Thank You, Sya

131 30 4
                                    

Menyembunyikan tangis adalah suatu kebiasaan yg dilakukan Sandrina selama ini. Membaca pesan dari Rey nyatanya membuat hati kecewa. Bagaimana tidak, untuk hal sepenting itu Rey memilih untuk memberitahu lewat pesan singkat.

" Posisi aku untuk kamu sekarang itu apa? Kamu pulang ke Indonesia tanpa bertemu dulu dengan ku? Jika kamu kecewa, aku juga sama Rey "

Yoshi telah menunggu didepan Universitas. Dia menjalankan tugasnya untuk mengantar dan menjemput Sandrina selama dia tinggal di Apartemen. Yoshi tau ada sesuatu yg disembunyikan namun dia lebih memilih diam sampai Sandrina siap bicara dengannya..

" Mau langsung pulang atau makan dulu? " Tanya Yoshida..

" Pulang aja, gak mood makan " Jawab Sandy , singkat.

" Oke! " Yoshi menurut begitu saja. Dia tidak ingin berdebat dengan wanita yg dicintainya..

Handphone Sandrina berbunyi, telfon masuk dari Rasya..

" Kenapa Sya? " Suara Sandy terdengar lemah..

" Gue di New York "

Sandrina terkejut, dia tak menyangka bahwa calon adik iparnya kini berada di negara yg sama.

" Kenapa tiba - tiba banget? Ada apa? "

" Gabut aja, bisa jemput gue gak? Takut nyasaarr "

" Yaudah tunggu! "

Sandrina memerintahkan Yoshi untuk membawanya ke Bandara. Ada perasaan senang karena Rasya datang, namun juga sedih karena kondisi nya sedang tidak baik - baik saja.

____ ____

Tiga puluh menit kemudian, Sandrina tiba di Bandara. Rasya tengah duduk menanti kedatangannya.

" Kangeeen " Sandrina berlari memeluk Rasya.

" Lo fikir gue enggak? Sepi hidup gue tanpa celotehan Lo "

" Kejutan banget deh Sya tiba - tiba Lo nongol disini "

" Yaa sengaja, biar Lo seneng " Tatapan Rasya beralih pada Yoshida yg berdiri di belakang Sandrinna.

" Lo sama dia? "

" Gue tinggal sama Yoshi sekarang Sya "

Rasya terkejut, bagaimana mungkin dia tidak tau tentang perubahan yg terjadi antara Rey dan Sandrinna.

" Gue bahagia banget Lo ada disini Sya, jujur aja gue udah bingung harus gimana. Gue sama Rey lagi gak baik - baik aja "

Sandrina meminta Yoshi untuk pulang lebih dulu. Dia butuh waktu berdua dengan Rasya.

Cafe dekat Bandara menjadi pilihan untuk keduanya bicara satu sama lain.

" Ada apa San? Kenapa gue bisa gak tau tentang semua ini? "

" Sebelum gue cerita banyak, Rey tau Lo dateng kesini? "

" Enggak San, gue emang sengaja mau kasih kejutan ke kalian berdua, tapi malah gue yg terkejut sekarang "

" Lo bisa telfon Rey? "

" Handphone nya mati San "

" Hmm.. dia lagi kerja di luar kota dan gue juga sama sekali enggak tau. Rey gak ngomong sama gue Sya "

"  Koq bisa Lo tinggal sama Yoshi? Aneh banget "

" Mami ada disini.. " Sandrina menceritakan situasi yg sedang dia hadapi saat ini..

" Hmm, gue bingung San. Lo emang gak salah dalam hal ini, tapi gue juga gak bisa nyalahin Rey. Dia pasti sedih dan kecewa banget pas tau Lo pindah. Lo kan tau San Yoshi itu siapa "

" Gue tau! Tapi gue juga gak bisa berbuat banyak. Rey terakhir kasih kabar dia mau balik ke Indonesia "

" Balik? Koq dia gak ngabarin? "

" Gue juga gak tau, dia cuma bilang lewat pesan. Dia gak nanya apa gue baik - baik aja dengan keputusan dia apa enggak, tapi yg pasti dia pulang karena Om Prapto masuk Rumah Sakit "

" Papi emang masuk Rumah Sakit, tapi dia udah pulang dan kondisinya juga udah baik - baik aja San. Gue juga gak mungkin ninggalin Papi kalau dia sakit di Indo "

" Hmm.. entahlah Sya, gue juga gak ngerti "

Rasya mencari nomor sang Kakak, dia berusaha untuk menelfon Rey namun tetap tidak ada hasil.

" Lo tau partner kerja dia? Bisa minta nomor nya kan ke kantor tempat Rey kerja? Bilang aja urgent "

Sandrina teringat pada Azella, dia meminta bantuan Azella untuk menanyakan kondisi dan keberadaan Rey pada Mattea.

Tak lama kemudian, Azella memberikan jawaban. Rey dalam kondisi sehat dan benar bahwa keduanya akan pulang ke Indonesia.

Sandrina semakin sedih saat tau bahwa Rey pulang bersama dengan wanita lain. Entah apa istimewa Mattea hingga dapat mengubah Reybong hanya dalam waktu singkat.

" Ini gak bisa dibiarin San " Rasya terlihat kesal..

" Gue udah gak tau lagi harus gimana. Sya, kalau boleh jujur gue tuh capek.. Fisik dan fikiran gue tuh udah gak kuaaat "

Sandrina terisak, menangis dipelukan Rasya. Sahabat setia yg selalu mau mendengar keluh kesahnya, kisah baik dan buruk, dan semua yg terjadi selama Sandrina bersama Rey di New York.

" Lo tenang dulu San, gue ngerti gimana perasaan Lo sekarang. Buat Gue, Rey udah keterlaluan. Oke lah kalau dia marah, tapi gak selalu harus lari dari masalah. Dia gak pernah belajar dari masalalu. Dengan kondisi dia yg kayak gitu aja, harusnya dia lebih memahami kondisi Lo. Sabar yaa.. Gue pasti cari cara untuk beresin semua masalah ini "

Rasya meminta Azella untuk mengatakan pada Mattea bahwa adik Rey ada di New York. Azella mengikuti setiap permintaan Rasya.

Pesan itu telah sampai, dan kini Rey menghubungi Rasya lewat telfon..

" Dimana sekarang? Kenapa ngga ngabarin dulu kalau mau dateng "

" Gue cuma mau kasih kejutan, Lo yg dimana? Gue dateng, malah susah dihubungi "

" Gue lagi di Luar Kota. Rencana nya mau balik ke Indonesia, ketemu Papi "

" Terus Gue gimana? Masa Lo mau ninggalin gue sendirian disini "

" Yaudah, Besok Gue balik. Sekarang Lo tinggal sama Mas Ary dulu ya, nanti gue kasih nomor handphone nya "

" Gak perlu! Gue tinggal sama Sandrina aja "

Rasya menutup telfon sang Kakak begitu saja. Dari nada bicaranya sudah bisa dipastikan bahwa dia marah dan kesal..

" Udah ya jangan nangis lagi. Fokus aja dulu sama kuliah Lo, gue gak mau semuanya berantakan. Lo adek gue, tanggung jawab gue juga. Itu kenapa gue selalu bawel sama Lo selama ini, Papa Lukman udah nitipin Lo ke Gue dan sampai kapan pun gue bakalan terus inget janji itu "

Drama tangis - tangisan sudah usai, Rasya merasa perutnya keroncongan. Dia mengajak Sandrina untuk makan. Hidangan sudah tersaji sejak tadi bahkan kini sudah hampir dingin.

Ketenangan kini muncul dalam hati, mungkin Tuhan sengaja mengirim Rasya untuk membantunya melewati masa - masa sulit.

Terlahir Mencintaimu ( Takdir yg Memilih )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang