MARK terkejut bukan main, ia belum sempat untuk bersiap takkala melihat pisau itu sudah melayang di udara. Digenggam tangan Sungchan nan kokoh sudah pada batas tertinggi pada panjang lengan milik sang adik, di balik punggung sang adik masih di dalam ruangan dengan tubuh yang terikat, Haechan terus saja menyebut nama Mark. Meraung dan memohon agar Sungchan melepaskan dirinya, sepertinya ini akhir dari segalanya. Betapa bayangan senyuman Haechan kini menari-nari di pelupuk matanya seolah akan mengucapkan salam perpisahan.
Telinganya berdengung, tubuhnya tidak bisa bergerak seolah lantai tak ingin melepaskannya. Matanya kini hanya melihat betapa berkilauan pisau lipat itu dengan noda darah tentunya. Darah dari sang pemilik itu sendiri, Sungchan. Dan lihatlah kini seringai menyebalkan dari sang adik, mencemooh dirinya yang akan pergi jauh kali ini.
"Sudah aku katakan, kali ini aku akan benar-benar membunuhmu. Satu nyawa, dua, bahkan tiga tidak apa-apa. Bukankah teman-temanmu masih ada di sini, hyung." Sungchan tertawa, ia mengerang dan mengayunkan pisau lipat dalam genggamannya.
Mark memejamkan mata, ia berpaling siap sudah ia menerima tikaman pisau di dadanya. Dalam hati dia hanya dapat meminta maaf pada Haechan dan yang lain, dia sudah kalah. Dia tidak dapat melindungi Haechan; kekasihnya, bahkan dia tidak bisa melindungi diri sendiri. Jantungnya seperti berhenti berdetak, matanya terpejam erat. Begitu erat hingga dapat ia rasakan urat-urat di sana mengencang.
Tapi pisau dingin itu tak kunjung ia rasakan, ujung besi dan batangnya tak kunjung di rasakan dalam tubuhnya. Suara yang hilang itu kini digantikan oleh suara nyaring dari lantai satu dan suara sendu dari belakang yang ia tahu itu adalah suara dari Haechan. Ragu-ragu ia membuka mata, dan yang ia dapatkan adalah Sungchan yang seperti menahan rasa sakit, pakaian yang ia kenak juga terdapat noda darah pada bagian bawah pundak sebelah kanan. Tanpa Mark sadari ternyata di luar sana suara sirine polisi yang datang entah sejak kapan, salah satunya berhasil masuk atau bahkan dua orang.
Pisau lipat yang berada di tangan Sungchan terlepas, darah kini mulai mengalir pada bagian bawah pundaknya. Telapak tangan kirinya berusaha untuk menekan luka itu. Luka dari timah panas yang berhasil mengenai dia. Terlampau terkejut namun dengan kesadaran yang kembali seperti kilat. Mark mendorong tubuh Sungchan yang berada di atas dirinya, ia memutar tubuh. Merangkak menjauh sebisa mungkin agar jauh dari jangkauan sang adik, Mark menatap ke lantai satu. Tempat Kun dan Yangyang yang kini tengah dibantu oleh beberapa polisi.
Dari bawah sana Kun menatap ke arah Mark, dengan tenang yang masih utuh setengahnya dia mengangkat satu tangan. Memperlihatkan satu buah handphone, ia goyang-goyangkan dengan senyum kecil. Ternyata Kun yang berhasil menelpon polisi, ada kelegaan yang terasa, tapi dibalik kelegaan itu ada rasa khawatir. Karena pasti nanti, orang tuanya akan tahu akan permasalahan ini. Dengan begitu kedua orang tuanya akan mengetahui sebagaimana gangguan yang dialami oleh Sungchan.
Mark bernafas lega, ia tengkurap dan menempelkan pipi di atas lantai ketika beberapa orang datang untuk mengangkut tubuhnya yang babak belur dengan kaki yang hampir remuk. Tak hanya suara sirine polisi yang terdengar, karena menyusul suara ambulance juga. Mungkn karena menemukan beberapa korban yang anehnya semuanya dicelakai oleh satu orang. Gila memang, Sungchan karena hanya obsesi dan rasa iri pada sang kakak berhasil membuat iblis merasuki dirinya.
Tak jauh berbeda dsri dirinya, Haechan di bawa keluar dengan kain putih sudah menutupi tubuhnya yang setengah telanjang. Bahkan tubuh Haechan gemetaran bukan main, dia ketakutan. Sepertinya kejadian itu terlalu menakutkan baginya, dalam waktu kurang dari dua puluh empat jam, dia sudah menghadapi kejadian yang begitu banyak. Mulai dari penculikan, pemukulan sang teman di depan dirinya, suara teriakan, makian, dirinya yang akan diperkosa dan dipertontonkan, bahkan dia akan menyaksikan pembunuhan di depan mata sendiri. Itu kekacauan yang begitu rumit.
