Cinta itu Memaafkan

458 62 21
                                    

Sup ayam sudah tersedia dimeja. Sandrina menata piring dan gelas lalu kembali masuk kedalam kamar. Selera makan sudah hilang sejak Rey menyeret dan bertindak kasar padanya.

Apa yg dibutuhkan Sandrina saat ini? Hanya pelukan dari Linda sang Ibu, dan semangat dari Satria sang Kakak.

Sandrina menelfon dan menangis. Dia mengungkapkan kerinduannya yg sudah dia tahan hampir satu tahun.

" Aku mau pulang Kak, aku kangen sama Mama, kangen rumah, kangen Kak Satria " Isak tangisnya terasa pilu..

" Kamu berantem sama Rey? Tumben sampai segitunya? " Satria mulai curiga ada yg tidak beres dengan kondisi adiknya..

" Enggak koq Kak, aku sama dia baik - baik aja. Emangnya salah kalau aku mau pulang? " 

" Enggak salah dek, tapi kan kamu juga tau kalau kondisinya lagi gak mungkin. Kuliah kamu lagi sibuk - sibuknya kan? "

Apa yg dikatakan Satria memang benar , Sandrina tidak mungkin meninggalkan New York dalam waktu dekat, apalagi dengan alasan lari karena sikap Rey yg sering membuatnya sakit hati..

" Bertahan ya dek, hanya tinggal selangkah lagi dan kita pasti akan berkumpul seperti dulu.. apapun yg terjadi disana, seberat apapun proses yg harus kamu jalani, selalu ingat senyuman Mama sebagai penguat dan alasan agar kamu cepat kembali. Jangan pernah patah sebelum kamu mendapatkan apa yg kamu inginkan. Kaka selalu doain kamu darisini.. "

Ucapan Satria semakin membuatnya menangis. Setelah Papanya meninggal, Sandrina hanya bersandar pada bahu Satria ketika dia benar - benar merasa lelah.

" Terimakasih Kak, aku janji akan segera pulang dengan nilai terbaik, agar Kaka dan Mama bangga dan perjuangan aku terpisah dari kalian tidak sia - sia "

Rey berdiri diambang pintu, mendengar semua keluh kesah Sandrina pada sang Kakak. Dia sangat merasa bersalah telah memarahi Sandrina bahkan menuduhnya tanpa bukti.

Langkahnya pelan masuk kedalam kamar , tangannya menyentuh bahu Sandrina dan kemudian berlutut..

" Maafin aku ya " ucapnya lirih dengan mata berkaca - kaca.

" Aku memang keterlaluan tadi. Aku gak tau kenapa sekarang emosiku sulit aku kendalikan. Aku mohon, maafkan aku "

Sandrina teringat dengan ucapan Dr. Mike. Dia kini sadar bahwa apa yg Rey alami sejak beberapa hari lalu adalah efek dari penyakit yg semakin parah.

" Aku cuma takut kalau kamu gak percaya lagi sama aku Rey , aku gak pernah ada niat sedikitpun untuk selingkuh dan menyakiti kamu "

" Iya Sayang, aku percaya sama kamu. Aku yg salah, aku yg keterlaluan. Kamu mau kan memaafkan aku? "

Rasa sayang itu terlalu besar bahkan kini beradu dengan rasa iba. Perubahan sifat Rey benar - benar tantangan baru untuk Sandrina. Tapi dia percaya, bahwa ujian ini juga bisa dilewati seperti yg sudah - sudah..

" Aku akan selalu memaafkan kamu.. "

Keduanya berpelukan. Sandrina merasakan kehangatan kasih sayang Reybong lagi.

" Makasih banyak ya Sayang, kamu memang anugrah terindah yg aku punya.. "

Rey menghapus air mata yg masih mengalir dipipi Sandy. Kemudian, mereka melanjutkan makan malam yg sempat tertunda.

" Oh iya Rey , aku mau tanya soal pekerjaan kamu di Coffe Shop , kenapa tiba - tiba kamu resign? " Sandrina bertanya setelah suapan pertamanya..

" Emang aku belum cerita ya sama kamu? "

Sandy menggelengkan kepalanya..

" Jadi, aku ada kerjaan baru. Jadi photografher gitu. Gajinya lebih besar dan pekerjaannya juga aku suka. Lumayan lah buat nabung untuk melamar kamu "

Wajah Sandrina memerah, dia tidak tau Rey serius atau sedang bercanda ketika bicara tentang lamaran.

" Doain aja akunya sehat, supaya aku bisa terus bekerja dan mengumpulkan uang untuk membahagiakan kamu "

" Rey kebahagiaan aku cuma satu, melihat kamu sehat dan sembuh "

Rey tersenyum penuh arti. Dia tau bahwa apa yg Sandrina inginkan sampai kapanpun tak akan pernah jadi kenyataan. Tuhan tidak memberikan ruang baginya untuk sembuh.. Mau bagaimana? Semua sudah menjadi takdir -Nya.

" Aku gak yakin keinginan kamu yg satu itu akan terwujud, tapi selama aku bernafas aku akan berusaha untuk membahagiakan kamu dengan caraku "

Ting.. tong!!
Suara Bel berbunyi memecah obrolan mereka. Sandrina bergegas membuka pintu. Wajahnya sumringah ketika melihat Azella datang bersama seorang anak perempuan berusia dua tahun..

" Ayo masuk yuk! " Ajaknya seraya menggendong Alea. Anak pertama Azella yg dilahirkan tanpa Ayah..

" Rey lihat, siapa yg datang " ucapnya lagi saat berada diruang makan..

" Azella? Ini beneran Lo? " Rey menyapa dan mengajak Azella duduk.

" Sorry ya kalau gue datengnya gak ngabarin dulu " Jawab Azella, malu - malu.

" Tadi siang aku ketemu Azella di supermarket, aku ngobrol banyak sama dia, dan aku juga yg undang dia kesini "

Rey semakin merasa bersalah karena sudah salah menuduh Sandrinna.

" Lo apa kabar Ze? Ini anak Lo? "

" Baik Rey , iya ini anak gue. Kamalea.. Gue udah cerita banyak soal hidup gue yg sekarang ke Sandrina. Gue bersyukur karena kalian masih mau kenal gue setelah kejahatan yg gue perbuat dimasalalu "

" Gue sama Sandrina udah lupain semuanya. Lo gak usah mikirin yg udah lewat. Fokus aja kedepan, dan rawat Alea baik - baik "

" Makasih banyak ya Rey , makasih banyak San.. Gue janji akan hidup lebih baik lagi. Bersama Alea, gue makin ngerti bahwa menjadi Ibu itu tanggung jawabnya benar - benar besar.. tapi gue gak akan pernah patah semangat "

" Kalau ada apa - apa, Lo bisa cerita sama gue atau Sandrinna "

Azella mengangguk. Betapa beruntungnya dia bertemu lagi dengan Rey dan Sandrina.

" Oh ya Ze, Lo kerja dimana sekarang? Kalau gue senggang, biar Alea sama gue aja " Sandrinna menawarkan diri.

" Gue jadi model disalah satu majalah, kalau soal Alea gue gak mau ganggu kuliah Lo San, dia udah ada yg jaga koq di tempat penitipan anak "

" Tapi pasti bayarnya mahal kan Ze? "

Azella tak menjawab. Memang sudah resikonya karena dia tak punya siapa - siapa lagi..

" Gue juga sekarang jadi photographer Ze, di majalah (**) "

" Loh itukan Agency gue Rey , serius Lo kerja disana? "

" Iya, tapi baru sehari gue keburu sakit. Lusa baru ada jadwal pemotretan lagi. Katanya sih modelnya orang Indonesia, cuma gue belum pernah ketemu "

" Oh ya? Siapa? Barangkali aja gue kenal "

" Kalau gak salah namanya Allysia Mattea Chad "

" Ya Ampuun, dia sahabat gue Rey disini. Orangnya asik koq, dia emang keturunan Indonesia - Inggris sih.. "

" Gue sih belum kenal, ya mudah - mudahan ajalah kerjasama ini lancar dan saling support "

Banyak hal yg mereka bicarakan, termasuk Anhar yg sampai hari ini tidak pernah bertanggung jawab pada Alea. Namun ada satu hal yg menarik, Sakha mantan pacar Azella yg sudah dia khianati berulang kali nyatanya masih sangat peduli. Sakha sering mengirim uang untuk keperluan Alea, bahkan dia juga masih berjuang untuk mendapatkan restu dari sang Ibu agar bisa menikah dengan Azella..

Sandrina tau, bahwa cinta sejati itu tidak mudah jalannya. Hari ini dia saksikan sendiri, bagaimana Azella berjuang untuk anaknya, dan Sakha berjuang untuk memiliki Azella dan restu Ibunya, meskipun dia tau sekeras apa hati Gendis, Ibu Sakha yg dulu juga nyaris menjadi Ibu Mertuanya.. karena Sandrinna pernah berpacaran dengan Arfiza, yg tak lain adalah Kakak Kandung Sakha..

Terlahir Mencintaimu ( Takdir yg Memilih )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang