2. Istirahat sebentar

81 10 5
                                    


*****

Bagian dua

"Lo kenapa 'sih?"

Pertanyaan itu di tujukan oleh Lia sahabat Salma pada Salma yang sedang uring-uringan sejak tadi, sejak cewek itu datang ke apartemen milik Queen sahabat mereka berdua juga.

Lia dan Queen rasanya ingin menenggelamkan Salma yang meracau tak jelas dengan tubuh gulang guling ke kiri dan ke kanan yang membuat kasur Queen yang rapih jadi berantakan.

"Kenapa coba dia harus datang lagi? Kenapa coba? Kenapa?" Tanya Salma tanpa menghiraukan pertanyaan yang Lia ajukan.

Salma duduk dengan menyilangkan kakinya di atas kasur Queen yang sudah tak rapih, menatap nanar pada kedua sahabatnya yany sedang duduk lesehan di karpet bulu dengan santainya.

"Awan 'kan orang sini, rumahnya juga 'kan di sini malahan tepat di pinggir rumah lo rumahnya. Ya wajar dong dia balik ke sini" jawab Queen dengan santainya dan memasukan beberapa keripik kentang ke mulutnya.

"Gue tahu lo masih ngerasa belum siap atau mungkin lo udah nggak mau lagi ketemu sama dia. Karena hati lo ternyata belum sekuat itu untuk di masuki lagi oleh Awan" ucap Lia merasa bijak, padahal dia adalah orang awam tentang cinta dan sebagainya dari Queen dan Salma, bisa di bilang Lia tidak ada pengalaman tentang hal seperti itu saat usinya kini sudah menginjak pertengahan dua puluh.

Queen mengangguk saja, dia fokus kembali pada makanannya dan ponselnya yang sejak tadi tidak pernah lepas dari genggamannya.

Salma tercenung perkataan Lia barusan membuat Salma merasa terusik, seperti perkataannya Lia itu adalah sebuah fakta bagi dirinya.

"Sekarang lo tenangin diri dulu lo, istirahatin badan lo. Gue tahu lo capek bukan fisik lo doang tapi hati lo juga. Ini bukan tentang Awan doang Sal, ini tentang lo juga yang kayanya kelimpungan sama tesis lo"

"Tidur, nanti gua sama Queen bangunin lo" tutup Lia.

Terkadang Salma bersyukur dia mendapatkan sahabat seperti Lia yang dewasa dan penuh ketenangan dan juga Queen cewek dengan sejuta pesonanya, kepolosannya, dan kejujurannya.

*****

Salma keluar dari kamarnya Queen setelah dia bangun dari tidurnya dan membasuh wajahnya dahulu agar terlihat lebih segar.

Salma melihat ke arah dua sahabatnya yang sedang menata makanan di meja makan.

"Udah mendingan?" Tanya Queen menyadari Salma yang berjalan ke arah meja makan.

Salma mengangguk lalu duduk di salah satu kursi yang ada di sana, Lia memberikan segelas air putih ke arah Salma yang langsung perempuan itu teguk sampai habis.

"Tadi ponsel lo bunyi, namanya terlalu manis buat gue sebutin" ucap Lia setelah duduk di hadapan Salma dan mengambil makanan yang ingin dia makan.

Salma langsung tahu saat Lia mengatakan siapa yang menelponnya, padahal Lia tidak menyebutkan namanya.

"Makan dulu isi dulu tenaga, baru nanti gue kasih ponsel lo" kata Queen memeperlihatkan ponsel Salma yang dia pegang saat tahu Salma sedang mencari keberadaan ponselnya.

Salma pasrah dengan apa yang di perintahkan dari kedua sahabatnya ini yang sedang duduk di hadapan Salma.

Mereka bertiga makan dengan lahap, dengan menu nasi padang yang lengkap dengan lauk-lauknya. Dan nasi padang sendiri adalah salah satu makanan kesukaan dari Salma.

