Fajar menyising namun tak membuat pasangan baru itu terganggu. Waktu sudah menunjukkan pukul 8 pagi, sayangnya keduanya tak kunjung untuk bangun dari tidur nyentaknya. Posisi mereka yang saling mendekap dan saling menghangatkan, tak terganggu sedikitpun.
Hingga tak lama kemudian salah satu dari mereka terbangun. Dia adalah Kalandra, pria itu terbangun karena merasa haus. Didekapannya ada istrinya yang memeluknya erat seolah tak ingin melepaskan.
Apa yang terjadi semalam, Kalandra tak dapat menghentikan senyumannya. Ia membubuhkan kecupan di kening Siera tanpa bermaksud untuk membangunkan istrinya. Kalandra tahu bahwa Siera kelelahan dengan apa yang semalam mereka lakukan. Maka dari itulah Kalandra membiarkan Siera tidur dengan nyenyak dan tak mau menganggunya.
Melepas dekapan mereka dengan hati-hati, Kalandra akhirnya dapat turun dari ranjang. Ia minum air putih melepas dahaganya, lalu berjalan menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Beberapa menit kemudian ia keluar dari kamar mandi, rambutnya yang basah membuatnya berkali-kali terlihat tampan. Kalandra yang masih melihat Siera yang tidur nyenyak sedikit merasa bersalah. Karena membuat sang istri kelelahan akibat ulahnya.
Kalandra memesan sarapan dan secangkir kopi untuknya, ia menikmati kopi tersebut sembari menunggu Siera bangun dari tidurnya. Dan benar saja, tak lama kemudian Siera terbangun saat tak merasakan keberadaan suaminya di sampingnya.
"Sayang," panggil Siera dengan suara serak. Tak mendapati jawaban, Siera duduk dan meringis kecil saat merasakan tubuhnya remuk redam. Semalam ia benar-benar bekerja keras.
Siera melilitkan selimut pada tubuhnya lalu mengedarkan pandangannya untuk mencari keberadaan Kalandra. Siluet seseorang di balkon hotel membuatnya ia yakin bahwa itu adalah suaminya. Siera bernapas lega, karena dipikirannya Kalandra meninggalkannya seorang diri.
Perlahan Siera turun dari ranjang walau sesekali meringis kecil. Wajah Siera juga merona seraya mengeratkan selimutnya. Bayangan semalam yang mereka lakukan membuatnya malu setengah mati. Pengalaman pertama yang menakjubkan untuknya.
Akhirnya Siera berhasil berjalan menuju ke kamar mandi. Ia mengisi bak mandi dengan air hangat untuk merilekskan diri. Katanya, air hangat dapat mengurangi rasa nyeri dan pegal-pegal, dan memang itulah yang Siera rasakan saat ini.
Siera memejamkan matanya sejenak, menikmati air hangat pada tubuhnya. Bagi Siera, ini semua masih terasa mimpi.
Aku membencimu!
Siera kembali tersentak. Suara itu lagi-lagi terdengar, tapi ia tak tahu pemilik suara itu. Kenapa? Kenapa suara itu tampak terdengar penuh kebencian?
"Sepertinya aku kelelahan," gumam Siera, tak mau memikirkan lebih dalam lagi. Ia pikir karena ia sedang lelah sehingga suara aneh itu kembali ia dengar.
"Siera?" Karena Kalandra tak melihat keberadaan Siera di ranjang, pria itu mencarinya ke kamar mandi.
"Kenapa tak memanggilku?" tanya Kalandra lalu mendekat. "Airnya mulai dingin. Ayo aku bantu." Kalandra menarik Siera dari bak mandi dan membersihkan Siera tanpa malu. Padahal, wajah Siera terlihat seperti kepiting rebus. Suaminya benar-benar membuatnya malu
"Aku bisa mandi sendiri," ringis Siera.
"Apa salahnya aku membantumu?"
"Bukan seperti itu, hanya saja..."
"Apa yang kamu pikirkan? Bukankah semalam kita sudah melihat satu sama lain. Dan mulai hari ini kita akan sering seperti ini." Kalandra mengeringkan tubuh Siera dan memasang jubah mandi pada istrinya. Keluar dari kamar mandi, Kalandra menggendong Siera membawanya ke ranjang, yang Kalandra tahu wanita akan merasakan sakit setelah melakukan malam pertama.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐊𝐞𝐬𝐞𝐦𝐩𝐚𝐭𝐚𝐧 𝐊𝐞𝐝𝐮𝐚
RomanceKebencian Kalandra pada Siera berawal dari kekuasaan keluarga Siera, sehingga mengharuskan mereka menikah. Terutama Kalandra, telah memiliki kekasih yang amat dicintai. Kebencian itu terus bertumbuh seiring berjalannya waktu dirasakan oleh Kalandra...