17. Menghindar

16 3 0
                                    

Happy Reading❤❤❤

*****

Bagian tujuh belas

Pagi ke tiga dan mungkin juga akan menjadi hari ke tiga juga yang cukup membuat badmood seorang Salma. Hari ini dia sedang di kampus untuk melakukan kelas yang dia ambil untuk menjadi Dokter spesialis

Salma tidak seperti sahabatnya Lia yang menunda untuk melanjutkan pendidikannya itu. Salma sendiri langsung melanjutkan pendidikannya untuk menjadi Dokter spesialis dengan usia mungkin yang cukup muda. Bersyukurlah untuk otak Salma yang pintar jika tentang pendidikan, tidak seperti saat berurusan dengan perasaannya yang suka tiba tiba menjadi kosong.

Seperti saat ini, saat kata-kata Awan yang cukup mengejutkan dirinya sekaligus merasakan sakiithati lagi, kenapa membekas sekali untuk hati rapuhnya ini

Hampir saja Salma berteriak kesal pada dirinya saat kelas sedang di mulai karena perkataan Awan seoalah-olah menari di pikirannya untuk mengolok dirinya yang kembali patah hati oleh cintanya, lebih tepatnya Salma yang terlalu banyak berharap di hubungan ini.

Mengacak rambutnya yang sengaja di biarkan tanpa ikatan ataupun penghias lainnya, Salma memfokuskan dirinya untuk kelas yang penting ini, mencoba memasukan pelajaran yang tertera di depan untuk otaknya yang sedang tidak beres, membuat Salma rasanya ingin menyumpahi dirinya yang lemah akan cinta.

Kelas selesai Salma mulai melangkahkan kakinya untuk menyusuri lorong kampus ternama ini, kakinya dia langkahkan ke arah parkiran, hari ini Salma membawa motor Ayah yang kebetulan tidak akan di pakai oleh Ayah maupun Ibu. Memang benar keluarganya lebih suka dengan kendaraan seperti motor daripada mobil, katanya lebih menikmati perjalanan yang mereka lalui jika menggunakan sepeda motor dan tentunya untuk menghemat waktu juga

"Mbak!"

Langkah Salma terhenti seketika dia memutarkan tubuhnya ke belakang dan terkejut mendapati satu mahkluk hidup yang kurang lebih tiga hari ini membuat moodnya hancur berantakan muncul di hadapannya dengan melambaikan tangannya ke atas

Di sana berdiri beberapa meter dari tempat Salma sekarang seorang lelaki yang sedang memamerkan senyum yang terlihat lega. Lelaki itu, Awan, dia sedang melangkah dengan ringan menuju Salma yang masih tak bergerak di dekat motornya yang masih terparkir ingin kabur namun rasanya itu tidak boleh di lakukan oleh Salma, kesannya seperti anak-anak saja yang sedang merajuknya dan nyatanya memang seperti itulah Salma jika sedang menyangkut tentang Awan dan hatinya

Satu langkah sekat di antara mereka. Salma harus mendongak untuk melihat Awan, Salma merasakan jantungnya masih berpacu cepat jika berdekatan dengan Awan apalagi dengan senyum manis yang lelaki itu berikan.

"Kenapa?"

Suara Salma terdengar lirih nyaris tak terdengar jika saja di parkiran itu banyak orang, untungnya hanya beberapa orang yang cukup jauh untuk mengganggu Awan dan Salma.

"Mbak kenapa hindarin aku terus? Nggak capek apa?" Tanya Awan lembut pada Salma yang langsung membuang mukanya.

"Lo kali yang capek!" Jutek, satu kata yang sedang Salma pertahankan sekarang setelah sadar bahwa dia sudah bisa di jangkau oleh Awan.

Yap! Salma menghindar secara teratur dari Awan setelah kejadian pengakuan Awan yang mungkin akan tinggal di Aussie. Salma merasa dia harus menjaga hatinya dari sumber patah hatinya

"Panas mbak, yuk masuk mobil aku dulu. Kita lanjutin di sana?"

Tawaran Awan di balas dengkusan oleh Salma. Salma memberikan pelototan tajamnya kepada Awan, wajah juteknya sudah sangat menakutkan, membuat seseorang bisa saja tidak berani mengeluarkan suara sekedar basa basi karena raut wajah Salma yang mendung seperti akan turun hujan badai

"Mau ngomong apa? Di sini aja, gue sibuk!"

Awan menyugar rambutnya menyalurkan kesalnya atas keras kepalanya Salma, mencoba menarik nafasnya untuk menetralkan emosi yang sedikit terpancing oleh Salma

"Maaf"

"Udah?"

Menaikan sebelah alisnya yang sebenarnya naik dua-duanya, Salma masih menunggu kata selanjutnya dari bibir yang terkatup rapat itu setelah mengatakan satu kata yang menurut Salma tak terlalu penting. Salma ingin, Awan bicara tentang dia yang membatalkan kerja di sana dan akan menetap di sini saja. Memanganya kamu siapa, Sal? Kata hatinya mengingatkannya.

"Mari kita pacaran mbak!"

Rahang Salma rasanya ingin jatuh saking terkejutnya dengan kalimat barusan. Gila aja, di saat seperti ini Awan malah mengajaknya berpacaran.

"Kita pasti bisa melalui hubungan LDR-an. Di sana aku di kontrak selama setahun, kalau hubungan kita awet selama setahun itu. Aku akan pulang ke sini dan akan menetep di sini untuk hubungan kita yang lebih serius lagi"

Panjang dan lebar penjelasan dari Awan itu hanya membuat Salma mampu mengedipkan kedua matanya. Terkejut menyelimuti dirinya. Dan rasa ingin menampar wajah mulus Awan menyeruak dari dalam dirinya. Sabar, kata itu terus di rapalkannya sejak Awan membuka panjang lebar idenya itu.
 
"Gila lo! Gue nggak mau ngejalanin hubungan yang kaya  gitu! Mikir dong, kesannya lo ngeremehin hubungan kita tau, lo cuma main-main jatuhnya Awan!"

Menghirup dahulu napasnya, Salma menyeka air mata yang entah kapan sudah menetes. "Whatever with you and your mind! Lo mau pergi, pergi aja! Jangan mikirin gue dan perasaan sialan ini. Lo bisa bebas dengan kehidupan lo dan mungkin dengan cinta baru lo itu"

Tak ada balasan dari Awan, rautnya terlihat kacau. Terlihat membenarkan apa yang di katakan oleh Salma barusan. Hati Salma menjerit untuk kesekian kalinya.

Salma tanpa pamit pergi dari hadapan Awan dengan menggunakan motornya. Sore itu dengan gerimis yang mulai turun dan tangan yang sibuk menghalau air mata yang menetes dengan banyak, Salma menyadari kuncup cintanya telah tertutup kembali sebelum menjadi bunga mekar yang indah dan wangi.

Salma menyadari bahwa perasaan Awan tak sekuat dulu saat pertama kali menyatakannya, tidak seperti sekarang. Yang Salma saja enggan untuk mengutarakannya, Salma lebih kecewa pada dirinya yang terlalu mengharapkan sesuatu dari Awan si bocah ingusan itu!

*****

Kalau banyak typo dan kesalahan lainnya mohon koreksinya ya😚

Terima kasih yang sudah mau mampir💎

Jangan lupa vote & comment💜💚

Jangan lupa vote & comment💜💚

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Si dek Awan yang meresahkan.

Mbak Sal yang merasa di permainkan terus sama si berondong

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mbak Sal yang merasa di permainkan terus sama si berondong.

Hi, Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang