Mulai Berjarak

250 33 6
                                    

" Kamu disini? Sejak kapan? "

Wajah Rey berubah pucat ketika tau Sandrinna berdiri dibelakangnya..

" Gak penting sejak kapan aku disini, aku cuma mau mastiin kamu baik - baik aja "

" Aku baik koq San, kamu tenang aja. Gak perlu repot - repot juga, nanti yg ada malah timbul masalah sama Ibunya Yoshi "

" Aku khawatir , kamu sama sekali gak bisa dihubungi.  Tapi Aku tenang sekarang, melihat kamu baik - baik aja Rey "

Rey terlihat gugup dan bingung. Dia merasa tidak enak jika Sandrinna benar - benar melihat Mattea tadi..

" Aku pulang ya.. " Sandrinna tersenyum meski hatinya bersedih..

" Hati - hati San.. " Jawab Reybong singkat..

Didalam taxi yg Sandrinna tumpangi, dia menangis. Tak peduli jika Yoshi melihat air matanya..

" Dia gak jujur yg tadi siapa? Kenapa gak tanya? "

" Gue sedih bukan karena perempuan tadi Yosh, tapi karena sikap Rey yg terkesan dingin dan gak peduli sama gue. Kalau dia marah, gue juga ngerti.. tapi sejak dia masuk Rumah Sakit terakhir kali sikap dia berubah "

" Apa yg gak gue tau tentang Rey San? "

Sandrinna menceritakan semua yg dokter katakan tentang Reybong. Perubahan sikap yg terjadi saat ini, bisa saja ada hubungannya dengan penyakit Rey yg semakin hari semakin parah..

" Lo yakin sama analisa dokter? "

" Entahlah Yosh, umur manusia itu bukan gue yg ngatur.. Gue cuma bisa berharap, dia hidup lebih lama lagi "

" Sabar ya San.. "

Yoshi berusaha menjadi teman yg baik. Dia hanya bisa menenangkan Sandrinna dengan ucapan lembut.

" Tuhan tau apa yg membuat Lo bahagia nantinya "

Sandrinna menyeka air mata. Sebentar lagi mereka akan tiba di Apartemen. Sandrinna tak ingin Linda dan Winata melihat dia menangis..

***

Rey menyiapkan baju dan keperluan yg akan dia bawa besok. Dia terlihat begitu bersemangat dengan pekerjaan barunya sebagai photographer..

" Semua yg dibutuhkan udah siap , besok pagi gue tinggal berangkat bareng Mattea. Sandrinna? Kayaknya dia gak perlu tau tentang ini. Gue gak mau dia cemburu atau merasa gue nyakitin dia. Gue cuma kerja, gak lebih "

Rindu tiba - tiba datang pada dia yg jauh disana. Senyuman Acha sang adik melintas dalam ingatan.
Rey mengambil Handphone yg sejak tadi sengaja dia matikan.

Notifikasi datang silih berganti. Tapi pesan dari Acha, membuatnya tertarik untuk membaca lebih dulu..

" Papi masuk Rumah Sakit Kak "

Rey cemas dan khawatir dengan kondisi sang Ayah, dia menelfon Acha untuk mencari tau apa yg terjadi di Jakarta..

Sambungan telfon sudah terhubung. Suara Acha terdengar lemah..

" Papi kena serangan jantung Kak, tapi alhamdulillah sekarang udah ditangani dokter "

" Kondisi Papi sekarang gimana? "

" Sudah jauh lebih baik, mungkin Papi terlalu sibuk kerja sampai lupa dengan kesehatannya sendiri "

" Mami gimana? Rasya? "

" Mami baik - baik aja, Rasya juga tegar kak.. minta doa nya aja, mudah - mudahan Papi cepat pulih "

Sebagai anak kesayangan dari Prapto , Rey sangat mengkhawatirkan Rasya adiknya.. Rey takut jika Rasya down ketika melihat Papi terbaring di Rumah Sakit.

" Apapun yg terjadi, Acha kabarin Kakak terus ya.. "

" Iya Kak.. "

Acha menutup telfon. Rey berdoa dalam hati, semoga Tuhan memberikan kesembuhan untuk sang Ayah..

