1. Kaget

137 11 1
                                    

Happy reading!!!

****

Bagian satu

Pagi yang cerah dan sejuk membuat seorang perempuan bernama Salma menutup matanya sejenak untuk menghirup udara pagi ini yang masih segar. Saat dia berjalan memasuki sebuah rumah sakit swasta tempatnya bekerja, dia banyak di sapa oleh beberapa orang-orang yang sudah mengenalnya sebagai dokter muda di rumah sakit ini.

Salma nama panggilannya, menyapa balik mereka yang sudah menyapanya dengan senyum manisnya dan kepala yang di anggukan dengan sopan.

Dia menaiki lift rumah sakit untuk menuju ruangannnya, sebelum pintu lift tertutup ada seorang perempuan dengan jas putihnya yang tersampir di bahunya yang cepat-cepat masuk ke dalam lift yang sama dengan Salma.

"Tumben telat?" Tanya Salma pada perempuan itu,

"Lagi sial gue pagi ini" jawab perempuan yang bernama Lia yang sedang mengatur nafasnya.

Mau bertanya kenapa sahabatnya itu terlihat buru buru, tapi Salma urungkan.
Salma sendiri kemudian mengangguk memaklumi, kalaupun ingin cerita lengkap kenapa temannya yang rajin ini bisa telat,   dia bisa menunggu dan tidak untuk sekarang juga karena nyatanya dia juga sedang di kejar waktu.

"Duluan" ujar Lia pada Salma, sambil berjalan cukup cepat lebih seperti berlari dan membuat Salma geleng geleng kepala melihatnya.

Setelah keluar dari dalam lift Salma pun pergi menuju ruangannya untuk menyimpan tas yang dia bawa dan sejenak untuk merilekskan tubuhnya dengan peregangan kecil sebelum memulai harinya yang mungkin akan cukup melelahkan.

Hari ini dia ada jadwal periksa pasien yang mengalami cedera dan pasien itu sendiri adalah sepupunya dia sendiri, seorang laki laki yang sedang jatuh cinta pada sahabatnya yang tadi berpapasan dengan Salma.

******

"Lo jangan terlalu kaku ngedeketinnya, bisa-bisa dia takut duluan sama lo" ucap Salma pada seseorang yang sedang duduk di hadapannya seraya tangannya menulis rekapan tentang pemeriksaan dari pasiennya yang ada di depannya ini.

Orang itu mengangguk dengan kaku, yang sepertinya dia sudah melakukan kesalahan, betul kesalahan karena terlalu kaku seperti robot dan irit bicara seperti sedang sariawan, padahal dia sendiri sedang melakukan pendektan pada sahabatnya.

"Dia di kasih pelanggaran sama dokter pembimbingnya, buat gantiin jaga malam buat malam ini. Yang artinya, lo tahu? Malam ini adalah tiga hari berturutnya dia jaga malam" Salma berbicara dengan menggebu pada lawan bicaranya yang semakin terlihat resah dari gurat wajahnya.

"Bayangin dia istirahatnya nggak banyak, terus dia dokter yang lumayan paling banyak di cari juga di sini. Lo keterlaluan banget 'sih ngasih kesan pertamanya kaya gitu" lanjut Salma sambil tertawa mengejek.

"Gue nggak bisa rubah sikap gue dalam sekejap Sal, tapi buat dia gue bakal rubah sedikit demi sedikit. Terima kasih buat hari ini, semoga gue cepet-cepet ketemu dia lagi" ucap seseorang itu lalu melenggang meninggalkan ruangan dengan tak acuhnya.

Salma menggelengkan kepalanya pusing atas kelakuan sepupu absurd, dan kakunya sepupunya yang sedang ingin dekat dengan salah satu sahabatnya yang tadi pagi satu lift dengan dia, yaitu Lia.

Salma membereskan perlatan dan barang-barang lainnya yang ada di mejanya, karena sepupunya tadi adalah pasien terakhirnya untuk hari ini yang konsultasi dengan dia. Suster yang menemaninya sudah dia suruh pergi lebih dahulu untuk menikmati waktu istirahatnya.