"Bisakah anda tunggu sebentar." Mark menghentikan kedua polisi yang berusaha memapahnya sedari tadi, dari pintu utama ia menunggu Haechan yang masih menundukkan kepala, "Haechan." Mark memanggil pelan, dan dia lihat laki-laki itu mengangkat kepala dengan jejak air mata yang mengering di kedua pelah pipi.
Tanpa kata apapun, Mark dan Haechan saling mendekat. Mark dengan tangan penuh memluk tubuh Haechan yang sedikit gemetar itu mencoba untuk memenangkan.
"Bagimana keadaan Yangyang? Apa dia baik?" Haechan berucap lirih dengan wajah disembunyikan di pundak Mark.
Di belakang tubuh Haechan dengan tangan diborgol, Sungchan turun dengan tiga polisi yang mengawal dirinya. Dari tatapan mata sudah jelas Sungchan semakin membenci Mark, sedangkan Mark masih bisu tak menjawab pertanyaan dari Haechan sebelum Sungchan melewati mereka berdua. Mark yang melihatnya mengeratkan pelukan.
"Yangyang baik, semua baik. Dan kita sudah aman, kau tahu. Mungkin polisi akan meminta keterangan darimu. Aku harap kau bisa berani untuk menceritakan semuanya, karena kau kunci dari kejadian ini. Tapi tidak hanya kau, aku, Kun, Sanha, bahkan saat sadar nanti Yangyang pasti akan diminta keterangan." Mark mengelus surai belakang Haechan, "aku akan tetap bersamamu. Kita akan melewati ini bersama-sama, yang perlu kita lakukan hanya memberikan polisi kronologi yang kita alami. Kau paham? Tapi mungkin kita akan dipisah terlebih dahulu." Mark mengeratkan pelukan, "tidak akan lama. Aku mencintaimu."
Haechan tidak berkata, hanya menjawab dengan sebuah anggukan saja.
Mereka berdua kembali dibimbing oleh polisi yang menjaga mereka masing-masing. Haechan berada pada mobil polisi yang terparkir di dekat gerbang, sedangkan Mark dimasukkan ke dalam ambulance untuk menangani luka pada kakinya. Mark hanya bisa menatap Haechan yang duduk di bangku belakang mobil polisi yang baru saja ia masuki. Beberapa orang kini muncul di dekat rumah Mark, keributan dan mobil polisi yang mencolok mampu membawa rasa penasaran setiap orang untuk mendekat.
Semua sudah berakhir sekarang. Mungkin, sebelum kedua orang tuanya akan terkena keterkejutan yang sangat hebat. Yang pastinya, dengan kejadian dan keributan yang dibuat oleh Sungchan sendiri membawa dirinya dalam tumpukkan kasus, bahkan ada potongan tubuh dalam kamar sang adik. Betapa itu akan menghancurkan hati kedua orang tuanya, tapi itu adalah ganjaran bagi sang adik, bagi dirinya juga yang telah menyembunyikan semuanya.
Sepertinya kejadian ini akan masuk berita utama, pembicaraan akan sampai ke seluruh kampus juga. Di saat itulah Mark harus selalu berada di dekat Haechan. Dari ekor matanya, dia dapat melihat mobil polisi itu berjalan menjauh dari rumahnya, sedangkan pintu mobil ambulance tempat dirinya berada juga sudah tertutup. Dia akan dibawa setidaknya ke rumah sakit terlebih dahulu.
Semua dari segala teror yang menghantui ternyata berasal dari sang adik. Dan sekarang itu sudah berakhir dengan luka yang ditinggalkan pada korban, pada dirinya, dan kedua orang tuanya. Mark merasa dia yang paling bertanggung jawab. Karena dia yang terus menyembunyikan permasalahan mental Sungchan dari semuanya, harusnya dia dapat menghentikan lebih awal, kali ini dia akan berusaha memperbaiki semuanya.
Dalam teror yang berakhir dan kisah yang baru. Mark akan berusaha lebih keras lagi.
•
•
•
•
[akhir teror]
setelah sekian lama akhirnya book ini tamat juga, maafkan daku ya tmen2 _(:3 」∠)_salam dwaekki 🔪🔪
KAMU SEDANG MEMBACA
[11] Flower Crown
Fanfic[COMPLETED] [Obsession] [Mystery] Haechan yang terjebak antara dua obsesi namja, Dia mahasiswa baru dari desa jeju, hanya berniat datang ke Seoul untuk belajar. Siapa sangka dipertemukan oleh dua namja yang tertarik dan menginginkannya. Bxb⚠️ masih...