16. Beda

10 2 0
                                        

Happy Reading ❤️

"Tumben tu anak curut ga lewat depan rumah gue" monolog Zila dari garasi sembari mengeluarkan si hitam kesayangannya.

"Bosen kali ya"
"Lagian siapa suruh godain anak perawan"
"Mana perawan nya modelan gue lagi"
"Syukur syukur ga kena karma dijalan"

Begitulah celotehan ringan Zila pagi ini ketika dengan tumben-tumbenan sang musuh tidak lewat didepan rumahnya. Biasanya Zaigham tidak pernah absen setiap pagi untuk sekedar mengklakson atau meneriakkan nama Zila diluar sana.

Kurang akhlak emang!

Ya ga bakal kedengeran sih teriakan atau klaksonan nya, tapi kalo kebetulan papasan sama Zila yang hendak ngambil motor di garasi luar, lumayan aja bisa naikin darah Zila dikit.

Zila melajukan motornya dengan santai, membelah jalanan ibu kota yang mulai dipadati oleh orang-orang yang padat aktivitas

Diperempatan menuju sekolah, mata Zila memicing
Ia tau betul yang didepan itu motor milik siapa. Zila pun tanpa pikir panjang mulai melajukan motornya dengan kecepatan diatas rata rata.

Setelah dapat mengimbangi motor Zaigham, Zila mulai bersuara

"Tumben lo ga berkeliaran di komplek gue" entah pertanyaan atau pernyataan yang Zila lontarkan. Yang pasti Zaigham melajukan motornya dengan cepat meninggalkan Zila yang sekarang tengah bingung dengan sikap Zaigham yang bisa dibilang tidak biasa itu.

"Dia kenapa?"

~~~~~~~~~~~~~~~~
Saat ini Salma dan Zila tengah berada di kantin sekolah, setelah bergelut dengan matematika dan fisika tadi membuat perut mereka keroncongan, belum lagi kepala yang terasa seakan akan mengeluarkan asap panas.

Begitu juga Zaigham dan Afnan yang sekarang tengah duduk dikursi yang berada jauh dari tempat Zila.
Biasanya, Tempat duduk mereka berdampingan.
Ini menjadi hal yang sangat aneh bagi Salma maupun Afnan, melihat kedua sejoli itu diam tanpa keributan menjadi satu hal yang harus diabadikan sebenarnya.

"Gam, tumben lo ga sebelahan sama Zila?" Tanya Afnan memecah keheningan yang ada

Zaigham diam, hanya terdiam sambil sesekali melirik ke arah Zila.

"Woy"

Tetap terdiam. Itulah respon Zaigham.
Diam bukan seperti yang kalian pikirkan, namun diam dengan sorot mata tajam ke arah lawan dengan mangkok yang sudah banjir saos!

'Apa apaan tu cewe, so jual mahal!'
'Gue aja udah turun harga, so so an masih gamau ngasih diskon!"
'Gue tau kemaren pasti pacar pura-pura nya.'
'Iya bener, pacar pura pura.'
'Cewe so jual mahal begitu mana laku'

Celoteh Zaigham, dalam hati tentunya. Bisa bisa turun kehormatan dirinya jika ia berceloteh receh seperti ini didepan umum.

Sementara disisi lain, Salma pun menanyakan hal yang sama pada Zila tentang keanehan sikap Zaigham yang menurutnya sangat berubah 180° dari biasanya.

Mulai dari tempat duduk yang ingin ditukar, tidak menengok ke arah Zila meskipun tadi Zila sempat tersandung didepan kelas. Tatapan nya lurus kedepan, sorot matanya sangat tajam, wajahnya memerah seperti kepiting rebus, sesekali terlihat tangan nya mengepal kuat. Sepertinya Zaigham tengah memendam emosi. Begitu pikir Salma

"Zil, Zaigham kenapa dah? Biasa nya ngisengin lo mulu tiap hari"

"Tau tu anak, kemasukan jin kalem kali"

"Pala mu jin kalem!" Ucap Salma sembari menoyor kecil kepala Zila "lo ga liat tatapan nya kaya lagi marah gitu?"

"Dih sudi gue! Ngapain liat sorot mata nya, kek gada kerjaan aja"

ZilaZaigham (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang