Aku Disini, Rey

512 65 14
                                    

Orang bilang, cinta itu belum sempurna tanpa memiliki satu sama lain. Tapi baginya, cinta sejati bukan hanya sekedar itu..
Perjalanan banyak memberi arti, cinta saja tak cukup dalam sebuah hubungan..
Kejujuran dan pengertian juga merupakan komponen penting.

Sandrinna tidak mau mengulangi kesalahan yg sama. Dia tidak ingin berbohong lagi pada Rey atas apapun yg ada dalam hidupnya. Kemarin cukup menjadi pelajaran berharga bagi Sandrinna..

Hari ini, Tuhan memberikan kesempatan untuk kesekian kalinya.. Rey kembali tersenyum dan meyapa orang - orang yg mencintainya..

" Aku sehat Mi, Mami jangan banyak fikiran ya " Ucapnya saat Video Call dengan Risa.

" Jangan banyak fikiran Rey , fokus aja dengan kesehatan Kamu " Pinta Risa, yg sesekali menyeka air matanya..

" Iya Mi, ini yg terakhir koq aku janji sama Mami "

Risa sudah tau rasanya kehilangan seorang anak. Priska meninggal saat berumur tujuh hari, dia tak ingin kehilangan putra sulungnya juga..

" Kak, Acha janji akan lulus dengan nilai terbaik. Tapi Kak Rey juga janji, jangan bikin khawatir lagi ya " Ucap Acha yg juga sembab karena terus menangis sejak tadi. 

" Iya Acha, Belajar aja yg rajin. Kaka tunggu hasilnya "

Sandrina bahagia, namun beban berat dia pikul seorang diri. Sandrinna menyembunyikan kenyataan bahwa umur Rey tidak akan lama lagi. Jangankan untuk jujur, mengingatnya saja terasa sudah sangat sakit..

Sandrinna tidak mau mematahkan semangat Acha, menghancurkan hati Risa, dan juga hati keluarga besar Reybong. Biarlah Tuhan yg nanti bicara dengan caranya..

" Yasudah Nak, kamu istirahat ya. Jangan terlalu sering pegang gadget dulu "

Rey menuruti perintah sang Ibu. Dia kembali tidur agar esok jauh lebih baik..

***

Aqeela dan Indy kini ada didepan rumah Eyang Rose. Suasana tampak sangat sepi, seperti tak berpenghuni..

" Ibu yakin Eyang Rose masih tinggal dirumah ini? Apa jangan - jangan udah dibawa pindah sama anaknya? " Aqeela mengintip dari jendela, benar - benar tidak ada orang didalam..

" Ibu yakin Eyang Rose masih dirumah ini koq Qeel, kalau pindah harusnya Ibu dan tetangga yg lain tau.. "

Seseorang melangkah dari belakang..

" Cari siapa ya? " Tanyanya..

Indy mengenali wajah itu. Dia adalah Suheila, cucu Eyang Rose yg selalu diceritakannya dulu. Eyang juga pernah menunjukan foto Suheil kepada Ibu Aqeela..

" Kami mencari Eyang Rose, apa ada dirumah? " Tanya Indy

" Eyang gak ada Tanteu, masuk Rumah Sakit lagi tadi siang. Kenalkan saya Suheil, cucunya Eyang Rose "

Suheil sopan dan ramah, dia mencium tangan Indy dan tersenyum pada Aqeela.

" Eyang Rose sering sekali cerita tentang Kamu. Eyang bangga terhadap kamu Nak "

" Alhamdulillah Tanteu.. "

Aqeela memandang sinis " Bangga gimana? Apa coba yg bisa dibanggakan dari dia? Bertahun - tahun gak pernah jengukin Neneknya, sekarang pas Eyang udah sakit, baru dia nongol "

Ucapnya dalam hati..

" Gimana kondisi Eyang saat ini Nak? " Tanya Indy lagi

" Masih dalam perawatan Tan, ini juga aku mau ambil baju Eyang terus balik lagi ke Rumah Sakit "

Indy melirik Aqeela..

" Sayang kamu ikut Nak Suheil ke Rumah Sakit ya, Ibu tidak bisa ikut karena Bu Darwin mau ambil pesanan Kue. Nanti Ibu menyusul kalau urusan sudah selesai disini "

" Tapi Bu.. "

" Tidak masalah kan Nak Suheil jika Aqeela ikut? "

" Enggak koq Tanteu, aku gak keberatan "

Mau tidak mau, Aqeela menuruti keinginan Ibunya. Dia berangkat ke Rumah Sakit bersama Suheil, Cucu durhaka yg tega pada Eyang Rose selama bertahun - tahun..

***

" Jadi Lo itu orang yg selalu Eyang ceritain? Kalau Eyang manggil Lo itu, Cimit.. iya gak? " Suheil memulai percakapan dimobil.

" Ngapain Eyang cerita soal gue sama Lo? Biar Lo sadar ya kalau Eyang butuh cucunya disini? " Aqeela masih saja ketus.

" Maksudnya Lo mau gantiin gue jadi cucunya Eyang? "

" Enggak! Gue cuma kasian aja sama Eyang, hidupnya udah tua sendirian pula. Anak sama cucunya kan jauh "

" Heh! Kalau gak tau apa - apa gak usah banyak ngomong! Lo boleh kenal Eyang, tapi gak semua hal Lo tau tentang keluarga Gue "

Dari nada bicaranya, Suheil terlihat kesal dengan ucapan Aqeela. Secara tidak langsung, Aqeela mengatakan bahwa anak dan cucu Eyang Rose tidak perhatian dan terkesan menelantarkan..

Di sisa perjalanan ke Rumah Sakit, Aqeela hanya diam. Dia tidak tau harus bicara apa. Kini malah muncul rasa bersalah karena sudah berucap keterlaluan..

" Kalau bukan karena Eyang Rose, udah gue turunin Lo di jalan "

Suheil turun lebih dulu ketika mereka sampai di parkiran Rumah Sakit.  Dia juga tidak menunggu Aqeela. Suheil sudah terlanjur kecewa dengan prasangka Aqeela terhadap keluarganya. 

Aqeela berlari kecil mengejar langkah Suheil yg terburu - buru..

" Heii tunggu dong! Gue mau minta maaf " teriak Aqeela..

" Suhe? " Teriaknya lagi, membuat semua mata tertuju pada mereka..

" Lo bisa diem gak? Kampungan banget sih, gak tau ya aturan Rumah Sakit? Kalau mau teriak - teriak, di Hutan sana! Satu lagi, nama Gue SU - HEIL !! bukan SU - HE, ngerti? "

Aqeela mengangguk lalu melanjutkan perjalanan keruangan Eyang Rose.

***

" Uhuk.. uhuk.. " Rey terbangun dari tidurnya karena batuk..

" Uhuk.. arrggghhh.. panas banget tenggorokannya, kering.. "

Rey melihat Sandrinna, dia tidur pulas karena lelah seharian berjaga di Rumah Sakit. Timbul rasa kasihan dan tidak tega jika harus mengganggu Sandrinna lagi.

Rey berusaha mengambil air yg ada dimeja samping tempat tidurnya. Namun tangannya terlalu lemah untuk itu. Dia kembali diam, dan merasakan tenggorokannya semakin panas..

" Ya Allah, kenapa lagi ini? Kenapa sakit sekali ketika aku menelan ludah? "

Rey kembali mencoba meraih gelas, dan berhasil.. kini dia dapat merasakan air itu mengalir ditenggorokannya.. perih dan sakit, namun gatalnya sudah sedikit berkurang..

Gelas itu kembali dia simpan ketempatnya, namun belum juga sampai dimeja, tangan Rey bergetar hebat, berakhir dengan pecahnya gelas dilantai karena tak sanggup dia genggam..

Praaannkkk...
Suara itu membangunkan Sandrinna..

" Rey? Ada apa Sayang? " Sandrinna sigap menghampiri Reybong..

" Ya Ampuun, kamu kan bisa minta tolong aku untuk ambil minum "

" Aku cuma gak mau ganggu kamu San, tapi tangan aku tiba - tiba lemas. San, aku baru pertama kali seperti ini.. "

Sandrina teringat dengan ucapan dokter Mike.

" Mungkin itu efek obatnya aja Rey , lagipula kamu kan baru aja sadar jadi pasti masih lemah.. lain kali, kamu bisa minta tolong aku ya.. apapun itu "

Rey mengangguk lalu kembali bersandar di ranjang..
Sandrinna mengumpulkan pecahan gelas agar tidak terinjak dan melukainya..

" Bantu aku untuk ikhlas dalam menjalankan pilihan ini Tuhan. Aku tidak menyesal, aku akan selalu bertahan sampai nanti. Aku yakin, aku bisa. Tapi sekali saja aku memohon, jangan hilangkan dia dari muka bumi ini.. Jujur , aku belum tau kesanggupanku.. Apakah mungkin aku bisa hidup tanpa Dia? "

Terlahir Mencintaimu ( Takdir yg Memilih )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang