Happy Reading😚
Bagian empat belas.
"Sudah siap?"
Salma yang di tanya kesiapannya pun menganggukan kepalanya pertanda dia sudah siap untuk menjalani kehidupannya ini.
Hari ini, sepulang Salma pulang dari bekerja dia berencana untuk memenuhi ajakan Arman untuk makan malam. Salma sebenarnya ingin pulang dulu untuk merapihkan penampilannya atau sekedar ganti baju dulu, namun tak enak untuk merepotkan Arman walaupun dia tidak keberatan untuk mengantar pulang Salma dulu, tapi lebih tepatnya Salma ingin segera cepat-cepat sampai tujuan dan menyelesaikan ajakan pertemuan ini padahal sampai di tujuan juga belum.
Dengan penampilan yang sudah di rapihkan di dalam toilet rumah sakit, tetap saja Salma masih merasa kucel akan penampilannya dan merasa minder dengan Arman yang masih terlihat fresh tapi ya sudahlah, dia masih cantik kok semangat dia dengan melupakan pikirannya barusan.
"Mau makan malam di mana?" Tanya Arman lagi, setelah melihat Salma yang sudah duduk nyaman di kursi mobilnya.
"Terserah Bapak aja, saya ngikut" lalu di akhiri dengan senyum canggung dari Salma.
"Bisa panggil nama saya saja kalau sedang di luar seperti ini? Saya merasa tua banget, Sal"
Keluhan dari Arman membuat Salma memukul pelan bibirnya, dia sudah sering di tegur untuk memanggil cucu direktur rumah sakit itu dengan nama saja jika sedang di luar jam kerja tapi tidak semudah itu untuk Salma lakukan, karena di merasa canggung.
"Maaf pak" ucap Salma pelan, dan melihat Arman yang mengangguk dan mulai menyetir mobilnya untuk menemukan tempat makan malam mereka.
Suasana di dalam mobil cukup hening, Salma cukup lelah hari ini. Tapi dia sungguh tidak enak dengan spam chat Arman yang terus mengajaknya untuk lunch, dinner, atau sekedar untuk hangout. Salma risih dengan ajakan lewat chat yang Arman kirimkan.
Walaupun sering berpapasan saat di rumah sakit, Arman lebih sering menyapa dan jarang menunjukan sifat dia yang ingin pdkt dengannya. Arman lebih sering melakukan itu lewat chat atau teleponnya. Salma juga heran dengan hatinya yang terkadang menghangat atas sikap dan sifat yang Arman tunjukan untuk dirinya apakah hatinya semurahan itu? Rasanya tidak, tapi Salma yakini ini tentang hatinya yang sudah cukup lama kosong tidak ada yang menyapanya.
"Kita makan di sini saja, yuk!"
Lamunan Salma buyar, dia melihat sekeliling dan menemukan restoran dengan tema jepang. Yang cukup membuat Salma terharu, karena dia pecinta makanan khas dari negeri sakura.
Salma ikut turun dari mobil dan mulai berjalan beriringan dengan Arman untuk memasuki restoran itu. Mereka duduk dekat dengan jendela yang memperlihatkan jalan raya yang masih padat oleh kendaraan di malam hari ini, memangnya kapan 'sih keadaan perkotaan akan sepi oleh kendaraan? Tidak akan bukan?
"Silakan di nikmati"
Suara dari pelayan restoran membuat percakapan ringan Arman dan Salma terhenti sejenak. Makanan yang mereka pesan sudah terhidang, lalu mereka berdua mulai memakannya dengan di selipi perbincangan tentang apa saja yang di lakukan hari ini dan sebenernya lebih banyak Arman yang bertanya dan Salma yang menjawab, bagaimanapun mereka tidak sedekat itu untuk saling memontarkan candaan yang berakibtakan tawa ngakak dari mereka kecuali Salma sedang dengan Awan, tapi kenapa tiba-tiba ke berondong itu?
Salma dan Arman sama-sama memesan ramen dengan minuman mereka memilih teh hijau dan air putih.
Arman memberhentikan makan ramennya itu sejenak untuk memandang Salma sedikit serius, dan untungnya Salma tak melihat itu dia fokus pada makanan berkuah merah yaang di yakini pedas yang Salma pesan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi, Love
Short StorySalma adalah seorang Dokter yang baru saja lulus dan sedang melanjutkan ke tahap spesialisnya, yang menerapkan bahwa hidupnya selalu monoton setelah di tinggal oleh gebetan sekaligus teman kecilnya saat dia ada di masa 'cinta itu segalanya' Tak lama...