Beres dengan makan siang yang ke sorean, Lia beralih untuk mencuci piring bekas makan mereka tadi. Salma dan Lia pergi ke arah ruang tv, dan Lia memberikan apa yang Salma inginkan sedari tadi, yaitu ponselnya.

Queen fokus dengan laptopnya yang menampilkan hasil gambarannya, dengan dua manusia berbeda jenis kelamin yang saling menggenggam tapi jarak mereka berdiri sangatlah jauh.

Lia bergabung dengan mereka bedua dan membuka laptopnya juga, dia ingat masih mempunyai beberapa dokumen pasien yang harus dia lihat apa keluhannya dan sebgainya.

Mereka bertiga fokus pada dunia mereka sendiri. Lalu, Salma memainkan ponselnya dan masuk ke dalam aplikasi berkabar yang ternyata ada beberapa pesan baru yang masuk, dan tidak lupa juga dengan dua panggilan masuk dari salah satu kontak yang Salma ingin hapus namun selalu di urungkan.

Baru saja Salma membuka pesan dari seorang itu, tiba-tiba ponselnya bersuara menandakan ada panggilan masuk ke ponselnya.

Salma menunggu dalam beberapa detik lalu meangangkatnya, dia pergi ke arah balkon yang ada di sana tanpa menghiraukan kedua sahabtnya yang sudah saling pandang dengan wajah tak terbaca, mereka berdua tahu hubungan Salma dan si penelpon itu rumit sekali.

Menempelkan ponsel itu di dalam telinganya, Salma menunggu orang di sebrang sana menyapanya dahulu.

"Di mana?" Tanya orang dengan suara beratnya yang Salma sukai.

Salma mengetuk kepalanya dengan pelan, karena masih saja terngiang dan suka pada suara tidak asing itu.

"Emang kenapa?" Tanya Salma balik

Di sebrang sana terdengar dengusan saat pertanyaannya di jawab oleh pertanyaan lagi.

"Tadi aku ke rumah mbak, kata Bunda mbak lagi keluar. Padahal aku mau ajak mbak jalan-jalan" ucap orang di sebrang sana, yaitu Awan.

Salma masih diam dalam posisi berdiri dan badan yang menyender pada pagar balkon dan menikmati angin sore yang terasa segar.

Tak ada jawaban dari Salma, Awan melanjutkan lagi perkataannya.

"Aku rasa mbak ngehindarin aku, setelah pertemuan pertama kita waktu di rumah sakit lalu. Apa aku adal salah ke mbak?"

"Nope, dan stop panggil gue mbak Awan. Kita cuma beda tahun. Dan asal lo tahu gue nggak ngehindarin lo, gue sibuk. Maaf" balas Salma ngegas pada Awan, laki-laki yang dia kira sudah pergi dari hatinya ternyata belum dan rasanya laki-laki itu semakin menempel saja di hati Salma.

"Oh, sibuk. Maaf mbak aku cuma mau ketemu sama mbak, dan melepas rindu sama mbak aja. Aku tahu ternyata aku nggak mikir ke sana, sekarang pasti mbak lebih sibuk lebih dari dulu" ucap Awan penuh penyesalan.

"Shut up! Kita ketemu di kafe tempat biasa kita ketemu. Nanti malam, tunggu gue di kafe aja nggak usah jemput!" Ucap Salma dengan nada lebih ngegas, lalu mematikan sambungan telepon itu dengan sepihak.

Terserah Awan akan menganggap Salma kurang ajar dengan menutup telponnya sepihak, Salma tidak akan ambil pusing lagi, dan Salma akan tetap datang ke kafe itu sekalian untuk membeli makanan pendingin di kala ia sedang lelah, dan tidak punya mood yang baik.

Benar, dengan menggindar semuanya tidak akan ada selesainya. Mungkin Salma harus bertemu dan melepas rindu juga seperti yang di katkan oleh bocah itu, yang sayangnya adalah gebetan, teman kecil, dan freindzonenya.

Salma siap membuka lembaran baru sembari membuka juga lembaran masa lalu dengan beriringan.

*****

Hi, Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang