Adelia menatap putranya turun dari lantai atas. Pria itu terlihat rapi dengan pakaian santainya. Hari ini adalah hari sabtu, yang artinya kantor sedang libur. Adelia menghela napasnya, berpikir jika Kalandra akan pergi menemui Kirana.
"Mau ke mana?" tanya Adelia basa-basi.
Langkah Kalandra terhenti mendengar suara Mamanya. Kalandra mendekati sang Mama dan memberikan kecupan di pipi wanita yang telah melahirkannya.
"Aku mau keluar, Ma. Mama mau menitip sesuatu?" Adelia menggeleng.
"Sini, duduk di dekat Mama." Adelia menepuk sofa di sampingnya. "Ada hal yang ingin Mama bicarakan denganmu," ujarnya pelan.
Meski Kalandra bingung, ia tetap duduk si samping Mamanya.
"Ada apa, Ma?" tanyanya penasaran. Mamanya terlihat serius sekali.Adelia kembali menghela napas, kini Adelia menatap putra semata wayangnya dengan tatapan teduhnya. Ternyata waktu berlalu begitu cepat, Adelia ingat putranya masih merengek meminta ini dan itu, kini sudah berubah menjadi pria dewasa dan tampan. Mirip sekali dengan sang suami.
"Ma?" panggil Kalandra melihat Mamanya melamun.
"Kamu persis dengan Papamu." Adelia terkekeh. Kalandra tersenyum mendengarnya.
"Mama ingin membahas apa?"
"Bagaimana hubunganmu dengan Siera?"
"Kenapa Mama menanyakan hal itu?"
"Mama berpikir telah menekanmu untuk menerima perjodohan kalian. Mama sudah berpikir semalaman, Mama tak ingin kau terpaksa lagi, Mama ingin kebahagiaanmu juga, Kalan. Mama tak mau memaksa kehendak, sehingga membuatmu kecewa dengan Mama ataupun Papa," jelas Adelia.
Kalandra diam sejenak, mencerna maksud dari perkataan Mamanya. "Ma-maksud Mama?"
Adelia menggenggam tangan Kalandra, menyalurkan kasih sayangnya pada sang putra. Bahwa Adelia memikirkan kebahagiaan putranya.
"Mama akan membatalkan perjodohan kalian, Mama dan Papa akan membicarakan hal ini pada kakek Siera. Kau maupun Siera berhak bahagia meski keputusan ini sangat berat.""Tapi bukan berarti Mama memperbolehkan kau menjalin kasih dengan wanita itu. Mama tetap tak bisa merestui hubunganmu dengannya. Mama lebih suka kau mencari wanita lain daripada dia," peringat Adelia. Adelia bersungguh-sungguh dengan ucapannya.
Kalandra terpaku mendengarnya. Jika di kehidupan pertama, mungkin ia akan sangat senang dengan keputusan Mamanya. Karena lepas dari belenggu pernikahan. Namun, berbeda dengan sekarang. Kalandra sangat menginginkan Siera menjadi miliknya, Kalandra sudah mencintai wanita itu. Ia juga tak mau jika perjodohan mereka dibatalkan.
"Ma, kurasa itu tak usah dilakukan," ujar Kalandra.
"Maksudnya?" Adelia menatap Kalandra penuh kebingungan.
"Maksud Kalan, perjodohan itu tak usah dibatalkan." Kalau bisa, dipercepat saja pernikahannya.
"Aku pikir, tak ada salahnya menerima Siera. Aku..." Kalandra terlalu malu mengatakan pada Mamanya jika ia sudah mencintai Siera. Benar-benar gengsi!
"Aku ingin mengenal Siera lebih dalam. Jadi, Ma, jangan dibatalkan perjodohan kami." Dinikahkan saja segera! Itu hanya ada di pikiran Kalandra saja, tak berani ia utarakan pada Mamanya.
Bagaimana tidak? Jika sebelumnya tetap dengan pendiriannya tak akan menerima Siera dalam hidupnya, malah membuatnya menelan ludahnya sendiri.
Takdir memang lucu, dan Tuhan Maha Segalanya membolak-balikkan hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐊𝐞𝐬𝐞𝐦𝐩𝐚𝐭𝐚𝐧 𝐊𝐞𝐝𝐮𝐚
RomanceKebencian Kalandra pada Siera berawal dari kekuasaan keluarga Siera, sehingga mengharuskan mereka menikah. Terutama Kalandra, telah memiliki kekasih yang amat dicintai. Kebencian itu terus bertumbuh seiring berjalannya waktu dirasakan oleh Kalandra...