***

Esok paginya, Mattea datang menjemput.
Keduanya berangkat menggunakan taxi yg sudah mereka pesan. Rey benar - benar tidak memberitau Sandrinna tentang pekerjaan yg mengharuskannya menginap di luar kota..
Jangankan memberi tau, mengirim pesan saja tidak, padahal Rey sudah berjanji bahwa hari ini akan datang menjemput Sandrinna dan Linda..

" Lagi - lagi HP nya mati.. Kamu selalu membuat perasaan ini gak nyaman Rey "

Sandrina gelisah, dia terus mencoba untuk menghubungi Reybong..

" Sayang , Rey sudah dalam perjalanan kan? " Tanya Linda yg tiba - tiba masuk kedalam kamar

" Eee.. belum Ma, mungkin dia masih tidur karena semalam lembur kerja "

Sandrinna terpaksa berbohong..

" Kalau begitu, ayo sarapan dulu! "

"  Em, iya Ma.. nanti aku nyusul " Jawab Sandrina

" Kamu ada masalah sayang? " Linda seolah tau kegundahan hati putrinya..

" Enggak koq Ma, aku baik - baik aja "

Linda berusaha untuk percaya pada ucapan putrinya, meskipun dia yakin ada yg tidak beres..

Makanan sudah siap dimeja. Winata dan Yoshi juga sudah menunggu untuk sarapan bersama.

***

Mattea menyentuh kening Reybong, memberikannya sedikit perhatian.

" Sejak keluar Apartemen, Gue lihat Lo lesu dan pucat Rey . Sakit? "

" Enggak koq, gue baik - baik aja Matt "

Mattea mengeluarkan Roti Isi lalu dia berikan untuk Rey sebagai sarapan.

" Mau disuapin atau makan sendiri? "

Rey menatap mata Mattea dalam - dalam.

" Makan sendiri aja Matt.. makasih karena Lo udah baik banget sama gue "

" Rey gue tulus koq kayak gini. Gue peduli sama Lo.. "

Rey memakan roti yg dibuat sendiri oleh Mattea. Dia sama sekali tidak ingat akan Sandrinna yg kini tengah mengkhawatirkannya..

" Lo kefikiran buat balik ke Jakarta gak Matt? " Tanya Rey disela kunyahannya..

" Mungkin ada, kalau kerjaan disini gak terlalu banyak. Kenapa? Lo mau balik juga? "

" Bokap gue sakit. Jujur aja, gue pengen balik ke Jakarta dan jengukin keluarga gue "

" Emm, gimana kalau setelah kerjaan ini kita balik ke Indo? "

Reybong mengangguk tanda setuju. Rasanya sudah tak sabar untuk kembali bertemu dengan orang - orang yg dia cintai..

***

Sandrinna masih tak bisa tenang. Handphone Rey sama sekali tidak bisa dihubungi. Dia bergegas ke Apartemen, namun disana tak ada siapapun. Sandrinna terus mencari, sampai dia mendatangi kantor baru Reybong.

" San.. ada apa? " Tanya Azella yg kebetulan baru tiba disana.

" Al, kamu lihat Rey? Aku coha telfon dia tapi nomornya gak aktif. Aku takut banget terjadi sesuatu sama dia "

Raut wajah Azella seketika bingung

" Rey gak bilang kalau dia ada kerjaan di luar kota? "

Sandrinna menggelengkan kepalanya..

" Koq bisa dia gak ngomong? Kalian satu Apartemen kan? "

" Udah dua hari gue nginep di Apartemen Yoshi karena Mama ada disana, gue gak tau kalau dia bakalan keluar kota Al "

" Rey pergi untuk 2 hari disana. Dia berangkat bareng Mattea, model yg dulu pernah gue ceritain sama Lo San "

Seketika ingatan Sandrinna kembali ke malam itu.

" Apakah mungkin, perempuan yg aku lihat bersama Rey adalah Mattea? "

Terlahir Mencintaimu ( Takdir yg Memilih )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang