Legend Twelve Start (29)

94 39 11
                                    

.
.
.
.
.
.

"Aries, apa kamu tak ingin menjelaskannya? aku sudah mendengar pembicaraan kalian."

Aries menghentikan langkahnya, saat suara berat itu menghalaunya untuk masuk kembali ke goa.

"Apa yang perlu aku jelaskan?" tanya Aries. Ia menoleh dan mendapati Leo dengan raut wajah datarnya di sana.

"Ternyata benar, ikatan tidak cocok untukmu!" sungut Leo hendak pergi meninggalkan Aries. Kalimat tadi benar-benar membuat Leo sadar, jika Aries tak ingin berbagi kisah padanya. Dan Leo tidak suka jika dirinya tak di anggap berarti untuk dirinya yang selalu ingin di prioritaskan.

"Bukankah ini terdengar lucu? Lucu di mana saat seseorang yang tak menginginkan ikatan dengan orang lain malah mencela seperti ini!" sindir Aries membuat Leo menghentikan langkahnya. Ia tak menoleh, ia hanya terkekeh renyah.

"Kau terlalu egois, Aries! Kau--sial!" umpat Leo tak ingin memperpanjang percakapannya dengan Aries.

"Aku hanya takut berharap pada ikatan ini. Ritual ini sendiri yang akan memutuskannya." Aries menghela nafas berat.

"Aku tahu rasa kehilangan itu! Terlebih jika kau sudah memiliki ikatan dengan mereka. Aku hanya menjaga agar ikatanku tak sampai pada kalian!"

Aries kembali mengingat ikatan yang ia miliki bersama nenek moroi dan paman Mui. Sungguh menyakitkan jika ikatan itu semakin kuat, dan semakin besar rasa sakit jika ikatan itu putus.

"Kau tidak tahu Leo, rasanya mengetahui akhir dalam sebuah kisah yang miris!" Aries kembali berujar.

Sebenarnya, apa maksud dari ucapan Aries barusan? Akhir kisah apa yang ia ketahui?

🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟

Mereka kembali melanjutkan perjalanan, dengan Libra di gendongan Virgo. Mereka tidak bisa menunggu Libra untuk melanjutkan perjalanan ini, bukan karena Libra tak berarti untuk ritual ini. Hanya saja, ritual ini sudah tidak memiliki banyak waktu lagi.

Mereka berjalan di bawah gelapnya langit. Seperti biasa, tak ada perhiasan langit yang menemani mereka berjalan. Mereka hanya mengandalkan ikatan kristal zodiak mereka untuk berjalan bersama. Juga api Leo yang menjadi penerang jalan mereka.

Brakh!

"Akhh!"

Mereka semua menoleh ke arah Gemini. Ia tersandung oleh ranting kayu yang menghalangi jalannya. Sagitarius yang berada tepat di belakangnya hanya menoleh dan detik selanjutnya ia memalingkan pandangannya dari Gemini.

"Apa kau tidak apa-apa?" tanya Cancer menghampiri Gemini karena khawatir.

Cancer membantu Gemini berdiri. Lutut Gemini terluka, tapi ia baik-baik saja, di banding rasa tidak enak hatinya pada Sagitarius. Tapi ini keputusan yang benar untuk ritual ini.

"Apa yang ada di otakmu? Kau bahkan tidak terlihat memiliki niat untuk membantu Gemini, padahal ia jelas-jelas berada tepat di depan matamu!" cela Cancer kesal bukan main pada sifat Sagitarius yang agak berbeda dari sebelumnya.

"Kenapa kau malah menyalahkan aku! Salahkan dia yang tidak memperhatikan langkahnya!" Sagitarius balik mencela.

Degh!
Seakan sakit, tetapi tak berdarah. Bukan ini sebenarnya maksud Gemini. Ia hanya ingin jika perasaan Sagitarius terhadapnya hilang. Agar Gemini juga bisa menghapus perasaannya pada Sagitarius. Bukan seperti sekarang ini, Sagitarius malah terlihat membenci Gemini.

"KAU!"

Cancer Seakan geram dengan jawaban Sagitarius. Namun, ia  tidak ingin memperpanjang perdebatan ini.

The Legend of Twelve Stars [Revisi Akan Dilakukan Setelah End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang