4. Salma mind's

47 10 15
                                    

*****

Bagian empat

"Belajar berjalannya pelan-pelan ya, jangan di paksakan nanti jadinya akan tambah sakit" suara Salma saat membantu dan memantau salah satu pasien yang dia tangani.

Pasiennya kali ini adalah seorang laki-laki seumuran dengan Salma, yang naasnya dia kecelakaan lalu mengakibatkan kakinya untuk sementara waktu tidak bisa di gunakan untuk berjalan dalam keadaan normal.

"Pelan-pelan" suara lembut Salma mengalun kembali terdengar di dalam ruangan fisioterapi itu.

Salma memegang lengan laki-laki itu yang bernama Arman, membantunya untuk kembali duduk di kurai rodanya.

"Untuk hari ini cukup sampai sini dulu ya pak" ujar Salma di hadapan pasiennya

"Cara berjalan bapak juga untuk hari ini sudah ada kemajuan, otot-ototnya juga sudah terlihat lebih rileks dari sebelumnya kita berlatih. Terima kasih untuk hari ini, semangat untuk latihan selanjutnya" tutup Salma pada pasiennya dengan senyum manisnya.

"Apa saya sudah pernah bilang bukan kalau sebut saja saya nama saya, sepertinya saya masih seumuran dengan kamu" ujar pasien laki-laki itu.

Salma meragu menatap kepada perawat yang berada di belakang pasiennya itu lalu menatap pada pasiennya itu.

Salma mengangguk dengan ragu "tapi apa tidak sopan saya memanggil pasien saya sendiri dengan namanya, apalagi bapak adalal cucu dari pemilik rumah sakit ini" Salma tersenyum dengan canggung

"Tidak apa-apa saya merasa tua kalau kamu panggil saya bapak padahal kita seumuran, mungkin? Jangan permasalahkan status kita, saya akan senang kalau kamu panggil saya dengan nama saya saja" ujar Arman pada Salma yang masih berdiri mematung, meragu dengan permintaan pasiennya ini.

"Ah iya, kalau saya sudah sembuh apa kamu mau saya ajak buat lunch atau dinner? Ya, buat pendekatan saya ke kamu sebagai teman kamu?" Ujar Arman di selingi dengan senyum manisnya yang membuat Salma menganggukkan kepalanya dengan otomatis.

"Kalau begitu saya pergi ke kamar saya lagi ya, terima kasih untuk latihan hari ini. Semoga saya cepat kembali berjalan dengan normal" pamit Arman meninggalkan Salma yang terlihat kikuk dengan tingkah Arman yang seperti itu, yang Salma pikir mungkin pasiennya itu naksir sama dia tapi dengan cepat dia tepis pikiran sesat itu.

Tak lama kemudian Salma memukul pelan kepalanya, merutuki pikirannya yang melenceng seenaknya seperti itu. Memangnya wajah dia secantik kim yoo jung bisa membuat Arman yang boyfriend material itu suka pada dirinya. Salma geleng-geleng kepala pada akhirnya setelah membuang jauh pikiran konyolnya itu.

Hari ini Salma tidak akan berada di rumah sakit sampai tengah malam atau sampai pagi menjelang, hari ini pekerjaan dia selesai dengan cepat. Setelah melakukan latihan berjalan dengan Arman, Salma hanya tinggal mengecek beberapa pasien yang dia tangani, lalu meminta dokter senior fisioterapi di sini untuk membahas diskusi tentang Salma yang sedang mengambil kembali pelajaran spesialisnya.

"Di tungguin mas berondong noh di depan, kece badai say visualnya pantes aja temen satu gue ini bucin banget sama itu berondong"

Suara dan perkataan itu berasal dari Lia, sahabatnya itu mengagetkan Salma yang baru saja keluar dari ruangannya. Lia sudah ada di sana dengan bersandar pada dinding yang berada di samping pintu ruangannya.

"Ngagetin aja! Nagapain lo?" Tanya Salma pada Lia, lalu mereka berjalan beriringan untuk menuju lantai satu dengan menggunakan lift.

"Mau ke kafetaria, jenuh gue mau beli kopi" ujar Lia "terus gue di kirimin poto dong sama perawat Susan, berondong lo udah nungguin lo di depan rumah sakit" lanjut Lia membuat Salma agak sedikit terkejut dengan berita yang dia bawa.

Susan itu adalah salah satu perawat perempuan di sini, dan juga teman gibahnya Lia.

"Stop panggil dia berondong gue, kesannya gue maksa jodoh gue harus berondong tau" kesal Salma pada Lia dengan menggeplakan tangannya pada bahu Lia.

Lia hanya tertawa, lalu mereka masuk ke dalam lift untuk menuju lantai satu rumah sakit itu, mereka berdua mengobrol seru sebelum lift terbuka, dan mereka berdua memisahkan diri setelah keluar dari lift untuk pergi menuju tujuan masing masing.

"Kalau lo nggak mau, itu berondong buat gue aja. Hahaha" Lia lalu berlari setelah mengatakan itu, takut di tampol Salma karena terlalu mengolok olok dia dengan si sahabat kecil Salma, bahaya Salma kalau marah cukup menyeramkan.

"Awas ya lo!" Salma hampir berteriak saja, kalau dia tidak ingat ini masih di dalam area rumah sakit.

Keluar dari rumah sakit itu, Salma terperangah dengan pemandangan yang ada di hadapannya, benar saja di sana sudah ada si berondong Awan.

Awan dengan style kecenya, lalu kamera yang selalu menggantung di lehernya itu membuat Salma kicep terpesona, merasa terpana untuk kesekian kalinya dengan laki laki itu.

Lagi, Salma memukul kepalanya yang selalu banyak memuji cowok untuk hari ini. Mungkin efek dia tidak pernah pacaran atau efek karena cintanya yang bertepuk sebelah tangan yang di sebabkan oleh seorang yang tepat berada di hadapannya, dan sedang melambaikan tangannya pada dirinya dengan senyum yang manisnya, dan merasa dia adalah laki laki palibg tampam saja di dunia ini dan ya, memang membuat Salma susah untuk berpaling dari si laki laki itu.

"Kok lo di sini?" Tanya Salma pada Awan

"Sengaja mau nunggu mbak Sal, kalau nggak cape aku mau ajakin mbak ke suatu tempat" ujar Awan meragu, tapi ada pancaran dari matanya semoga Salma mau.

Salma menaikan alisnya bingung "kenapa nggak nanyain dulu lewat hp, gimana kalau gue nggak pulang dan harus jaga malam di sini"

"Aku belun punya kontak mbak, mau minta aku juga suka lupa mbak"

Ah, benar! Salma'kan masih memblokir akses dirinya dan Awan, dasar Salma.

"Entar gue kasih, lo mau ajak gue ke mana? Kalau deket sama sebentar ayo, kalau jauh males gue. Mending pulang terus tidur" Salma berucap agak judes pada Awan, sedikit jual mahal dan memang tubuhnya sedang ingin cepat cepat untuk di istirahatkan.

"Deket kok, di jamin sebentar. Yuk!" Ajak Awan

Awan membawa mobil lamborghininya hari ini, menambah kesan mewah saja di dalam dirinya itu. Membuat Salma insecure dengan dirinya yang masih dekil, style yang sudah acak-acakan, dan make up yang sudah tidak on.

Salma memasuki mobil mewah itu setelah Awan dengan romantisnya membukakan pintu mobilnya untuk Salma.

"Cuma sebentar, semoga mbak nggak bosen ya" ujar Awan lalu melajukan mobilnya.

Salma mengangguk saja, manut dan ikut saja dengan rencana si sahabat, si cinta bertepuk sebelah tangannya itu untuk memawanya entah kemana.

*****

Hi, Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang