Takut Kehilangan

353 62 5
                                    

Sebuah keputusan yg benar untuk Lili namun keputusan yg salah untuk Saskia. Dilihat dari segi manapun, tidak ada yg akan rela jika kekasihnya bersama wanita lain, apalagi waktu yg dia miliki juga terbuang karena adanya Lili.

Saskia mengerti rasa bersalah Alvaro, tapi bukan berarti kehidupannya kini hanya tentang Lili.
Tiga hari sudah, Alvaro disibukan dengan kegiatan barunya. Hingga berulang kali dia lupa pada janjinya..

" Harus berapa kali aku bilang sama kamu, aku melakukan semua ini karena rasa bersalah aku sama Lili dan Ibunya. Jangan berfikiran negatif tentang aku, bisa? " Teriak Alvaro, ketika Saskia terus merengek memintanya untuk berhenti

" Aku paham, aku ngerti dengan rasa bersalah kamu. Tapi bukan berarti kamu melupakan kewajiban kamu.. Kamu juga punya kehidupan lain yg harus kamu jalani "

" Kehidupan yg mana? Kuliah? Aku gak pernah bolos.. Kamu? Bukannya selama ini aku selalu memenuhi semua keinginan kamu, apalagi sih? Sas, sekali ini aja kamu ngerti.. Aku melakukan semua ini demi diri aku sendiri, aku ingin terbebas dari rasa bersalah "

Alvaro teguh pada pendirian, begitu juga Saskia yg merasa kehilangan perhatian kekasihnya.

Mereka akhirnya berpisah ditengah jalan, Saskia pulang kerumah dengan taxi, sedangkan Alvaro pergi ke warung kopi..

Sudah dipastikan, Saskia merasa sakit hati dengan semua perlakuan Alvaro saat ini. Kecelakaan itu benar - benar mengubah segalanya..

***

Rey meminta bantuan pada Ary untuk terus mencari informasi tentang Pria yg selalu bersama Sandrinna.
Setiap hari, selalu ada foto - foto kebersamaan Sandrinna dan Yoshi yg di update oleh Ary.

Sakit hati bukan karena semua foto yg dia lihat, tapi sakit karena Sandrinna tidak pernah jujur ada Yoshi bersamanya..

" Sekarang mereka kemana Mas? " Tanya Rey disambungan telfon

" Gue gak tau mereka mau kemana, tapi yg jelas cowok itu jemput Sandrinna di Apartemen. Gue gak mungkin ikutin mereka, kan harus kerja "

" Yaudah Mas, makasih. Sorry gue selalu bikin Lo repot "

" Santai Aja, Gue harap hubungan kalian berdua baik - baik aja. Pastiin dulu itu cowok siapa, jangan asal marah - marah aja "

Ary khawatir, dia juga tidak mau hubungan Rey dan Sandrinna hancur sebelum semua benar - benar jelas.

Rey memasukan baju - bajunya kedalam koper. Sore ini, dia akan pulang ke New York tanpa memberitau Sandrinna lebih dulu..

" Seriusan mau pulang? Gue yakin, disana dia juga gak macem - macem Kak " Rasya berusaha menenangkan hati sang Kakak.

" Gue cuma heran, kenapa dia gak jujur sama gue Sya.. Kalau dia ngomong, mungkin gue gak akan sekhawatir ini. Yoshi itu sahabat gue, harusnya dia gak akan merebut Sandrinna dari gue, tapi entah kenapa perasaan takut itu ada Sya "

Rasya mengerti, memang sejak awal Yoshi adalah saingan kuat untuk mendapatkan Sandrinna. Yoshi sudah mengenal Sandrinna sejak kecil, dan tidak menutup kemungkinan Sandrinna juga pernah ada hati padanya..

" Yaudah kalau gitu, semoga gak ada apa - apa ya. Gue tetep yakin kalau Sandrinna gak mungkin menyakiti perasaan Lo, dia pasti punya alasan kenapa gak jujur tentang Yoshi "

Rey hanya manggut, meskipun hatinya gelisah dan risau. Ingin rasanya cepat sampai di New York, dan mendengar semua penjelasan dari Sandrinna.

***

Prannnkkkkk..

Suara gelas pecah mengejutkan Bu Rumi, pemilik warung nasi disamping warung kopi milik Lili.

" Nak.. Ya Allah, Ibu kamu kemana? Kenapa kamu kerja sendirian? " Bu Rumi khawatir

" Ibu pulang dulu Bu, ada cucian yg harus diantar kerumah tetangga " Jawab Lili dengan tangan meraba pecahan gelas.

" Sudah, biar Ibu saja yg bersihkan "

Saat Bu Rumi mengambil sapu, Alvaro datang dan ikut membantu Lili..

" Kenapa kayak gini Li? Harusnya Lo tunggu gue dateng, jangan cuci gelas sendirian "

" Alva.. Aku gak mau nyusahin orang terus. Aku bisa koq.. "

Bagaimana Alvaro bisa meninggalkan Lili, jika melihat kondisinya saja dia sudah sangat sedih dan merasa bersalah. Untuk sekedar mencuci gelas saja, Lili tidak bisa...

" Bu, biar saya yg bantu Lili. Ibu juga banyak pelanggan kan? " Alvaro menawarkan diri.

Bu Rumi mengangguk dan memberikan sapu itu pada Alva.

" Makasih banyak ya Al, kamu sudah mau membantu aku dan Ibu "

" Tugas gue Li, karena gue adalah penyebab semua kesulitan yg Lo alami sekarang "

" Semua takdir Tuhan Al, kita hanya bisa menjalankannya dengan ikhlas. Aku sudah memaafkan kamu "

Senyuman Lili begitu teduh, membuat Hati Alvaro tenang dan damai.
Dia semakin bersemangat untuk membantu Lili, dan mencari donor mata agar Lili bisa melihat lagi..

" Gue salut banget sama Lo Li, ditengah keterbatasan, Lo masih bisa bersyukur.. Gue malu banget, karena masih sering ngeluh.. padahal hidup gue jauh lebih baik daripada Lo "

Alvaro bicara dalam hato seraya memandangi Lili yg tersenyum.
Lagi - lagi dia mendapatkan pengalaman hidup yg berharga..

***

" Rey kapan pulang? " Tanya Yoshi, seraya mengunyah snack.

" Belum tau, dia bilang masih betah di Indonesia. Lo sendiri kapan pulang? " Sandrinna bertanya balik

" Gue masih betah disini, kayaknya mau cari kerja aja deh "

" Hah? Cari Kerja? Kenapa jadi cari kerja disini? "

" Emang kenapa? Gak ada masalah kan? "

" Ya gak ada sih, tapi bukannya disini cuma liburan aja? Aneh banget "

Sandrinna mengerutkan dahi. Dia merasa akan jadi masalah jika Yoshi ada di New York, bahkan memutuskan untuk bekerja disini..

" Gue seneng aja tinggal disini, suasana baru, kehidupan yg baru.. Ya coba - coba aja sih cari kerja, siapa tau emang ada rejekinya disini. Lo dukung gue kan San? "

Sandrina hanya bisa tersenyum. Dalam hatinya dia berdoa, semoga apa yg dia lakukan hari ini tak jadi boomerang di lain hari..

Terlahir Mencintaimu ( Takdir yg Memilih )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang