Siera menatap Kalandra penuh haru. Tak menyangka jika suaminya merayakan pesta pernikahan dengan meriah. Dekorasi didomonasi warna putih dan warna ungu muda kesukaannya. Tak lupa foto prewedding mereka yang terpasang dengan ukuran besar sebagai pemanis.
Ucapan selamat terus diterima silih berganti, Siera maupun Kalandra terus menebarkan senyum selama diacara repsepsi.
"Selamat bahagia untukmu." Tiga sahabat Siera datang dan disambut oleh sang pemilik acara.
"Aku senang kalian datang," kata Siera pada ketiganya.
"Tentu saja kita datang," balas Livia dan memeluk Siera.
"Mana mungkin kita melewati acara pernikahan sahabat kita," sahut Kania bergantian dan diangguki oleh Selinda.
Selinda mendekati Siera dan memeluknya. "Aku memberi kado spesial untukmu. Aku yakin suamimu akan menyukainya," bisiknya dengan nada menggoda.
Ketiga sahabat Siera tahu siapa Kalandra, karena Siera tak pernah absen membicarakan tentang tunangannya, apalagi mereka juga diuniversitas yang sama. Hanya saja Kalandra dan mereka tak saling mengenal, Kalandra sendiri tahunya mereka adalah sahabat Siera, sehingga ketiganya hanya tersenyum canggung dan memberi kata selamat untuk pria itu.
"Selamat dengan pernikahan kalian. Aku harap kau tak menyakiti Siera." Kania berucap mewakili kedua sahabatnya kepada Kalandra. Kalandra sendiri hanya mengangguk saja sebagai jawaban. Kalandra tak suka basa-basi atau sok akrab dengan orang lain.
"Tentu kami akan bahagia, iya 'kan, Sayang." Siera memeluk lengan Kalandra, tak lupa senyum menghiasi bibirnya. Kalandra tersenyum tipis lalu mengangguk.
Ketiganya lega melihatnya. Berharap Kalandra tak akan menyakiti sang sahabat. Setelah basa-basi, ketiganya berlalu membiarkan beberapa tamu mendekat pada pengantin baru.
"Lelah?" Kalandra mengamati Siera yang meringis kecil.
"Sedikit, tapi aku juga senang," balas Siera.
"Sebentar lagi selesai. Kita bisa beristirahat. Biarkan orang tua yang mewakili kita."
Siera hanya mengangguk dan tersenyum malu. Bayangan malam pertama menari-nari di kepala, tiba-tiba saja Siera merasa malu sendiri dengan pikiran kotornya. Bagaimanapun hari ini mereka lelah dan tak mungkin langsung melakukan malam pertama.
Kebahagiaan Siera sirna melihat sosok wanita tak asing baginya. Tangan Siera mengepal saat wanita itu datang tanpa undangan dan berpenampilan berlebihan. Dress merah menyala sampai ke mata kaki, tak lupa sepatu hak tinggi dengan warna yang sama. Entahlah, di mata Siera penampilan Kirana terlalu mencolok.
Siera melingkarkan tangannya pada lengan Kalandra dengan erat, lalu menoleh pada suaminya. "Kamu mengundangnya?" bisik Siera menuntut jawaban.
"Aku sama sekali tak mengundangnya." Kalandra menjawab dengan jujur. Kalandra sendiri juga terkejut dengan kedatangan mantan kekasihnya.
Kirana kini sudah berhadapan dengan pengantin baru. Tatapan Kirana menatap Kalandra penuh kerinduan. Sebelumnya, Kirana merasa marah mendengar Kalandra menikah, apalagi dengan mantan sahabatnya. Kirana mengamuk, membanting barang-barang di rumahnya untuk melampiaskan kemarahannya. Bagaimanapun, mereka sudah lama menjalin kasih, tetapi dia diputuskan begitu saja dan lebih memilih tunangannya.
Sebagai wanita, harga dirinya diinjak-injak, apalagi melihat Siera menggandeng Kalandra dengan mesra. Karena jujur saja, Kirana juga mencintai Kalandra, meski di belakangnya sering bermain dengan beberapa pria. Di hatinya tetap Kalandra pemiliknya.
"Selamat," ucap Kirana. "Aku tak menyangka kita benar-benar berakhir seperti ini," lanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐊𝐞𝐬𝐞𝐦𝐩𝐚𝐭𝐚𝐧 𝐊𝐞𝐝𝐮𝐚
RomanceKebencian Kalandra pada Siera berawal dari kekuasaan keluarga Siera, sehingga mengharuskan mereka menikah. Terutama Kalandra, telah memiliki kekasih yang amat dicintai. Kebencian itu terus bertumbuh seiring berjalannya waktu dirasakan oleh Kalandra...