Salma keluar dari ruangan itu, memasukan tangannya pada saku jas putih yang dia kenakan, dan berjalan menuju kantin di rumah sakit ini.

Dia berencana akan membeli minuman kesukaannya di kala penat menyerangnya, seperti saat ini.

Salma memesan dulu sebuah potongan brownies cokelat untuk mengganjal perutnya, dan setelah mendapatkannya baru dia pergi ke arah stan minuman.

"Hot Americano satu"

"Ice Americano satu"

Salma terdiam sebentar, otaknya merasa tidak bekerja dan mendadak semuanya blank, Salma merasa pernafasannya sesak, perasaan aneh dan tidak enak itu muncul seketika.

Suara itu dan pesanan coffe itu membuat Salma ragu untuk membuktikan keresahan yang tiba-tiba langsung menjalar ke seluruh tubuhnya, entah kenapa tiba tiba keringat muncul di dahi Salma.

Perlahan dia membalikan tubuhnya, mendongak dan menatap langsung pada wajah yang tidak pernah asing di penglihatan, dan hati Salma.

Orang itu masih sama, dengan senyum manisnya dan tatapan selembut sutranya masih tetap menggetarkan hati Salma yang sudah dia kunci untuk tidak terpesona lagi dengan orang itu, kenapa dia ada lagi menampakan dirinya lagi di hadapan Salma, rasanya ini seperti tidak adil dengan usaha Salma yang seperti mati matian untuk menjauhkan dan melupakan tentang dia, dan kini dia ada di hadapannya dan terlihat baik baik saja di matanya.

Namanya Awan, laki-laki yang pernah membuat Salma galau sampai sekarang dan laki-laki itu juga yang membuat Salma semakin lelah dengan cara hidupnya dan yang membuat Salam menutup rapat hatinya dari yang namanya laki laki selama tiga tahun belakangan ini.

"Hai mbak, apa kabar?"

What the hell, serius dia masih manggil gue dengan sebutan itu setelah dia campakin gue dengan mudahnya, omelan Salma dalam hatinya.

Sialnya, Salma tak suka fakta satu ini bahwa laki-laki yang dia taksir dan cinta pertamanya ini adalah seorang berondong dan tetangganya yanga berarti kita sudah saling mengenal dari kecil dan sudah akrab dengan keluarga masing masing. Tahu 'kan biasanya pertemanan perempuan dan laki laki itu tidak ada yang murni?

"Oh, hai?" Sapa Salma dengan kesadaran yang baru menyapanya dari kekagetan ini.

"Aku kira mbak udah ngga minum coffe"

Suara Awan menyapa lagi, dan Salma balas dengan mengendikan bahunya dan mengambil coffe yang dia pesan.

"Duduk di sana aja" ujar Salma memimpin jalan untuk duduk di salah satu kursi di kafetaria Rumah sakit ini.

Mereka duduk saling berhadapan, belum ada suara lagi yang saling menyapa. Salma yang merasa kesal dan canggung memainkan jari jarinya mengitari cup coffe yang terasa dingin menyentuh jarinya, sedangkan Awan sendiri sesekali melirik ke arah Salma ingin mengatakan sesuatu tapi sepertinya bukan kali ini.

Tatapan mereka saling bertemu, Salma tersenyum seraya mengalihkan tatapannya dan Awan yang berdehem untuk mengalihkan susana yang tiba tiba canggung ini dan Salma merasa bodoh kenapa tidak langsung pergi saja dari hadapan si berondong ini bukannya malah mengajaknya untuk duduk bersama. Kadang hatinya masih murahan dengan laki laki satu ini, benteng yang dia buat hampir tuga tahun seperti sia sia rasanya.

"Kayanya aku pergi sekarang ya, kita ketemu lagi nanti, duluan" pamit Salma dengan tergesa karena sudah tidak tahan dengan keadaan barusan.

Pergi tanpa melihat Awan membalas pamitnya lalu merutuki diri dengan kata 'nanti' yang hatinya menjerit untuk bertemu lagi dengan berondong itu, dasar Salma.

Hi, Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang