aku takut mereka akan saling membunuh." Renjun menimpali dan langsung menarik tangan Haechan, mengajaknya untuk ikut bersamanya diikuti yang lain yang juga terlihat terburu-buru seperti sedang di kejar waktu.
"Tunggu siapa yang kau maksud dengan 'mereka', Renjun?" Haechan mengikuti langkah renjun yang terburu-buru, dia memperhatikan sekelilingya. Dan Haechan baru menyadari bahwa orang-orang kini tengah memandangnya dengan tatapan cemas dan juga kebingungan.
Jaemin yang berada di sampingnya berujar, "siapa lagi. Dua bersaudara Jung, Mark dan Sungchan."
Haechan memalingkan wajahnya ke arah Jaemin yang baru saja mengatakan Jung bersaudara. Ada apa dengan mereka? Dan ada apa dengan kata saling membunuh? Seolah kalimat-kalimat itu sudah dicerna oleh pikirannya yang baru saja tersadar. Haechan melepaskan tangannya dari genggaman Renjun dan kini mereka semua setengah berlari dengan kecemasan yang masing-masing mereka rasakan.
•
•
•
Dua Jung itu saling beradu di lapangan belakang yang terletak di belakang gedung fakultas Bahasa. Lapangan itu cukup jauh dan tidak terjangaku oleh keamanan kampus. Orang-orang melihat mereka merasa ngeri melihat perkelahian antara Mark dan Sungchan, mereka saling menatap tajam dengan wajah yang penuh dengan lebam. Mata mereka tidak ada yang ingin mengalah, mereka seperti ingin membunuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
[11] Flower Crown
Fanfiction[COMPLETED] [Obsession] [Mystery] Haechan yang terjebak antara dua obsesi namja, Dia mahasiswa baru dari desa jeju, hanya berniat datang ke Seoul untuk belajar. Siapa sangka dipertemukan oleh dua namja yang tertarik dan menginginkannya. Bxb⚠️ masih...