Perempuan itu tengah tersenyum, mematut dirinya di depan cermin. Sempurna, ia terlihat cantik dengan dress berwarna biru muda. Rambutnya ia biarkan tergerai indah dengan hiasan pita di dekat poninya. Wajahnya yang cantik, menjadi daya tarik bagi pria yang melihatnya. Ditambah saat tersenyum, lesung pipi muncul di kedua pipinya.
Sayangnya, kecantikannya dan keanggunannya sama sekali tak membuat sang tunangan mencintainya. Entah apa yang salah pada dirinya, sehingga sangat sulit meraih hati sang tunangan.
Sosok perempuan itu adalah Siera Hill, cucu satu-satunya sang kolongmerat bernama Abercio Hill. Banyak pria yang ingin meminangnya. Sayang sekali, Siera menolak pinangan itu dengan halus dan malah menjatuhkan hati pada pria bernama Kalandra Smith.
Status Siera memang sebagai tunangan Kalandra, akan tetapi Kalandra malah menjalin kasih dengan wanita lain. Meski begitu, Siera tetap bodoh dengan mempertahankan sang tunangan di sisinya, meskipun berulang kali menyakitinya.
Siera beranggapan jika suatu saat nanti Kalandra akan melihat ke arahnya, dan menyadari bahwa ialah satu-satunya wanita yang sangat mencintai pria itu, meskipun di pandangan Kalandra, Siera adalah perempuan angkuh dan selalu menang sendiri.
Keyakinan di kehidupan pertama yang tak pernah terjadi.
"Apa kau tak bosan menghampirinya setiap hari?" Abercio mendekati sang cucu saat perempuan itu tengah memasukkan makanan di rantang. Tujuannya adalah menghampiri sang tunangan, meski nyatanya kehadirannya selalu ditolak oleh Kalandra.
Siera tersenyum lembut pada pria tua itu. Setelah selesai menata makanan di rantang, ia pun menghampiri Kakeknya, lalu memberi satu kecupan di pipi.
"Siera sama sekali tak bosan, Kek.""Dasar! Kau terlalu mencintainya, Siera." Kakek menghela napas pelan. Abercio ingin melihat cucunya bahagia, apa pun keinginan Siera pasti Abercio kabulkan. Dan saat Siera ingin bertunangan dengan Kalandra, pria tua itu pun mengabulkan dengan senang hati.
Sayangnya, Abercio melihat Siera tak pernah dihargai oleh tunangannya, hal itu membuat hatinya sakit. Melarang ataupun memarahinya, Siera juga cukup keras kepala dan tetap pada pendiriannya. Hingga Abercio berdo'a pada Tuhan, agar mata hati Siera terbuka, dan tersadar jika di dunia ini masih ada pria baik yang dapat mencintainya.
"Aku yakin cepat atau lambat Kalandra akan mencintaiku juga, Kek," sahut Siera, masih berpikir positif atas hubungannya dengan Kalandra.
"Ya, jika menurutmu begitu, Kakek bisa apa?" Abercio menampilkan raut wajah jenakanya, membuat Siera tertawa.
Siera berpamitan pada Kakeknya, dan melangkah meninggalkan rumahnya. Tujuannya adalah ke kantor tempat Kalandra bekerja. Sesampai di kantor, Siera mengambil napas dengan berat sebelum keluar dari mobil dan masuk ke gedung tinggi itu. Saking seringnya ia datang, para karyawan di sana sudah terbiasa akan kedatangannya.
Langkahnya begitu ringan memasuki lift dan menekan tombol nomor menuju di lantai tempat Kalandra bekerja. Sapaan beberapa karyawan di balas dengan senyum anggunnya. Hanya pada Kalandra lah, sikap tak tahu malunya akan muncul sehingga sering kali Kalandra merasa muak padanya.
Sekarang adalah waktunya makan siang. Siera berharap kali ini Kalandra tak membuang makanan yang susah payah ia masak. Meski sering disakiti, Siera tetap pada pendiriannya mempertahankan hubungan mereka.
Sebelum masuk ke ruangan Kalandra, Siera mengulas senyumannya dan membuka pintu ruangan itu. Senyumannya tampak merekah melihat sosok pria dicintainya sedang duduk dikursi kebesarannya. Pria itu tampak fokus pada pekerjaannya. Maka dari itu Kalandra tak menyadari kehadiran Siera.
Siera mendekat dengan langkah pelan, seolah memberi kejutan pada tunangannya. Rantang yang ia bawa, ia taruh di meja tak jauh dari meja kerja Kalandra. Siera berdiri di belakang Kalandra, lalu melingkarkan kedua tangannya di leher Kalandra.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐊𝐞𝐬𝐞𝐦𝐩𝐚𝐭𝐚𝐧 𝐊𝐞𝐝𝐮𝐚
Любовные романыKebencian Kalandra pada Siera berawal dari kekuasaan keluarga Siera, sehingga mengharuskan mereka menikah. Terutama Kalandra, telah memiliki kekasih yang amat dicintai. Kebencian itu terus bertumbuh seiring berjalannya waktu dirasakan oleh Kalandra...