Siera berdandan cantik dengan gaun hitam membaluti tubuh indahnya. Kecantikannya semakin terpancar dengan rambut ia gelung dan membiarkan anak rambut di sisi wajahnya. Riasan tak mencolok dengan bibir merah memperindah penampilannya. Dilihat di sisi mana pun, Siera terlihat sangat cantik dan seksi secara bersamaan. Tak mengherankan banyak pria yang menyukainya bahkan melamarnya, hanya saja di hati Siera sudah ada nama Kalandra sebagai pemiliknya.
Kalandra menghela napas kasar dan mendekati Siera. Apa-apaan dengan penampilan istrinya ini? Bukankah ini akan mengundang pria-pria di luar sana menikmati keindahan miliknya? Rasanya Kalandra tak rela bila itu terjadi. Ia ingin mengurung istrinya saja.
"Sayang, kenapa harus secantik ini?" Kalandra mengutarakan keluhannya.
"Memangnya kenapa? Bukankah istrimu ini sangat cantik?" Siera menatap dirinya di cermin lalu tersenyum puas dengan penampilannya. Siera kagum dengan dirinya sendiri.
"Tak berdandan pun kamu sangat cantik. Tapi malam ini kamu berkali lipat lebih cantik dari biasanya. Bagaimana jika kita tak usah ke sana, aku tak rela banyak pria menatapmu penuh kekaguman," usul Kalandra sesuka hatinya.
Siera menatap malas suaminya. Ia sudah berdandan seperti ini suaminya malah ingin membatalkannya? Sungguh kekanak-kanakan!
"Ayolah, kamu tahu sendiri di mataku pria lain seperti ayam yang lewat. Di hatiku hanya kamu saja, Kalan."
"Oke kita berangkat, tapi berikan aku ciuman." Kalandra mendekat, Siera mundur menghindari Kalandra. Mata Siera memicing pada Kalandra berpikir ada maksud tertentu dari suaminya.
"Kalan, jangan bilang kamu ingin merusak riasanku?"
"Apa salahnya mencium istriku?" Kalandra menahan diri tak tersenyum, karena apa yang dipikiran Siera adalah benar adanya. Ia ingin merusak riasan Siera yang terlalu cantik di matanya.
"Nanti saja kita berciuman, kita berangkat saja sekarang. Ini sudah jam 8, Sayang." Siera tak ingin terlambat diacara mitra bisnis Kalandra.
Akhirnya Kalandra mengalah, membiarkan istrinya berbuat sesukanya. Meski ada sisi tak rela, tapi Kalandra yakin Siera tak akan melirik pria lain selain dirinya.
Mereka berangkat menuju ke tempat pesta di adakan. Mitra bisnis Kalandra adalah pengusaha sukses, Tuan Flore namanya, pria berusia 50 tahun yang merayakan pesta pernikahannya yang ke-25 tahun.
Mobil yang Kalandra kemudi berhenti di hotel bintang lima, tempat acara di adakan. Kalandra menggandeng Siera menuju ke pesta itu. Sebelum masuk, Kalandra menunjukkan undangan lalu setelahnya mereka diperbolehkan masuk.
"Kita menghampiri dulu pemilik acara," bisik Kalandra, tangannya melingkar di pinggang Siera. Sejak mereka masuk, Kalandra manahan dirinya yang cemburu melihat pria-pria diacara melirik istrinya.
"Selamat untuk pernikahannya yang ke-25 tahun, Tuan Flore, Nyonya Flore." Kalandra menjabat tangan Tuan Flore berserta istrinya setelah memberi kata selamat. Siera juga melakukan hal yang sama
Tuan Flore senang dengan kehadiran Kalandra. "Terima kasih sudah datang dipesta kecil ini, Tuan Smith."
"Saya yang harusnya berterima kasih telah diundang oleh anda." Kalandra tertawa kecil mendengar kata 'pesta kecil' dari bibir Tuan Flore.
Nyonya Flore melihat ke arah Siera lalu saling melempar senyum.
"Ternyata istri Tuan Smith sangat cantik sekali. Maaf jika dipesta pernikahan kalian kami tidak datang.""Tak masalah Nyonya, kami tahu dengan kesibukan kalian."
"Silakan kalian nikmati pestanya." Tuan Flore menepuk pundak Kalandra.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐊𝐞𝐬𝐞𝐦𝐩𝐚𝐭𝐚𝐧 𝐊𝐞𝐝𝐮𝐚
Любовные романыKebencian Kalandra pada Siera berawal dari kekuasaan keluarga Siera, sehingga mengharuskan mereka menikah. Terutama Kalandra, telah memiliki kekasih yang amat dicintai. Kebencian itu terus bertumbuh seiring berjalannya waktu dirasakan oleh Kalandra...