18. Malu

7 2 0
                                        

Happy Reading ❤️

"Anjir anjir anjir anjir anjirrr" seorang lelaki diketahui sudah menggerutu sejak tadi, sejak kepulangannya dari rumah seseorang ia tak henti hentinya mengumpat. Bahkan dijalan tadi, ia mengendarai motornya tidak beraturan, untuk sedikit menutupi rasa malu dan gugup pikirnya.

"Kenapa gue malah bablas bilang suka sama dia sih? Pake ngajak damai segala lagi!" Zaigham memukul-mukulkan bantal ke kepalanya sendiri.

"Kan pagi tadi gue lagi ngambek sama dia"

"Arghhh ancur ni harga diri gue"

"Tar kalo dia laporan ke pacarnya itu gue pasti dibilang pebinor"

"Sialan!"

Berbagai macam umpatan dan bahasa kotor lainnya Zaigham keluarkan. Huh dahlah cape.

Lalu beralih ke ponselnya, menatap ponsel itu lamat-lamat dan

"TUHKAN ANJENGGGG BAHASA GUE ALAY BANGET SETANNN!!!"

"Cacar cacar apaan ni" ucap Zaigham, gusar.
"Mana ini pake lope lope gini, warna merah pula."

Tok tok tok

"Agam ada Afnan tuh dibawaaaah" teriak bunda Haifa dari luar pintu Zaigham

"Langsung suruh ke kamar aja Bun maaf"

Ceklek

Pintu terbuka menampilkan sesosok manusia yang kehadirannya sudah Zaigham tunggu sedari tadi.

"Yoo brooo nape lo? Galau ni pasti"

Zaigham hanya mendelik, terlalu menye menye sekali sahabatnya ini.

"Bacot! Jam berapa sekarang?"

"Lah tuh jam gede banget di dinding lo ga ngeliat jam berapa? Masa gitu aja nanya gue si"

"LO NGARET 2 JAM BANGKE!"

"Ooo itu hehe maap tadi gue abis ngedate dulu sama ayang mbep Salma sambil ngerjain tugas" ucap Afnan sembari menyengir tak berdosa.

"Jadi kenapa lo? Tumben banget nyuruh gue dateng"

"Salah ga kalo gue ngungkapin ke Zila soal perasaan gue?"

"YA GA SALAH DONG ANJIR!"

"Kalem goblok" Zaigham mendesis pelan, jika Zaigham memiliki satu sahabat lagi maka sudah dipastikan ia akan melenyapkan Afnan sekarang juga.

"Terlalu excited sorry" lagi dan lagi cengiran itu ditampilkan Afnan dihadapan Zaigham yang membuat Zaigham semakin ingin menenggelamkan sahabat nya ini ke palung Mariana.

Namun, sahabat baiknya hanya Afnan. Mau tidak mau, suka tidak suka yaudah mau gimana lagi. Terimain aja walopun kadang gendang telinga gempa denger kehebohan si sengklek ini.

Lama terdiam dalam keheningan tanpa kata, akhirnya Afnan membuka suara untuk mengawali pembicaraan nya dengan Zaigham. Setau Afnan selama ia menjadi sahabat Zaigham, ia baru melihat Zaigham segusar ini wajahnya. Biasanya raut wajah Zaigham kebanyakan datar, tidak pernah memanggil Afnan seserius tadi untuk datang kerumahnya.

"Lo kenapa berpikiran kalo lo salah ngungkapin? Setau gue dalam pengungkapan soal rasa itu ga ada yang salah. Semua ada haknya untuk mengungkapkan walaupun harus tau dulu situasi dan kondisinya biar berpotensi ada celah untuk bisa masuk ke hati orang yang kita suka itu." Afnan mode serius.

"Nah itu dia masalahnya, gue kayanya salah waktu"

"Salah waktu gimana?"

"Ya gitu"

ZilaZaigham (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang